Banjir Rendam Ribuan Rumah dan Jalur Pantura Tegal
Banjir akibat luapan Sungai Rambut melanda sejumlah desa di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Kamis (14/1/2021). Sejumlah rumah warga, lahan pertanian, dan jalan raya terendam banjir dengan ketinggian mencapai 1,5 meter.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Banjir dengan ketinggian hingga 1,5 meter merendam ribuan rumah warga di sejumlah desa dan jalur pantura di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Kamis (14/1/2021). Banjir tersebut disebabkan oleh meluapnya air Sungai Rambut akibat hujan deras yang turun sejak Rabu (13/1/2021).
Banjir dengan ketinggian berkisar 1 -1,5 meter merendam delapan desa di Kecamatan Warureja, Kedungbateng, dan Jatinegara, Kabupaten Tegal. Sedikitnya 6.000 jiwa terdampak dalam kejadian itu.
Di Desa Sukareja, Kecamatan Warureja, misalnya, banjir mulai menggenangi permukiman warga, jalan raya, dan lahan pertanian warga sejak Rabu pukul 22.00. Kamis dini hari, sedikitnya 200 orang, terutama kaum ibu, anak balita, dan lansia, memutuskan mengungsi ke masjid atau rumah kerabatnya.
”Kamis pagi, banjir di Desa Sukareja berangsur surut. Sebagian warga yang sempat mengungsi memutuskan pulang untuk membersihkan rumahnya,” kata Mukmin, salah satu perangkat Desa Sukareja, di Tegal.
Banjir juga merendam sejumlah ruas jalan, termasuk jalur pantura perbatasan Tegal dan Pemalang, tepatnya di Desa Kedungkelor, Kecamatan Warureja. Di tempat tersebut, ketinggian air berkisar 30-50 sentimeter hingga Kamis petang.
Kamis pagi, banjir di Desa Sukareja berangsur surut. Sebagian warga yang sempat mengungsi memutuskan pulang untuk membersihkan rumahnya.
Berdasarkan keterangan warga, ketinggian air di jalan pantura sempat mencapai 60 sentimeter pada Kamis pukul 01.00-04.00. Keadaan itu membuat sejumlah kendaraan berhenti untuk menunggu air surut. Akibatnya, kemacetan hingga 3 kilometer di dua jalur, yakni Jakarta-Semarang dan Semarang-Jakarta tidak dapat dihindari. Kemacetan itu terurai pada Kamis siang setelah sejumlah polisi diterjunkan untuk mengatur lalu lintas.
”Banjir di jalan pantura Kedungkelor terakhir kali terjadi pada 1992. Beberapa tahun terakhir, banjir hanya di persawahan dan permukiman, tidak sampai ke jalan pantura,” ucap Slamet (65), warga Kedungkelor.
Merendam permukiman
Selain merendam permukiman dan jalan pantura, banjir juga merendam lahan pertanian warga. Menurut salah satu perangkat Desa Kedungkelor, Haris, sedikitnya 400 hektar lahan pertanian di wilayahnya terendam banjir. Dampaknya, petani padi dan palawija di daerah itu terancam gagal panen.
Bupati Tegal Umi Azizah menuturkan, banjir terjadi akibat cura hujan yang tinggi. Pada saat yang sama, Sungai Rambut mengalami pendangkalan. Hal itu kemudian memicu luapan air ke permukiman, lahan pertanian, hingga jalan raya.
”Sungai Rambut yang telah mengalami pendangkalan ini perlu dinormalisasi. Karena normalisasi sungai itu termasuk kewenangan Pemerintah Provinsi Jateng, kami hanya bisa mengomunikasikan dan mendorong agar normalisasi sungai segera dilakukan,” tutur Umi.
Sembari menunggu normalisasi sungai dilakukan, Umi meminta masyarakat menjaga kebersihan lingkungan rumah mereka. Umi berharap tidak ada lagi sampah-sampah yang menyumbat saluran irigasi ataupun di sungai.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tegal dan Palang Merah Indonesia Kabupaten Tegal membagikan 900 nasi bungkus kepada warga terdampak banjir. ”Warga yang sibuk membersihkan sisa-sisa banjir di rumahnya kemungkinan tidak sempat menyiapkan sarapan atau makan siang, jadi kami bantu,” ujar Kepala Badan Penaggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tegal Jaenal Dasmin.