Anggaran Belum Cair, Logistik Pengungsi Merapi Dicukupi dari Donasi
Kebutuhan logistik akan dicukupi dengan menggunakan dana talangan. Namun, sebelum dana tersebut cair, warga bisa mengusahakan sendiri atau mencari bantuan dari donatur secara mandiri.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Waktu pencairan bantuan tak terduga atau BTT yang belum bisa dipastikan menyebabkan kebutuhan logistik pengungsi lereng Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, bakal dicukupi dari dana talangan para donatur. Di luar itu, bantuan dari donatur juga tetap dibutuhkan.
Kepala Seksi Perlindungan Sosial dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Kabupaten Magelang Prasetya Sakti mengatakan, saat ini dana talangan hanya ada sekitar Rp 101,250 juta atau 50 persen dari kebutuhan pengungsi dan sukarelawan selama sebulan. ”Dengan melihat antusiasme warga yang menyumbang, maka kami memperkirakan masih bisa mencukupi 50 persen kebutuhan sisanya dari sumbangan para donatur,” ujarnya, Rabu (13/1/2021).
Dana talangan yang dimaksudkan adalah sumbangan dana dari donatur yang masuk ke kas Pemerintah Kabupaten Magelang. Dana ini dimanfaatkan untuk mengantisipasi pencairan bantuan tak terduga yang molor sebulan lebih.
Sementara kebutuhan anggaran untuk belanja lauk-pauk pengungsi dan sukarelawan selama sebulan, diperkirakan mencapai Rp 202,5 juta. Estimasi dana dihitung dengan memperkirakan jumlah pengungsi dan sukarelawan di lokasi pengungsian yang mencapai 900 orang. Adapun alokasi belanja sekitar Rp 7.500 per orang per hari.
Optimisme untuk bisa mencukupi 50 persen kebutuhan dengan sumbangan donatur sudah diperkirakan dengan melihat kondisi saat ini. Pada tahap awal warga mengungsi, November-Desember 2020, sumbangan donatur bisa mencukupi 75 persen kebutuhan pengungsi. Namun, kini sumbangan donatur diperkirakan hanya akan mencukupi 50 persen kebutuhan pengungsi.
Namun, saat sumbangan donatur tidak memenuhi kebutuhan, pemerintah desa yang menyediakan lokasi pengungsian diharapkan tetap berinisiatif berbelanja dan memenuhi kebutuhan dengan dana sendiri terlebih dahulu. Semua anggaran tersebut nantinya bisa diajukan dan diganti saat dana talangan atau dana BTT cair.
Sementara itu, sejumlah desa berupaya menyikapi kondisi tersebut dengan cara masing-masing. Sumaryatin, koordinator Tempat Evakuasi Akhir (TEA) Desa Deyangan, mengatakan, selain mengandalkan sumbangan donatur dari luar, sumbangan juga sering didapatkan dari inisiatif sukarelawan, jajaran Pemerintah Desa Deyangan, ataupun dari warga pengungsi dari Desa Krinjing, Kecamatan Dukun.
Selain mengandalkan sumbangan donatur dari luar, sumbangan juga sering didapatkan dari inisiatif sukarelawan. (Sumaryatin)
”Kami pernah sama sekali tidak memiliki lauk-pauk dan tiba-tiba saja ada sukarelawan yang menawarkan untuk menyumbang ayam atau bebek hidup siap potong,” ujarnya.
Saat kehabisan bumbu untuk memasak, ibu-ibu dari Desa Deyangan pun berinisiatif membawa bumbu yang ada di rumah untuk menjadi bumbu di dapur umum. Selain itu, Sumaryatin mengatakan, pihaknya juga sempat beberapa kali berutang guna memenuhi kebutuhan gas untuk memasak.
Semua upaya tersebut, menurut dia, sengaja dilakukan karena pencairan dana dari Pemerintah Kabupaten Magelang sering kali lama diterima. Karena di satu sisi kebutuhan logistik untuk pengungsi mendesak dipenuhi, maka cara yang paling efektif dilakukan adalah dengan berinisiatif mengumpulkan sumbangan dari kalangan mereka sendiri.
Agus Firmansah, sekretaris sekaligus koordinator pengungsian di Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan, mengatakan, selain mengandalkan dari sumbangan donatur, pihaknya juga kerap memenuhi kebutuhan logistik pengungsi dengan cara berutang kepada pihak ketiga, toko atau warung penyedia bahan pangan.
”Untuk kebutuhan belanja logistik bagi pengungsi, kami biasa berutang Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per hari,” ujarnya. Total jumlah pengungsi di Balai Desa Banyurojo pada Selasa (12/1/2021) terdata 265 orang.
Utang untuk kebutuhan belanja logistik yang belum terbayar tersebut adalah hitungan utang untuk belanja sejak awal Januari 2021. Logistik yang dimaksudkan adalah lauk-pauk seperti ikan, tahu, tempe, dan telur. Untuk logistik bahan pangan pokok, seperti beras, saat ini masih memiliki cukup stok, sumbangan dari donatur.