Banjir dan longsor tak hanya menimbulkan gelombang pengungsian, tetapi juga memakan korban jiwa dan mengganggu akses transportasi vital di sejumlah daerah.
Oleh
TIM KOMPAS
·5 menit baca
PADANG, KOMPAS — Hujan lebat dalam waktu lama dan perubahan tata guna lahan masih menjadi kombinasi mematikan bencana hidrometeorologis di awal tahun 2021. Tiga hari setelah longsor di Cihanjuang, Sumedang, Jawa Barat, banjir menimbulkan pengungsian di Sumatera Barat dan Kalimantan Selatan, Selasa (12/1/2021).
Selasa pagi, ribuan warga Kota Solok, Sumbar, dievakuasi ke kantor-kantor pemerintahan karena banjir yang dipicu hujan lebat sekitar 9 jam. Banjir terparah di empat kelurahan, yaitu Kampai Tabu Karambia, IX Korong, dan Sinapan Piliang di Kecamatan Lubuk Sikarah serta Koto Panjang di Kecamatan Tanjung Harapan. Ketinggian banjir sekitar 2 meter.
”Air naik sekitar pukul 03.00 akibat meluapnya Sungai Lembang. Kota Solok diguyur hujan sejak Senin pukul 19.00 hingga Selasa pukul 04.00,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Solok Ikhlas, dihubungi dari Padang, Selasa. Jelang siang, banjir mulai surut.
Syafrizal (60), warga Kelurahan IX Korong, menyebutkan, air masuk ke rumahnya pukul 03.00 hingga ketinggian 50 sentimeter. Air mulai surut pukul 05.30 di rumah sekitar 20 meter dari Sungai Lembang itu.
Banjir juga melanda wilayah Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan. Sejauh ini, penyebab banjir belum dikaitkan dengan kerusakan alam.
Di Kalimantan Selatan, banjir melanda sejumlah wilayah kabupaten/kota. Menurut Azidin Noor, operator radio dan pendataan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinas Sosial Kalsel, menyampaikan, banjir parah melanda wilayah Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Tapin, dan Kota Banjarbaru. ”Ketinggian air di beberapa lokasi banjir 1 meter,” ujarnya.
Beberapa daerah yang dilanda banjir merupakan daerah pertambangan batubara, intan dan emas, serta perkebunan kelapa sawit. Data Dinas Sosial Kalsel, banjir kali ini berdampak pada 5.771 keluarga atau 21.195 jiwa.
Menurut Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalsel Kisworo Dwi Cahyono, Kalsel dengan luas wilayah 3,7 juta hektar sudah darurat ruang serta darurat bencana ekologis karena separuh ruang wilayahnya dibebani perizinan tambang (33 persen) dan perkebunan sawit (17 persen).
Longsor Sumedang
Sementara itu, pencarian korban tanah longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, masih dilanjutkan. Pencarian dibagi tiga sektor yang diduga menjadi lokasi terakhir korban.
Sebanyak 24 orang belum ditemukan akibat longsor Sabtu sore dan malam itu. Senin malam, Tim SAR menemukan dua korban meninggal.
”Total korban hingga saat ini 64 orang. Sebanyak 25 orang selamat, 15 orang meninggal, dan 24 orang dalam pencarian,” ujar Kepala Kantor Basarnas Bandung Deden Ridwansyah.
Lokasi longsor ada di tebing curam setinggi sekitar 20 meter. Di bawah tebing terdapat permukiman warga. Longsor di Cihanjuang terjadi dua kali, Sabtu pukul 15.30 dan pukul 19.30. Akibatnya, lebih dari 30 rumah tertimbun.
Evan (46), korban selamat, mengatakan, saat terjadi longsor, sejumlah orang berkumpul di rumah tetangganya, Kusnandar, yang sedang mempersiapkan resepsi pernikahan putrinya. Ia menduga delapan orang tertimbun longsor di lokasi itu.
”Di lapangan voli kemungkinan juga ada korban. Beberapa orang berkumpul di situ untuk melihat longsoran pertama,” ujarnya.
Wakil Bupati Sumedang Erwan Setiawan mengatakan, pihaknya telah menyediakan tiga lokasi sebagai tempat pengungsian. Tujuannya untuk mengantisipasi dampak longsor susulan yang dapat menambah korban.
Gedung SD Cipareuag, misalnya, disiapkan menampung sekitar 500 warga. Namun, hingga Selasa sore, belum ada warga yang mengungsi di sana.
”Untuk saat ini, warga memilih mengungsi ke rumah keluarga. Namun, kebutuhan mereka, seperti logistik makanan, selimut, dan alas tidur, tetap kami siapkan,” ujarnya.
Terkait rencana relokasi, Erwan mengatakan, pihaknya sedang menginventarisasi lahan desa. Namun, warga korban longsor juga membutuhkan hunian sementara sembari menanti hunian tetap selesai dibangun.
Di Sumatera Utara, hujan deras menyebabkan Jalan Medan-Berastagi ditimbun longsor pada Selasa pukul 04.00 di Kilometer 59-60, Desa Doulu, Karo. Kemacetan lalu lintas tak terhindarkan.
”Pada siang hari, arus lalu lintas di jalan itu sudah mulai lancar karena sudah dibuka dua arah. Petugas masih terus melakukan pengamanan lalu lintas sampai jalan selesai dibersihkan,” kata Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Sumatera Utara Komisaris Besar Hadi Wahyudi.
Hadi meminta agar pengguna jalan meningkatkan kewaspadaan saat hujan deras. Potensi longsor masih cukup tinggi, khususnya di daerah pegunungan, seperti di Jalan Medan-Berastagi.
Selasa pagi, jalan penghubung Wonosobo-Prembun (Kebumen) juga longsor, tepatnya di Desa Trimulyo, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Tidak ada korban jiwa, tetapi pengendara tujuan Kebumen atau Wonosobo harus memutar hingga puluhan kilometer.
Petaka juga melanda penyangga jembatan kereta di Sungai Glagah di Kecamatan Tonjong, Brebes, Jateng. Luapan air menggerus dan merobohkan pilar penyangga jembatan sekitar pukul 21.30.
Delapan kereta api terlambat dan harus memutar lewat jalur lain dan satu jadwal kereta dibatalkan. Menurut Kepala Kepolisian Sektor Tonjong Ajun Komisaris Tuhirman, tinggi pilar itu 22 meter dari dasar sungai. Panjang rel ambruk lebih kurang 50 meter.
Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi IV Krisbiyantoro menambahkan, uji coba lokomotif beban sudah dilakukan bolak-balik tiga kali. Berdasarkan hasil uji coba menggunakan lokomotif beban, PT KAI memutuskan, satu jembatan yang masih bertahan layak dilalui kereta api.
”PT Kereta Api Indonesia telah melakukan sejumlah upaya, seperti melakukan pemeriksaan visual serta mengukur data awal pemantauan kedudukan pilar dan andas beton. Setelah itu, kami juga menguji coba jembatan yang satunya dengan lokomotif beban,” kata Krisbiyantoro.
Ambruknya salah satu jembatan tersebut menyebabkan perjalanan sejumlah kereta api yang melintasi Purwokerto, Banyumas, dialihkan rutenya dan satu perjalanan kereta batal. Kereta api Kamandaka arah Purwokerto, misalnya, dihentikan di Stasiun Tegal dan penumpangnya diangkut dengan bus menuju Purwokerto.
Sementara KA Argo Lawu, Gajayana, Mataram, Taksaka, Ranggajati, dan KA Parcel dialihkan rutenya menuju Stasiun Tegal ke arah Semarang hingga Stasiun Solo. (JUM/NSA/JOL/TAM/XTI/DKA)