Lima Korban Longsor di Sumedang Ditemukan, 19 Orang Masih Dicari
Hampir setiap sore lokasi longsor diguyur hujan sehingga dikhawatirkan memicu longsor susulan yang berpotensi membahayakan petugas.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
SUMEDANG, KOMPAS – Tim SAR gabungan kembali menemukan lima korban longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, dalam kondisi meninggal, Rabu (13/1/2021). Atas penemuan itu, sudah 21 korban ditemukan dan 19 orang masih dicari.
Kelima korban adalah Ahmad Yani (32), Robi Ramdani (23), Siti Maemunah (50), dan dua orang yang masih diidentifikasi. Mereka ditemukan pada pukul 09.00, pukul 14.55, pukul 15.15, pukul 16.14, dan pukul 16.16.
Hingga Rabu pukul 17.00, longsor yang terjadi Sabtu (9/1) itu telah menewaskan 21 orang. Petugas evakuasi masih berjibaku mencari 19 korban lainnya.
Kepala Basarnas Bandung Deden Ridwansah mengatakan, pihaknya membagi jam kerja petugas dalam dua sif, yaitu pukul 08.00–12.00 dan pukul 13.00–17.30. Sistem ini diterapkan agar petugas tidak terlalu kelelahan, yang bisa mengganggu upaya pencarian korban.
Cuaca masih menjadi kendala utama petugas evakuasi. Hampir setiap sore lokasi longsor diguyur hujan sehingga dikhawatirkan memicu longsor susulan yang berpotensi membahayakan petugas.
”Curah hujan cukup tinggi menyebabkan pergerakan tanah semakin besar sehingga berpotensi longsor. Material longsor yang cukup tebal juga menyulitkan tim di lapangan,” ujarnya.
Petugas juga masih memfokuskan pencarian di tiga lokasi, yaitu di Masjid An-Nur, rumah warga yang sedang mempersiapkan resepsi pernikahan, dan lapangan voli di sekitar permukiman. Sejumlah 50 personel bertugas di setiap lokasi.
Dua alat berat digunakan untuk menyingkirkan material longsor. Petugas juga membongkar sebuah bangunan untuk memudahkan evakuasi.
Pemerintah Kabupaten Sumedang telah menetapkan kondisi tanggap daurat di Cimanggung pada 9-29 Januari 2021. Warga dalam radius 30 meter diungsikan untuk mengantisipasi longsor susulan.
Wakil Bupati Sumedang Erwan Setiawan mengatakan, pihaknya telah menyediakan tiga lokasi sebagai tempat pengungsian. Tiga lokasi itu adalah SD Gedung SD Cipareuag, SD Azahra, dan Taman Burung Parakanmuncang. Ketiga tempat ini disiapkan untuk menampung sebanyak 1.020 jiwa.
Akan tetapi, kebanyakan warga memilih mengungsi ke rumah kerabat di Desa Cihanjuang dan sekitarnya. Warga diminta tidak menempati rumah di lokasi longsor karena masih membahayakan.
”Meskipun tidak tinggal di pengungsian, kebutuhan mereka, seperti logistik makanan, selimut, dan alas tidur tetap kami sediakan,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Agus Budianto mengatakan, potensi longsor susulan di lokasi tersebut masih tinggi. Sebab, tebing yang diguyur hujan terus-menerus akan mudah luruh.
”Intinya, lepaskan air agar tidak terakumulasi di tengah. Sebab, potensi hujan masih tinggi dan diprediksi hingga Mei,” ujarnya.