Cuaca Buruk, Pencarian Korban Sriwijaya Air Dihentikan Sementara
Proses pencarian korban dan ”cockpit voice recorder” terpaksa dihentikan sementara. Cuaca di sekitar lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air buruk. Angin kencang dan gelombang yang tinggi membahayakan para penyelam.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Proses pencarian korban dan puing-puing dari pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dengan nomor registrasi PK-CLC, yang jatuh di Kepulaun Seribu, DKI Jakarta, dihentikan sementara akibat cuaca buruk. Penghentian sementara ini perlu dilakukan demi keselamatan para penyelam.
Deputi Bidang Operasi Dan Kesiapsiagaan Badan SAR Nasional (Basarnas) Mayor Jendral TNI (Mar) Bambang Suryo Aji dalam jumpa pers di Dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (13/1/2021), mengatakan, sejak pagi hari, cuaca di lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air tidak mendukung. Atas alasan itu, operasi pencarian dan pertolongan diberhentikan sementara.
”Karena cuaca belum mendukung, operasi yang difokuskan di bawah permukaan laut belum dilaksanakan mengingat kondisi dan keselamatan, safety, penyelam,” ujar Bambang.
Karena cuaca belum mendukung, operasi yang difokuskan di bawah permukaan laut belum dilaksanakan mengingat kondisi dan keselamatan, safety, penyelam.
Meski demikian, saat ini, lanjut Bambang, tim penyelam gabungan tetap bersiaga di kapal masing-masing. Jika cuaca membaik, tim akan melanjutkan upaya pertolongan.
”Operasi SAR ditunda, menunggu cuaca baik dan mendukung operasi penyelaman,” tutur Bambang.
Deputi Bina Tenaga dan Potensi SAR Basarnas Abdul Haris Achadi menambahkan, pada pukul 09.30, tim Basarnas yang menaiki kapal KN SAR Karna bahkan kembali lagi ke dermaga akibat cuaca buruk.
”Kami terpaksa harus balik kanan (kembali ke dermaga) karena cuacanya dapat informasi di lokasi, cuaca ekstrem, tinggi gelombang sampai 2,5 meter,” kata Abdul.
Sementara itu, Koordinator Lapangan Harian Posko Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sugarin memprediksikan, tinggi gelombang hari ini dari 0,5 meter sampai 2,5 meter. Menurut dia, tinggi gelombang hingga 2,5 meter itu sudah mengganggu proses pencarian.
”Tinggi gelombang 2,5 meter itu mengganggu karena kapal akan susah bermanuver. Apalagi, kecepatan angin di atas 20 knot juga berbahaya,” ujarnya.
Sebelumnya, data terakhir dari Basarnas, telah ditemukan 139 kantong jenazah dan 26 kantong berisikan puing pesawat Sriwijaya.