Pencarian 24 Korban Longsor di Sumedang Dibagi dalam Tiga Sektor
Pencarian korban tanah longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, dilanjutkan, Selasa (12/1/2021). Pencarian dibagi dalam tiga sektor yang diduga menjadi lokasi terakhir korban.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
SUMEDANG, KOMPAS — Pencarian korban tanah longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, dilanjutkan, Selasa (12/1/2021). Pencarian dibagi dalam tiga sektor yang diduga menjadi lokasi terakhir korban saat terjadi longsor.
Ketiga lokasi itu adalah di Masjid An-Nur, rumah warga yang sedang mempersiapkan resepsi pernikahan, dan lapangan voli di sekitar permukiman. Sejumlah 24 orang belum ditemukan akibat longsor yang terjadi pada Sabtu (9/1) sore dan malam tersebut.
Tim SAR gabungan menemukan dua korban meninggal pada Senin malam. ”Total korban hingga saat ini berjumlah 64 orang. Sebanyak 25 orang selamat, 15 orang meninggal, dan 24 orang dalam pencarian,” ujar Kepala Kantor Basarnas Bandung Deden Ridwansyah.
Lokasi longsor berada pada tebing curam setinggi sekitar 20 meter. Di bawah tebing tersebut terdapat permukiman warga. Longsor di Cihanjuang terjadi dua kali, Sabtu pukul 15.30 dan pukul 19.30. Akibatnya, lebih dari 30 rumah tertimbun material longsor.
Pencarian korban sering terkendala cuaca. Sejak Sabtu, hujan kerap mengguyur lokasi longsor, terutama pada sore dan malam hari.
”Pencarian dimaksimalkan dalam 1x24 jam. Namun, pencarian akan dihentikan sementara jika terjadi hujan untuk mengantisipasi longsor susulan,” ucapnya.
Dua alat berat digunakan untuk menyingkirkan material longsor. Tak kurang dari 1.000 personel SAR gabungan dan relawan yang terlibat dalam proses evakuasi.
Evan (46), korban selamat, mengatakan, saat terjadi longsor, sejumlah orang berkumpul di rumah tetangganya, Kusnandar, yang sedang mempersiapkan resepsi pernikahan putrinya. Ia menduga delapan orang tertimbul longsor di lokasi itu. ”Di lapangan voli kemungkinan juga ada korban. Beberapa orang berkumpul di situ untuk melihat longsoran pertama,” ujarnya.
Evan menyelamatkan diri dengan keluar dari jendela rumahnya. Kondisi gelap pada malam hari membuat banyak warga tidak menyadari datangnya material longsor.
Pencarian korban sering terkendala cuaca. Sejak Sabtu, hujan kerap mengguyur lokasi longsor, terutama pada sore dan malam hari.
”Memang enggak kelihatan (material longsor). Saya hanya berpatok pada suara gemuruh. Saat mau keluar rumah, ternyata pintu sudah terhalang tanah. Jadi, langsung lari keluar dari jendela,” ujarnya.
Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Agus Budianto menuturkan, longsor susulan masih berpotensi terjadi jika tebing terus digerus air. Jadi, diperlukan jalur khusus air agar tanah tidak luruh dan rawan longsor.
”Intinya lepaskan air agar tidak terakumulasi. Sebab, potensi hujan masih tinggi dan diprediksi hingga Mei,” ujarnya.
Pemerintah Kabupaten Sumedang telah mengeluarkan status tanggap darurat penanganan bencana alam longsor di Desa Cihanjuang, Senin. Selain tetap mencari korban hilang, warga yang tinggal dalam radius 30 meter dari lokasi kejadian diminta mengungsi.
Di Cimanggung dan sekitarnya terdapat banyak permukiman di punggung perbukitan. Hal ini berisiko longsor karena bukit-bukit tersebut minim pohon tegakan yang berfungsi menahan air.
Sekretaris Daerah Sumedang Herman Suryatman menuturkan, pihaknya sedang mengecek izin pembangunan perumahan di lokasi longsor tersebut. ”Kami akan evaluasi semua perumahan yang dibangun dengan kemiringan lahan lebih dari 30 derajat,” ucapnya.