Jatim Prioritaskan Pemberian Vaksin di Surabaya Raya
Pemberian vaksin perdana di Jatim diprioritaskan di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. Beragam persiapan digodok, mulai lokasi vaksinasi, tempat penyimpanan, vaksinator, hingga penerima vaksin sebagai teladan masyarakat.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Timur memprioritaskan pemberian vaksin perdana, Kamis (14/1/2021), di Surabaya Raya, yang meliputi Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. Beragam persiapan terus digodok, seperti lokasi vaksinasi, tempat penyimpanan, vaksinator, dan daftar penerima vaksin yang pertama sebagai teladan.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, pihaknya akan tancap gas dalam mengeksekusi pemberian vaksin dan mengedukasi penerima vaksin. Bahkan, dia mengajak pejabat Pemerintah Provinsi Jawa Timur, pejabat di Surabaya, Sidoarjo, serta Gresik untuk memberikan teladan kepada masyarakat.
”Selain itu, para dokter, tokoh agama, dan sivitas akademika agar memberikan keteladanan langsung kepada masyarakat dengan menjadi individu yang mendapatkan vaksinasi pertama,” ujar Khofifah seusai rapat koordinasi dengan tiga kepala daerah yang menjadi prioritas vaksinasi, Selasa (12/1/2021).
Pemberian vaksin perdana, menurut rencana, berlangsung di RSUD dr Soetomo, Surabaya. Khofifah berharap keteladanan para pejabat berserta sejumlah tokoh masyarakat menjadi bukti nyata, vaksin aman digunakan dan kehalalannya terjamin. Dengan demikian, efektivitas vaksin tersebut dalam membangun kekebalan komunitas melawan Covid-19 bisa terwujud.
Pemprov Jatim telah menerima 77.760 dosis vaksin untuk vaksinasi tahap pertama yang berlangsung Januari ini. Vaksin tersebut tersimpan di gudang penyimpanan Dinkes Jatim dan siap didistribusikan ke 38 kabupaten serta kota di Jatim. Vaksinasi tahap awal ini masih diperuntukkan bagi tenaga kersehatan yang bertugas di fasilitas layanan kesehatan dasar ataupun lanjutan yang dikelola oleh pemerintah ataupun swasta.
Pemberian vaksin akan dilakukan oleh 2.404 vaksinator. Ribuan vaksinator yang merupakan dokter, perawat, dan bidan itu yang telah tersertifikasi atau mendapat pelatihan penyuntikan vaksin Covid-19. Mereka disebar di 968 puskesmas yang merupakan fasilitas layanan kesehatan dasar di sejumlah daerah di Jatim.
Menurut Khofifah, pihaknya juga telah membentuk Satgas Vaksinasi Covid-19 di tingkat provinsi hingga kabupaten dan kota. Tugasnya, antara lain, menghitung kebutuhan vaksin di daerahnya, mengatur pendistribusian, hingga memantau respons dari para penerima vaksin setelah menjalani vaksinasi.
Pemberian vaksinasi tahap pertama ini diprioritaskan di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik.
Persiapan lain yang tidak kalah penting, melatih programmer surveilans dan imunisasi di tiap-tiap kota atau kabupaten sebanyak dua orang, sosialisasi vaksinasi kepada semua tenaga kesehatan (nakes), hingga memastikan kesiapan rantai dingin, seperti fasilitas penyimpanan vaksin dan sarana pembawa vaksin (vaccine carrier), untuk menjaga kualitas vaksin. Selain itu, mendata penerima vaksin agar datanya tidak tumpeng tindih.
Pemberian vaksinasi tahap pertama ini diprioritaskan di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. Hal itu sesuai dengan surat dari Kementerian Kesehatan. Pemberian vaksin ini memang diprioritaskan untuk daerah dengan jumlah penambahan kasus positif tinggi, berisiko tinggi penularan, dan memiliki populasi penduduk yang padat.
Daerah lain dengan jumlah penambahan kasus lebih rendah atau berisiko sedang akan mendapat giliran vaksinasi pada tahap berikutnya. Tentunya hal itu mempertimbangkan jumlah ketersediaan vaksin yang diterima oleh Pemprov Jatim. Khofifah mengimbau semua masyarakat Jatim agar bersiap menerima vaksin dan tidak khawatir karena aman dan halal.
Keamanan dan kehalalan vaksin ditandai dengan diterbitkannya izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization untuk vaksin Covid-19 Sonovac. Selain itu, Majelis Ulama Indonesia juga telah mengeluarkan fatwa halal untuk penggunaan vaksin Sinovac di Indonesia.
Sementara itu, menyikapi rencana pemberian vaksin Covid-19 perdana di tiga daerah prioritas, Penjabat Bupati Sidoarjo Hudiyono mengatakan, pihaknya sudah siap. Menurut rencan, pemberian vaksin berlangsung di RSUD Sidoarjo. Ada 10 orang yang didata sebagai penerima vaksin perdana.
Selain itu, jumlah pasien yang meninggal dunia sebanyak 6.511 orang atau sekitar 6,97 persen. Angka kematian ini tinggi karena melebihi angka nasional yang berada di level 2,91 persen.
”Mereka adalah para pejabat daerah dan forum komunikasi pimpinan daerah. Menurut rencana, melibatkan juga kepal daerah terpilih yang belum dilantik,” ujar Hudiyono.
Kepala Dinkes Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, pihaknya telah menyiapkan 52 titik lokasi pemberian vaksin tahap pertama. Sebanyak 52 titik tersebut, antara lain, adalah 26 puskesmas dan satu rumah sakit daerah. Sementara itu, sisanya 25 titik terbagi di rumah sakit swasta dan klinik kesehatan swasta.
”Tempat penyimpanan vaksin juga sudah siap, antaral ain 2 lemari pendingin di kantor Dinkes Sidoarjo, 9 lemari pendingin bantuan Pemprov Jatim yang ditempatkan di puskesmas, serta sejumlah lemari pendingin milik RS swasta,” kata Syaf Satriawarman.
Selain itu, Dinkes Sidoarjo sudah merampungkan data para penerima vaksin Covid-19 Sinovac. Para penerima vaksin ini diseleksi ketat berdasarkan kriteria yang ditetapkan, antara lain berusia 18-59 tahun, tidak memiliki penyakit penyerta atau komorbid, dan tidak sedang hamil serta menyusui. Penerima vaksin harus dalam kondisi sehat.
Vaksinasi merupakan salah satu upaya memenangi pertarungan melawan Covid-19 yang sebarannya semakin mengkhawatirkan. Data Satgas Penanganan Covid-19 Jatim pada Senin (11/1/2021) menunjukkan penambahan kasus baru masih tinggi, yakni di angka 792 kasus dalam sehari.
Penambahan kasus baru secara harian itu menyebabkan kumulatif Covid-19 di Jatim berada di angka 93.405 kasus. Dari jumlah kasus kumulatif tersebut, sebanyak 80.093 kasus dinyatakan sembuh atau angka kesembuhannya mencapai 85,75 persen.
Jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 yang dirawat sebanyak 6.801 orang atau berada di kisaran 7,28 persen. Selain itu, jumlah pasien yang meninggal dunia sebanyak 6.511 orang atau sekitar 6,97 persen. Angka kematian ini tinggi karena melebihi angka nasional yang berada di level 2,91 persen.