Guguran Lava Pijar ke Barat Daya Merapi, Mitigasi Bencana Disiapkan
Mitigasi ancaman erupsi bagi warga yang tinggal di sisi barat daya lereng Gunung Merapi, di Kabupaten Sleman, DIY, telah disiapkan. Protokol kesehatan juga diterapkan dengan melakukan penyekatan pada barak pengungsian.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS—Mitigasi ancaman erupsi bagi warga yang tinggal di sisi barat daya lereng Gunung Merapi, di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah disiapkan. Mekanisme evakuasi hingga barak pengungsian sesuai protokol kesehatan mulai dirancang.
Mitigasi erupsi perlu disiapkan mengingat dalam satu pekan ini, terjadi sejumlah guguran lava pijar yang mengarah ke sisi barat daya. Di wilayah tersebut, terdapat dua kecamatan yakni Kecamatan Turi dan Pakem. Sejumlah dusun dari kecamatan itu jaraknya hanya sekitar 6 kilometer dari puncak Merapi.
Di Kecamatan Turi, ada empat dusun yang letaknya cukup dekat dengan puncak Merapi, yakni Dusun Ngandong, Tritis, dan Sidorejo di Desa Girikerto, dan Dusun Tunggularum di Desa Wonokerto. Sementara itu, di Kecamatan Pakem, dusun yang letaknya paling dekat dengan puncak Merapi adalah Dusun Turgo, di Desa Purwobinangun.
“Kami sudah merapatkan soal perkembangan situasi Merapi, mengingat terjadi guguran lava beberapa kali ke wilayah barat daya. Ini sudah disiapkan titik kumpulnya hingga barak pengungsian,” kata Lurah Desa Girikerto, Sudibya, saat ditemui di Balai Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (11/1/2021).
Total ada empat barak pengungsian yang disiapkan di desa tersebut. Keempat barak itu adalah Barak Soprayan, SMP Negeri 3 Turi, SD Negeri Soprayan, dan SD Negeri Somoitan. Masing-masing barak diperkirakan dapat menampung sekitar 100 warga. Semua barak berjarak di atas 10 kilometer dari puncak Merapi.
Sudibya menjelaskan, pihaknya juga sudah menunjuk penanggungjawab dari titik kumpul yang ditentukan hingga rute pemberangkatan evakuasi. Skema evakuasi disiapkan sematang mungkin agar proses evakuasi kelak berjalan lancar.
“Kami berdayakan masyarakat di dusun tersebut. Sampai dalam perjalanan menuju pengungsian juga sudah kami atur agar jalan menjadi satu arah. Biar di jalan tidak terjadi benturan,” kata Sudibya.
Ditemui terpisah, Lurah Desa Wonokerto, Tomon Haryo Wirosobo, menyampaikan, pihaknya juga telah membuat sistem mitigasi bagi dusun rawan bencana di desa tersebut. Posko pengawasan Merapi pun telah dibangun di kompleks balai desa. Di posko itu, dipasang pula komputer yang disambungkan dengan kamera pengawas Merapi.
Adapun barak pengungsian yang disiapkan berjumlah empat unit. Sebanyak tiga unit barak berada di Desa Wonokerto, sedangkan satu unit berlokasi di Desa Wisata Bangunkerto, Kecamatan Turi. Barak di Desa Wonokerto, berada di Balai Desa Wonokerto dengan kapasitas 75 orang, serta SD Negeri 1 Nganggrung dan SD Negeri 2 Nganggrung yang masing-masing mampu menampung 30 orang. Sementara satu barak lain di Desa Wisata Bangunkerto memanfaatkan penginapan dengan kapasitas diperkirakan sekitar 60 keluarga.
“Proses evakuasi dari warga dusun sudah mempersiapkan tim tersendiri. Personel relawan juga kami siapkan khusus warga Desa Wonokerto saja. Kami tidak menerima relawan dari luar untuk masalah evakuasi,” kata Tomon.
Camat Pakem Suyanto mengungkapkan, terdapat empat barak pengungsian yang sudah siap digunakan di daerah tersebut. Keempat barak itu dikelola BPBD Sleman. Sebanyak dua barak berada di Desa Purwobinangun, satu barak di Desa Candibinangun, dan satu barak di Desa Hargobinangun.
“Barak sudah dipasangi bilik-bilik. Semuanya sudah dipasangi sekat untuk protokol pencegahan penularan Covid-19,” kata Suyanto.
Suyanto menambahkan, pihaknya juga menyiapkan tempat pengungsian lain yang dapat dijadikan alternatif. Tempat yang disiapkan itu berupa balai desa hingga rumah warga. Balai desa yang nantinya akan digunakan sebagai tempat pengungsian, yaitu Balai Desa Harjobinangun dan Balai Desa Pakembinangun.
“Kami sudah sediakan tripleks untuk bahan sekat sehingga nanti bisa tercipta bilik-bilik di balai desa bagi pengungsi. Untuk rumah penduduk yang kami gunakan berada di Dusun Pandanpuro dan Dusun Gondanglegi, di Desa Hargobinangun. Total ada tiga rumah warga,” kata Suyanto.
Upaya evakuasi belum akan dilakukan bagi warga yang tinggal di sisi barat daya lereng Merapi. (Joko Supriyanto-BPBD Sleman)
Kepala BPBD Sleman, Joko Supriyanto mengatakan, upaya evakuasi belum akan dilakukan bagi warga yang tinggal di sisi barat daya lereng Merapi, di Kabupaten Sleman. Pihaknya masih mengikuti rekomendasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Evakuasi baru akan dilakukan jika ada perluasan skala ancaman.
Menurut BPPTKG, dalam status Siaga (Level III), ancaman utama masih dalam radius 5 kilometer dari puncak dan berada di sisi tenggara, yakni di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Oleh karena itu, warga yang sudah mengungsi lebih dahulu, yakni warga Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Cangkringan.