Kabupaten dan Kota di Sulut Siap Hadapi Kendala Vaksinasi
Sulawesi Utara siap melaksanakan vaksinasi Covid-19 meski dihadapkan pada beberapa tantangan. Kegiatan vaksinasi berbagai penyakit lain selama 30 tahun terakhir dianggap menjadi modal bagi vaksinator.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Kabupaten dan kota di Sulawesi Utara menyatakan siap melaksanakan vaksinasi Covid-19 meski dihadapkan pada beberapa tantangan. Kegiatan vaksinasi berbagai penyakit lain selama 30 tahun terakhir dianggap menjadi modal kesiapan para petugas pemberi vaksin dalam menumpas pandemi.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Manado dr Ivan Sumenda mengatakan, rapat koordinasi persiapan vaksinasi sedang dilaksanakan pada Senin (11/1/2021). Vaksinasi dijadwalkan berlangsung mulai Rabu (13/1/2021) sesuai arahan pemerintah pusat. Vaksin CoronaVac buatan perusahaan China, Sinovac, akan diedarkan dari tingkat provinsi setelah ada izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Manado dr Joy Zeekeon mengatakan, ke-16 puskesmas dan setidaknya 14 rumah sakit di Manado telah dilengkapi lemari pendingin sebagai bagian dari sistem rantai dingin. Semuanya memiliki kapasitas penyimpanan dalam suhu 2-8 derajat celsius.
Dengan demikian, Manado sudah siap melaksanakan vaksinasi. ”Semua puskesmas dan rumah sakit di Manado akan menjadi lokasi vaksinasi. Tempat penyimpanan ada baik di puskesmas, dinas, maupun rumah sakit,” kata Joy.
Joy juga menyatakan, vaksinator sudah siap meski tak menyebut jumlah pastinya. Menurut dia, satu rumah sakit bisa memiliki tiga sampai empat vaksinator. Sebagian sudah mendapat pelatihan secara daring dari Badan Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Sulut. Namun, vaksinasi bukanlah hal baru bagi tenaga kesehatan (nakes) di Manado.
”Semua vaksinator sudah pernah memberi vaksin. Kan, selama ini ada vaksinasi BCG (Bacille Calmette-Guérin) untuk tuberkulosis, polio, dan lain-lain. Jadi, vaksinator itu tidak kurang jumlahnya. Kalau ada hal-hal lain, ya, nanti kita lihat di lapangan,” kata Joy.
Meski demikian, ia mengakui, vaksinasi di Manado bukan tanpa tantangan. Pada vaksinasi tahap pertama, Manado memiliki 6.497 nakes dari total 22.110 yang terdaftar untuk menerima vaksin Covid-19. Kabupaten Minahasa, yang menempati peringkat kedua dengan nakes penerima vaksin terbanyak, bahkan hanya mendaftarkan 1.870 orang.
Vaksinator sudah ada, tetapi penerima vaksinnya sangat banyak. Jadi waktu yang dibutuhkan untuk vaksinasi per sesi akan jauh lebih panjang dibanding daerah lain untuk menjangkau semua nakes. (Joy Zeekeon)
”Vaksinator sudah ada, tetapi penerima vaksinnya sangat banyak. Jadi waktu yang dibutuhkan untuk vaksinasi per sesi akan jauh lebih panjang dibanding daerah lain untuk menjangkau semua nakes. Itulah kendala kami,” ujar Joy.
Sementara itu, Bolaang Mongondow Timur mendaftarkan paling sedikit nakes penerima vaksin dibanding 14 kabupaten/kota lainnya di Sulut, yaitu 503. Kepala dinkes kabupaten itu, Eko Marsidi, mengatakan, ada sembilan vaksinator yang telah disiapkan untuk tahap pertama. Tiga orang telah dilatih Bapelkes Sulut, sedangkan enam orang lainnya dilatih secara daring oleh Bapelkes Sulsel.
Para vaksinator itu tersebar di delapan puskesmas. Puskesmas menjadi ujung tombak vaksinasi karena Bolaang Mongondow Timur belum memiliki rumah sakit. ”Di setiap puskesmas ada tiga tenaga pendamping. Mereka bertugas menyediakan sarana dan prasarana vaksinasi serta berjaga-jaga jika ada masalah kesehatan atau teknis yang menghadang vaksinator,” kata Eko.
Menurut Eko, sembilan vaksinator sudah cukup untuk melaksanakan vaksinasi tahap pertama bagi nakes dan beberapa tokoh publik. Namun, tantangannya adalah keharusan nakes menjangkau perkampungan yang jauh dari pusat pertumbuhan di Tutuyan, seperti di daerah Nuangan dan Mooat.
Namun, infrastruktur penyimpanan vaksin, menurut Eko, sudah siap. Semua puskesmas telah memiliki lemari pendingin. ”Jika sudah siap didistribusikan ke Bolaang Mongondow Timur, kami akan minta tolong polres untuk mengamankan pengantaran,” kata Eko.
Sementara itu, Dinkes Sulut menyatakan akan melatih 1.538 nakes di 15 kabupaten/kota untuk melaksanakan vaksinasi bagi 1,6 juta orang di Sulut. Adapun untuk tahap pertama bagi 22.110 sumber daya manusia kesehatan (SDMK), setidaknya 200-an vaksinator telah dilatih dari target sekitar 300.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sulut Steaven Dandel, yang juga juru bicara Satgas Covid-19 Sulut, menyatakan, vaksinasi bukanlah hal baru bagi nakes di puskesmas. ”Sudah ada program vaksinasi selama 30 tahun lebih di Sulut. Sekarang mereka hanya menggunakan antigen baru, yaitu untuk Covid-19,” katanya.
Karena itu, pelatihan bagi para vaksinator hanya ditujukan untuk menyegarkan kembali pengetahuan mereka soal vaksin. Mereka juga menerima pemantapan soal tata cara penyuntikan dan penapisan orang yang boleh dan tidak boleh menerima vaksin. ”Mereka sudah paham, tetapi ditambahkan (pengetahuan) lagi,” ujar Steaven.
Kini, 15.000 dari 23.760 dosis vaksin CoronaVac yang sudah diterima Sulut masih disimpan di lemari pendingin Dinkes Sulut. Steaven mengatakan, vaksin sudah disimpan di daerah agar saat izin BPOM terbit, distribusi dapat segera terlaksana. Distribusi akan diutamakan bagi daerah kepulauan.
Hingga kini, Sulut telah mengakumulasi 10.466 kasus Covid-19 sejak Maret 2020. Sebanyak 7.512 orang sudah sembuh, sedangkan 339 orang meninggal. Artinya, tingkat kesembuhan di Sulut 71,77 persen, sedangkan angka kematian 3,24 persen. Keadaan Sulut lebih buruk dari rerata nasional, dengan tingkat kesembuhan 82,24 persen dan angka kematian 2,91 persen.