Dalam tiga hari terakhir, Kabupaten Subang, Jawa Barat, diterpa hujan lebat dan angin kencang yang memicu banjir di beberapa kecamatan. Masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai diimbau agar lebih waspada.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
SUBANG, KOMPAS — Dalam tiga hari terakhir, Kabupaten Subang, Jawa Barat, diterpa hujan lebat dan angin kencang yang memicu banjir di beberapa titik. Masyarakat di daerah aliran sungai diimbau lebih waspada terhadap potensi bencana susulan.
Senin (11/1/2021), banjir yang merendam Kampung Pasar Lama, Kecamatan Pamanukan, Subang, telah surut. Curah hujan yang tinggi membuat Sungai Cipunagara meluap pada Minggu (10/1/2021) malam. Sebanyak 30 dari 35 rumah di kampung itu terendam banjir dengan ketinggian 50-100 sentimeter.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Subang Hidayat mengatakan, tidak ada warga yang mengungsi karena banjir telah surut. Namun, pihaknya tetap menyiapkan tenda pengungsian jika dibutuhkan untuk warga mengungsi.
Selain di Kecamatan Pamanukan, banjir juga melanda Desa Gembor, Kecamatan Pagaden. Hujan lebat yang mengguyur wilayah tersebut mengakibatkan luapan air masuk ke permukiman. Jalur penghubung dua desa sempat tidak bisa dilalui kendaraan. Kini, banjir telah surut.
Bukan hanya banjir, hujan disertai angin kencang menyebabkan beberapa pohon tumbang di depan rumah warga Kelurahan Cigadung. Tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.
BPBD Subang terus memantau kondisi ketinggian sejumlah sungai yang berpotensi meluap, yakni Sungai Cipunagara dan Ciasem. Pihaknya juga fokus menyelesaikan penyodetan atau membuat saluran untuk mengalirkan air di Sungai Cipunagara, Desa Karangmulya.
Wilayah pantura barat di Jabar rawan banjir karena bagian hilir dari sungai besar yang melintas di sejumlah sungai besar yang melintas di Jawa Barat, antara lain Sungai Cilamaya, Cipunagara, Citarum, dan Sungai Cibeet. Terlebih saat puncak musim hujan, volume dari hulu yang tinggi akan memenuhi hilir.
Pada Februari 2020, Kecamatan Pamanukan tak luput dari banjir tahunan. Ratusan warga mengungsi di sejumlah titik, antara lain masjid, gereja, dan bawah kolong jembatan layang.
Kala itu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil memaparkan, penyebab banjir di pantura barat Jabar adalah kondisi sungai yang tidak mampu menampung air karena sampah dan pendangkalan. Cuaca ekstrem yang terjadi di hulu sungai turut memicu bencana banjir.
BPBD Subang mencatat ada 12 kecamatan yang terdampak pada banjir tahun 2020, yakni Pamanukan, Sukasari, Legon Kulon, Tambakdahan, Binong, Pagaden, Pusakanagara, Purwadadi, Pusakajaya, Ciasem, Compreng, dan Blanakan. Jumlah warga yang mengungsi 3.131 keluarga atau 8.582 orang serta 14.000 rumah terendam.
Puncak musim hujan diprediksi berlangsung hingga Februari 2021. Potensi bencana susulan pun mungkin terjadi. Jadi, warga diminta lebih peka dalam melihat situasi dan kondisi tempat tinggalnya ketika curah hujan tinggi dan angin kencang.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kelas I Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bogor Hadi Saputra menambahkan, saat ini wilayah Jabar tengah memasuki puncak musim hujan sehingga hujan bisa turun kapan saja. Puncak musim hujan terjadi pada kurun Januari hingga Februari.