Siaga Tanpa Jeda Penularan Korona di Indonesia Tengah dan Timur
Gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Tengah positif Covid-19 tanpa gejala di tengah kasus penularan yang semakin tinggi. Pembatasan sosial yang ketat juga diusulkan di luar Jawa untuk memotong rantai penularan.
Oleh
TIM KOMPAS
·5 menit baca
PALU, KOMPAS — Kewaspadaan penularan Covid-19 mensyaratkan keseriusan tanpa jeda, termasuk di luar Pulau Jawa. Di Sulawesi Tengah, pasangan kepala daerah terpapar virus korona secara bersamaan, sedangkan di Papua jumlah kasus terus melonjak hingga wilayah dengan fasilitas kesehatan minim.
Pada bulan ke-10 pandemi Covid-19, Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola dan Wakil Gubernur Sulteng Rusli Baco D Palabbi positif terinfeksi virus korona. Keduanya tanpa gejala klinis dan diisolasi bersama di rumah dinas gubernur. Adapun istri gubernur dan wakil gubernur negatif Covid-19 dan berada di rumah pribadi.
Longki dan Rusli dinyatakan positif Covid-19 pada Selasa (5/1/2021). Sampel usap tenggorokan (swab) mereka diambil pada Senin dalam deteksi rutin. ”Kondisi keduanya sehat secara medis. Mereka tak merasakan sakit atau keluhan apa pun,” kata Pelaksana Tugas Kepala Biro Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Sulteng Haris Kariming di Palu, Kamis (7/1).
Dalam video yang beredar di grup percakapan untuk penanganan Covid-19, Longki dan Rusli tampak berolahraga pagi secara terpisah. Keduanya lari santai di sekitar rumah dinas dengan memakai masker.
Terkait roda pemerintahan, Haris menyatakan, Longki dan Rusli masih bekerja penuh. Keduanya bekerja dari rumah. ”Semuanya tetap berjalan baik. Roda pemerintahan dijalankan secara virtual,” ujarnya.
Semua pegawai di lingkungan Sekretariat Daerah Sulteng sudah menjalani tes cepat antigen dengan hasil nonreaktif. Atas hasil itu, semuanya beraktivitas normal. Mayoritas bekerja dari rumah, terutama yang berusia 50 tahun ke atas. Hanya 25 persen pegawai bekerja di kantor.
Longki dan Rusli sekaligus menambah jumlah kasus penularan di Sulteng. Jumlah per Rabu lalu sebanyak 4.038 kejadian. Dari jumlah itu, 2.312 orang dinyatakan sembuh atau 57 persen dan 118 meninggal (2,9 persen). Sebanyak 1.628 orang dirawat di rumah sakit dan fasilitas karantina/isolasi yang disediakan pemerintah.
Akhir September 2020, baru tercatat 344 kasus. Secara harian, tambahan kasus tak pernah kurang dari 50 kejadian.
Kasus-kasus itu menyebar hampir di seluruh wilayah Sulteng dengan episentrum Palu, Morowali, Banggai, Poso, dan Parigi Moutong. Kelima daerah itu zona merah atau risiko tinggi penularan Covid-19.
Perlu respons
Kepala Ombudsman RI Perwakilan Sulteng Sofyan F Lembah menyatakan, PSBB ketat untuk wilayah Jawa dan Bali semestinya bisa dijadikan peluang daerah lain untuk menerapkan kebijakan serupa. ”Pemerintah Provinsi Sulteng berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota yang kasusnya tinggi. PSBB ini penting untuk menekan kasus karena ada pembatasan aktivitas dan mobilitas warga,” katanya.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Palu Rachmat Yasin menyatakan, kasus-kasus di Palu merebak karena warga belum disiplin menerapkan protokol kesehatan. Banyak pengendara motor dan pedagang kios di pinggir jalan tak memakai masker.
Sementara itu, hingga pekan pertama Januari 2021, tingkat rasio positif Covid-19 di Kendari, Sulawesi Tenggara, mencapai 31 persen atau di atas angka nasional, yakni 29 persen. Itu menjadi peringatan keras bagi pemerintah dan warga yang beraktivitas normal, bahkan pemerintah yang mulai membuka sekolah tatap muka.
Berdasarkan data Satgas Covid-19 Sultra, hingga Selasa lalu, jumlah pasien positif korona di Kendari sebanyak 3.921 orang. Sebanyak 53 orang meninggal.
Epidemiolog Universitas Halu Oleo, Ramadhan Tosepu, berpendapat, dengan angka rasio positif 31 persen, berarti setiap tiga orang yang diuji tes PCR, ada satu orang positif Covid-19.
”Angka ini sudah sangat tinggi dan saya belum menemukan kata yang tepat selain menakutkan. Virus ini sudah ada di sekitar kita meski mungkin banyak yang tanpa gejala,” kata Ramadhan.
Menurut dia, sejak beberapa bulan lalu, pelacakan kasus pasien positif Covid-19 sudah sangat sulit. Kluster-kluster yang awalnya bisa dipetakan telah berubah menjadi kluster baru hingga keluarga.
Angka rasio positif di Kendari meningkat dari sebelumnya. Awal November 2020, rasio positif 29 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Kendari Rahminingrum berpendapat, angka rasio positif yang tinggi itu disebabkan jumlah pembaginya adalah mereka yang telah melalui uji usap PCR. Padahal, masyarakat yang termasuk kontak erat dan lainnya telah disaring dengan uji cepat atau tes usap antigen.
Terkait aktivitas sekolah menengah pertama di Kendari yang mulai melakukan tatap muka, Rahminingrum menjabarkan, hal itu telah melalui pertimbangan matang dan proses ketat. ”Hanya ada tiga SMP yang dibuka dari semua sekolah. Pelaksanaan di lapangan melalui kontrol dan pengawasan agar terhindar dari paparan Covid-19,” katanya.
Kasus di Papua
Di Papua, kasus baru positif korona terus bertambah di perkotaan hingga pegunungan. Kondisi ini terkait liburan Natal dan Tahun Baru.
Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia Provinsi Papua Donald Aronggear, kasus baru juga ditemukan di daerah dengan kondisi fasilitas kesehatan belum memadai, seperti Jayawijaya, Mappi, dan Asmat.
Berdasarkan data Satgas Pengendalian, Pencegahan, dan Penanganan Covid-19 Papua selama lima hari terakhir, ada 349 kasus baru dan enam orang meninggal. Hingga Rabu, jumlah kematian akibat Covid-19 sebanyak 246 orang. Sebanyak 974 dirawat dan 12.573 sembuh.
Donald berharap pemda di 28 kabupaten dan 1 kota di Papua lebih memperketat protokol kesehatan dan meningkatkan pemeriksaan Covid-19 dengan pemeriksaan antigen. ”Saat ini kami melihat akses masuk ke Papua sudah terbuka seperti biasanya dan minim pemeriksaan Covid,” ujarnya.
Sekretaris Dinas Kesehatan Papua Arry Pongtiku mengatakan, berdasarkan analisis tim dinkes, sudah terjadi penurunan jumlah kasus jika dibandingkan dengan beberapa bulan lalu. Pemprov Papua telah menyiapkan sekitar 14.000 alat tes antigen untuk meningkatkan pemeriksaan Covid-19.
”Pemeriksaan dengan tes antigen akan terlaksana sebelum pemberian vaksin. Kami menargetkan 2,1 juta warga Papua yang divaksinasi,” ucapnya.
Di Kalimantan Barat, pemprov memperpanjang aturan menunjukkan hasil tes usap PCR negatif Covid-19 bagi seluruh warga yang masuk dengan transportasi udara. Ketentuan yang sedianya berakhir 8 Januari itu diperpanjang hingga 28 Februari.
Kepala Dinkes Kalbar Harisson mengatakan, maskapai yang melanggar dikenai sanksi denda Rp 5 juta. Bagi penumpang yang melanggar, kewajibannya membayar denda biaya pemeriksaan tes usap PCR dan menjalani isolasi di Unit Pelatihan Kesehatan Provinsi Kalbar. (VDL/JAL/FLO/ESA)