Sebanyak 1.083 Bilik Pengungsian di Magelang Disiapkan
Kabupaten Magelang saat ini sudah menyiapkan 1.083 bilik untuk pengungsi. Bilik-bilik tersebut disiapkan untuk mengantisipasi adanya penambahan pengungsi saat Merapi berstatus Awas.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tengah menyiapkan 1.083 bilik pengungsian. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi kondisi ketika semua warga dari 11 dusun di empat desa di lereng Gunung Merapi mendesak harus segera mengungsi.
”Penyiapan 1.083 bilik harus kami lakukan demi mengantisipasi kondisi terburuk saat status Gunung Merapi berubah menjadi Awas,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Gunawan, Kamis (7/1/2021).
Empat desa yang dimaksud adalah Desa Krinjing, Paten, Ngargomulyo, dan Keningar. Desa Keningar adalah desa yang mendesak ikut mengungsi karena khawatir akan ancaman bahaya erupsi, sedangkan tiga desa lainnya memang direkomendasikan mengungsi karena berada dalam radius 5 kilometer dari Merapi.
Dari 1.083 bilik yang telah disiapkan, 250 bilik di antaranya bilik yang sudah digunakan pengungsi saat ini. Bilik-bilik tersebut tersebar di 39 lokasi di tiga kecamatan di Kabupaten Magelang. Sebagian besar dari 1.083 bilik ditempatkan menempati ruang kelas di sekolah-sekolah, yang saat ini tidak digunakan di masa pandemi.
Seiring dengan peningkatan aktivitas vulkanik Merapi, Gunawan mengatakan, pihaknya terus mendorong semua warga dari kelompok rentan yang sebelumnya sempat pulang untuk segera kembali ke barak pengungsian. Namun, hingga Kamis (7/1/2021), upaya tersebut belum bisa tuntas dilaksanakan. Jumlah warga dari kelompok rentan dari empat desa di lereng Merapi terdata 838 orang, sedangkan jumlah warga dari kelompok rentan yang mengungsi baru mencapai 625 orang.
Sejak Minggu (3-7/1/2021) hingga Kamis aliran kepulangan pengungsi ke barak pengungsian terus berlangsung. Kamis sore, 102 warga Dusun Babadan II, Dusun Paten, yang baru saja pulang ke rumah pada Jumat (1/1/2021) akhirnya memutuskan kembali ke barak pengungsian mereka di kompleks Balai Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan.
Selain karena kesadaran sendiri, aktivitas kembali ke pengungsian ini dilakukan untuk mematuhi arahan dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) dan BPBD Kabupaten Magelang.
Kepala Desa Paten Sutarno mengatakan, jumlah warga yang ingin kembali ke barak pengungsian diperkirakan masih akan bertambah. ”Saat ini banyak warga yang ingin mengungsi karena resah dan khawatir akan bahaya erupsi Gunung Merapi,” ujarnya. Selain mendengar suara gemuruh, warga terkadang juga merasakan getaran dari gempa guguran Merapi.
Kendatipun demikian, fluktuasi jumlah pengungsi juga tetap terjadi. Wahyudi, koordinator pengungsi asal Dusun Babadan I, mengatakan, pada Selasa (5/1/2021), jumlah warga yang telah mengungsi ke Balai Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan, mencapai hingga 300 orang. Namun, pada Rabu (6/1/2021), 36 orang di antaranya memutuskan kembali pulang ke rumah mereka di lereng Gunung Merapi.
Wahyudi mengatakan, 36 orang tersebut adalah pendamping dari pengungsi, terutama yang sudah lanjut usia (lansia).
”Setelah memastikan warga yang didampingi tenang di pengungsian dan setelah melihat bahwa aktivitas Gunung Merapi relatif aman, mereka kemudian memutuskan kembali pulang ke desa,” ujarnya.
Selain karena merasa tetap aman tinggal di desa, menurut dia, sebagian warga memilih pulang karena merasa harus menjalankan kewajiban untuk bekerja, bercocok tanam di lahan pertanian.