Penyinaran Lampu Bantu Petani Buah Naga di Banyuwangi Panen Sepanjang Tahun
Sepanjang 2020, Banyuwangi mampu memproduksi 62.146 ton buah naga. Berkat pemanfaatan budidaya buah naga menggunakan lampu, hampir 50 persen produksi tersebut dipanen di luar musim.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Sepanjang 2020, Banyuwangi, Jawa Timur, mampu memproduksi 62.146 ton buah naga. Sistem penyinaran lampu di malam hari membuat 50 persen produksi buah naga di Kabupaten ini bisa dipanen di luar musim.
Kualitas buah naga yang dibudidayakan menggunakan sistem lampu tidak berbeda dengan budidaya konvensional. Sistem ini memanfaatkan sinar lampu pada malam hari untuk memicu pertumbuhan tanaman buah naga. Pemanfaatan lampu pada budidaya buah naga itu membuat panen bisa berlangsung sepanjang tahun.
Kepala Bidang Perkebunan dan Hortikultura Dinas Pertanian Banyuwangi Ilham Juanda di Banyuwangi, Kamis (7/1/2021), mengatakan Banyuwangi memiliki 3.081 hektar lahan perkebunan buah naga. ”Dengan produktivitas rata-rata 202 kuintal per hektar, tahun lalu Banyuwangi mampu memproduksi 62.146 ton buah naga,” katanya.
Hal itu disebabkan hampir sebagian besar petani buah naga di Banyuwangi memanfaatkan teknologi penyinaran menggunakan lampu. Cara ini membantu pertumbuhan buah naga sehingga tetap dapat tumbuh di luar musim.
Hal tersebut dibenarkan oleh Ketua Asosiasi Petani Buah Naga Banyuwangi Rukyan. Menurut dia, Januari hingga Februari merupakan masa panen raya buah naga secara konvensional sekaligus persiapan untuk memasuki musim budidaya buah naga menggunakan lampu.
”Pemanfaatan lampu sebenarnya digunakan untuk efisiensi lahan sekaligus upaya peningkatan hasil. Budidaya menggunakan lampu membantu petani buah naga terus berproduksi tanpa mengenal musim,” ujarnya.
Rukyan mengatakan hasil produksi budidaya buah naga menggunakan lampu bisa menambah jumlah panen petani dalam setahun. Namun, hanya sekitar 40 persen hingga 50 persen saja petani buah naga yang memanfaatkan teknologi ini.
Dengan menggunakan sistem konvensional, satu hektar tanaman buah naga bisa menghasilkan 20-25 ton, namun hanya panen dalam sekali musim. Adapun dengan lampu bisa tetap panen dengan jumlah yang sama di luar musim.
Tidak banyaknya petani yang memanfaatkan budidaya menggunakan lampu membuat harga buah naga di luar musim panen (April-Oktober) cukup tinggi. Rukyan mengatakan, buah naga di musim tanam konvensional (November-Maret) dihargai maksimal Rp 5.000 per kg, sedangkan di luar musim tanam konvensional (April-Oktober) bisa mencapai Rp 9.000 per kg.
Salah satu petani yang memanfaatkan budidaya buah naga menggunakan lampu ialah Wiyono (39) asal Desa Temurejo, Kecamatan Bangorejo, Banyuwangi. Ia memiliki lahan seperempat hektar yang ditanami buah naga lengkap dengan instalasi listrik.
”Untuk lahan seluas ini saya memasang 240 lampu. Lampu tersebut menyala setiap malam sepanjang 20 hari pertama hingga keluar bunga. Setelah itu lampu saya istirahatkan selama 10 hari dan kembali saya nyalakan hingga buah siap dipanen,” kata Wiyono.
Wiyono mengatakan, untuk setiap penyalaan lampu selama 20 hari ia mengeluarkan biaya sekitar Rp 600.000. Menurut dia, biaya tersebut setara dengan biaya produksi pupuk dalam satu musim tanam.
Dalam satu musim tanam budidaya buah naga menggunakan lampu, Wiyono bisa mendapat 4 ton buah naga saat panen. Kendati biaya produksi lebih tinggi, Wiyono mengakui keuntungan dari hasil penjualan buah naga menggunakan lampu lebih tinggi dibanding dengan budidaya buah naga konvensional.