Sebagian Daerah di NTT Belum Terapkan Pendidikan Tatap Muka
Proses pembelajaran sistem tatap muka Nusa Tenggara Timur belum dimulai. Para siswa dan guru masih belajar secara daring. Kebanyakan orangtua siswa menolak pembelajaran tatap muka karena jumlah kasus Covid-19 terus menin
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS-Sebagian daerah di Nusa Tenggara Timur belum akan menerapkan proses pembelajaran sistem tatap muka dalam waktu dekat. Penularan Covid-19 masih tinggi, baik di perkotaan atau pedalaman.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang Dumul Djami di Kupang, Rabu (7/1/2021) mengatakan, daerahnya masih masuk zona merah. Kegiatan belajar mengajar tingkat usia dini, sekolah menengah pertama, dan menengah atas atau sederajat, masih berlangsung daring.
"Pembelajaran daring masih menjadi pilihan utama. Pemkot Kupang belum mengambil kebijakan memberlakukan sistem pembalajaran tatap muka. Masih ada penambahan kasus positif setiap hari,”kata Djami.
Kepala SD Inpres Liliba Kota Kupang Johanes Tukan mengatakan, sistem daring dinilai lebih cocok di masa pandemi Covid-19. Hal itu juga menjadi bagian kesepakatan dengan orang tua siswa.
Sebelumnya, sebagian orangtua masih mengizinkan anak datang mengambil materi di sekolah. Lalu, mereka mengerjakan di rumah dan dikumpulkan di sekolah setiap hari Sabtu atau Jumat. Namun, karena pandemi Covid-19 semakin meningkat, kehadiran siswa di sekolah mengambil materi pun dibatasi.
“Kami juga sudah tidak gunakan handy talkie atau HT seperti tahun lalu karena cara itu pun memberi peluang siswa berkumpul. Satu HT digunakan 4-6 siswa secara bersamaan sehingga itu pun berbahaya bagi penyebaran virus antara siswa,”kata Johanes.
Wakil Bupati Lembata Tomas Ola mengatakan, belum memberlakukan pendidikan tatap muka. Orang tua siswa masih keberatan mengirim anak ke sekolah. Mereka beralasan, kasus Covid-19 di Lembata terus bergerak naik atau Lembata masih dalam zona merah.
Periode Maret 2020-Agustus 2020, jumlah kasus di Lembata berkisar 0-3 pasien. Tetapi saat itu proses belajar mengajar secara daring. Sekarang jumlah kasus menjadi 17 orang, pembelajaran sistem daring makin diperketat.
Pemkab Lembata sampai kini masih menunggu perkembangan vaksin Sinovac yang akan diberikan kepada petugas kesehatan, PNS, pejabat daerah, dan masyarakat. Jika suatu saat vaksin ini membantu menekan perkembangan Covid-19, sistem pembelajaran tatap muka kemungkinan bisa diberlakukan.
“Saat ini tidak ada lagi kabupaten/kota di NTT masih zona hijau. Semuanya berada pada zona merah. Memang tidak semua kecamatan dan desa zona merah tetapi mobilitas warga sangat tinggi, berpeluang terjadi penyebaran virus,”katanya.
Mery Ose (53) warga Kelurahan Naimata, Kota Kupang mengatakan, tidak akan mengirim anaknya yang masih duduk di bangku SMP ke sekolah jika Pemkot memberlakukan pendidikan tatap muka. Pandemi di Kota Kupang dengan penyebaran melalui transmisi lokal rata-rata 20 kasus per hari, ini sangat membahayakan.
"Anak-anak kerap tidak patuh terhadap protokol kesehatan. Mereka lebih suka mengenakan masker di dagu atau tidak mengenakan masker sama sekali," kata dia.
Wakil Kepala SMAN Adonara Tengah Flores Timur Thomas Arakian Bali mengatakan, belum berani memberlakukan pembelajaran tatap muka. Kasus Covid-19 di Flores Timur terus meningkat. Meski sekolah itu ada di pedalaman tetapi sudah ada warga terkonfirmasi positif Covid-19.