Gunung Sinabung Terus Erupsi, Warga Masih Beraktivitas Normal
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo erupsi sebanyak dua kali pada Selasa (5/1/2021) malam. Tinggi kolom abu tidak teramati karena gunung tertutup kabut. Awal tahun ini, Sinabung sudah delapan kali erupsi.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KABANJAHE, KOMPAS — Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, erupsi sebanyak dua kali pada Selasa (5/1/2021) malam. Tinggi kolom abu tidak teramati karena gunung tertutup kabut. Meski sejak awal tahun Sinabung sudah delapan kali erupsi, aktivitas warga di sekitarnya belum terganggu.
”Masyarakat masih tetap beraktivitas seperti biasa. Letusan Sinabung sejauh ini tidak berdampak pada aktivitas warga,” kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo Natanael Perangin-angin, Rabu (6/1/2021).
Pada Rabu pagi, menurut Natanael, masyarakat di lingkar Gunung Sinabung yang berada di luar zona merah masih beraktivitas. Petani pergi ke ladang dan warung-warung tetap buka seperti biasa. Letusan Sinabung yang relatif intens tidak memengaruhi aktivitas warga karena skalanya masih termasuk kecil dengan tinggi kolom abu 700-1.000 meter.
Natanael mengatakan, saat ini mereka fokus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak nekat masuk ke zona merah. Zona bahaya itu meliputi radius 3 kilometer dari puncak Sinabung. Khusus sektor timur-utara 4 kilometer dan sisi selatan-timur 5 kilometer karena merupakan jalur awan panas. Semua rumah warga di zona itu sudah direlokasi ke tempat lain dalam beberapa tahun terakhir.
Meski demikian, sebagian warga masih banyak yang berladang di zona merah. Mereka biasanya datang pada pagi hari dan pulang ketika sudah sore. Ketika ada letusan, mereka juga biasanya keluar dari ladangnya.
Pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung Armen Putra mengatakan, Sinabung meletus dua kali pada Selasa malam, yakni pukul 20.27 dan 21.08. ”Namun, kami tidak bisa mengamati tinggi kolom abu karena gunung tertutup kabut,” kata Armen.
Sebagian warga masih banyak yang berladang di zona merah. Mereka biasanya datang pada pagi hari dan pulang ketika sudah sore.
Berdasarkan pengamatan di seismograf, erupsi pada pukul 20.27 mempunyai amplitudo hingga 58 milimeter dengan durasi 1 menit 33 detik. Erupsi berikutnya lebih besar dengan amplitudo maksimal 120 milimeter dan durasi 1 menit 54 detik.
Armen mengatakan, aktivitas kegempaan Sinabung juga masih tetap tinggi dengan didominasi gempa guguran yang menandakan ketidakstabilan dan runtuhnya kubah lava. Gempa lainnya ialah jenis hibrid yang menunjukkan adanya pertumbuhan kubah lava dan gempa frekuensi rendah yang menandakan adanya pasokan energi dari dapur magma.
Armen pun mengingatkan bahwa karakter erupsi Sinabung sulit diprediksi. ”Sudah beberapa kali Sinabung meletus dan mengeluarkan awan panas guguran tanpa tanda-tanda yang bisa diamati lebih dulu,” kata Armen.
Oleh karena itu, Armen pun meminta agar warga tetap waspada dan disiplin menjauhi zona merah. Saat musim hujan seperti sekarang, warga diminta menjauhi jalur lahar dingin dan sungai yang berhulu di Sinabung. Potensi lahar hujan sangat besar karena material vulkanis Sinabung saat ini masih menumpuk di lereng gunung.
Dalam catatan Kompas, bencana letusan Sinabung sudah beberapa kali menelan korban jiwa karena diterjang awan panas guguran dan lahar hujan.