Dua Anggota JAD Pengikut NIIS Tewas di Makassar, 17 Ditahan
Para korban merupakan pendukung khilafiah dan NIIS alias ISIS. Dua korban meninggal terlibat pendanaan bom bunuh diri di Gereja Katedral di Filipina. Polisi masih memburu anggota kelompok itu.
Oleh
Reny Sri Ayu
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Dua anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Makassar ditembak mati anggota Densus 88 Mabes Polri, Rabu (6/1/2021). Satu luka-luka dan 17 lainnya ditahan. Dua korban diduga terlibat mendanai bom bunuh diri di Gereja Katedral Jolo, Filipina.
Penggerebekan dilakukan Densus 88 sekitar pukul 06.00 Wita di Perumahan Villa Mutiara, Kelurahan Bulurokeng, Kecamatan Biringkanaya. Rumah yang menjadi lokasi penggerebekan berada di Jalan Biru 11 Nomor 2, milik MR. Satu rumah lain di Nomor 11 milik Iw.
Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan Inspektur Jenderal Merdysam di lokasi kejadian pada Rabu siang mengatakan, ada dua korban meninggal dalam penggerebekan ini, yakni MR serta SA. Keduanya mertua dan menantu. MR adalah mertua SA.
”Pada saat dilakukan penangkapan, mereka melakukan perlawanan dengan senjata tajam dan senapan angin PCP. Barang bukti diamankan, antara lain senjata tajam, panah, senapan angin, dan sejumlah dokumen. Dari penggerebekan ini, ada 20 yang diamankan. Dua meninggal, satu luka tembak, dan 17 lainnya diamankan,” tutur Merdysam.
Saat ini, lokasi rumah yang digerebek ditutup terpal biru dan diberi garis polisi. Penggerebekan ini mengejutkan warga yang hingga siang ini terus berdatangan melihat lokasi.
Iswanti (54), tetangga korban, mengatakan, selama ini kedua korban, yakni MR dan SA, memang tak cukup akrab berkomunikasi dengan warga sekitar. Mereka bahkan pernah berselisih paham akibat penggunaan mushala.
”Dulu, mereka selalu keberatan kalau jemaah dipimpin imam mushala kompleks. Mereka maunya imam dari kelompok mereka. Namun, warga keberatan karena cara shalatnya berbeda. Akhirnya, beberapa kali shalat harus digelar dua kali, yakni oleh warga dan oleh kelompok mereka. Lama-lama warga keberatan hingga akhirnya mereka memisahkan diri dan bikin mushala di rumahnya. Mereka juga aktif pengajian dan melakukan kajian, tetapi tidak mau melibatkan warga,” papar Iswanti.
Warga lain juga mengatakan hal yang sama. Selama ini, pengajian digelar sekali sepekan dan, apabila pengajian, anggota yang berkumpul cukup banyak.
Kapolda mengatakan, berdasarkan penyelidikan yang dilakukan selama ini, kelompok pimpinan MR adalah jaringan teroris pendukung khilafiah, ISIS alias Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Mereka adalah anggota JAD. ”Bersama ratusan anggotanya, mereka mengikuti baiat dan menyatakan mendukung ISIS di Pondok Pesantren Al Ridho pimpinan ustaz Basri pada 2015,” katanya.
Mereka juga aktif melakukan kajian khusus terkait daulah di Villa Mutiara. Bersama keluarga pada 2016 sempat hijrah dan bermaksud ke Suriah, tetapi digagalkan di Bandara Soekarno-Hatta. Keduanya juga terlibat pengiriman dana umtuk pelaku pengeboman bunuh diri di Gereja Katedral Jolo di Filipina. ”Sejak Oktober 2020, mereka rutin latihan menembak dan naik gunung,” kata Merdysam.