Di tengah situasi pandemi yang kian memburuk, Pemprov Sulsel siap mendistribusikan dan melaksanakan vaksinasi Covid-19.
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah menyatakan kesiapan aparaturnya melaksanakan vaksinasi Covid-19 secara serentak mulai 13 Januari nanti. Saat ini, data tenaga kesehatan, termasuk data klinis warga, terus dilengkapi oleh dinas kesehatan. Sebanyak 1.000 vaksinator juga sudah siap bertugas.
Hal ini dikatakan Nurdin pada Selasa (5/1/2021) sore saat meninjau vaksin di gudang Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulsel di Makassar. Vaksin untuk Sulsel tiba di Makassar Selasa dini hari via Bandara Intenasional Sultan Hasanuddin. Diangkut menggunakan maskapai Batik Air, sebanyak 30.000 dosis vaksin yang dikemas dalam 19 koli ini langsung dibawa ke gudang Dinkes Sulsel. Sisanya, sebanyak 36.000 dosis, menyusul dikirim.
”Sudah ditetapkan tanggal 13 (Januari) mulai vaksinasi. Sebelum tanggal 13, kami upayakan seluruh 24 kabupaten/kota sudah menerima vaksin. Sekarang kami menunggu kelengkapan administrasi satu lagi, yakni emergency use authorization (EUA/izin penggunaan darurat). Kalau izin edar, kan, sudah ada. Untuk distribusi, kami sudah menyiapkan cool box (pendingin) dengan temperatur minus 8 derajat celsius,” papar Nurdin.
Saat ini, kata Nurdin, Dinkes Sulsel terus melengkapi data nakes dan data klinis warga yang diperlukan untuk proses vaksinasi. Sebanyak 1.000 vaksinator juga sudah siap bertugas.
Nurdin pun berharap semua pihak bisa menerima program vaksinasi ini karena sudah melalui uji klinis. Dia berharap tak ada masalah dalam pemberian atau dampak vaksin nantinya. Dia juga meminta soal penolakan tak dibesar-besarkan.
”Yang namanya vaksin pasti ada demam dan gejala lain. Ada pula yang tak bergejala, tergantung imunnya. Memang ada kriteria yang harus dipenuhi tentang orang-orang yang bisa divaksinasi. Makanya, saya minta dinas kesehatan melengkapi data klinis masyarakat karena ini penting. Misalnya, tidak sedang Covid, tidak ada penyakit tertentu atau alergi, dan sebagainya,” katanya.
Sementara itu, juru bicara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar Wahyudi Muchsin mengatakan, IDI siap bekerja sama sepanjang semua melalui prosedur. Data klinis yang ada diharapkan disesuaikan kembali dengan data riil penerima vaksin nantinya.
”Intinya sudah ada izin edar dan sudah ada EUA. Kami percaya pemerintah tak mungkin akan mencelakakan warganya. Pasti sudah dipikirkan baik buruknya. Karena itu, kami meminta, sebelum vaksinasi dilakukan, kondisi kesehatan penerima vaksin kembali diperiksa dan disesuaikan walau sebelumnya sudah ada data klinis,” tutur Wahyudi.
Di Sulsel, dalam sebulan terakhir, pandemi kian memburuk. Angka positivity rate meningkat hingga 20 persen. Okupansi rumah sakit juga meningkat dari 38 persen menjadi hampir 70 persen. Di beberapa rumah sakit, ruang ICU penuh. Di Makassar, sebanyak sembilan dokter meninggal akibat Covid-19, puluhan dokter lainnya pun saat ini dirawat.
Kondisi ini memaksa Pemprov Sulsel mengupayakan penambahan tempat tidur di rumah sakit. Di Makassar, hotel isolasi yang pada akhir November hanya dua ditambah empat pada Desember, kini bahkan telah menjadi delapan. Ini belum termasuk hotel isolasi yang disiapkan di daerah.
Sementara itu, penambahan kasus harian Covid-19 di Sulsel pada Selasa (5/1) menyentuh angka tertinggi baru, yakni 639 kasus. Sebelumnya, pada Sabtu (2/1), jumlahnya 600. Angka rata-rata 500 kasus per hari terjadi sejak pertengahan Desember lalu. Angka ini jauh meningkat dibandingkan hingga akhir November yang berkisar puluhan kasus saja per hari, paling tinggi 150 kasus.