10.200 Tenaga Kesehatan di Sultra Jadi Target Vaksinasi Covid-19
Dikawal ketat aparat kepolisian, 20.400 dosis vaksin Sinovac tiba di Sulawesi Tenggara. Di tahap pertama ini, vaksin akan diberikan kepada 10.200 tenaga kesehatan yang ada di 17 kabupaten dan kota.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Sebanyak 10.200 tenaga kesehatan di Sulawesi Tenggara menjadi target awal penerima vaksin. Seleksi penerima dilakukan utamanya yang tidak memiliki penyakit penyerta dan dalam kondisi sehat. Tenaga kesehatan berharap vaksinasi dimulai ketika uji klinis telah rampung.
Pada Selasa (5/1/2021) pagi, 20.400 dosis vaksin Sinovac tiba di Bandar Udara Haluoleo, Konawe Selatan, Sultra. Dikawal ketat aparat, vaksin ini lalu dibawa ke Dinas Kesehatan Sultra dan disimpan di ruangan berpendingin khusus.
Sekretaris Daerah Sultra Nur Endang Abbas menjabarkan, vaksin ini akan ditujukan pertama kali untuk tenaga kesehatan di wilayah ini. Sebanyak 10.200 tenaga kesehatan dan tenaga medis akan menjadi penerima vaksin. Sebab, setiap satu orang akan diberikan dua dosis, dengan mekanisme berjarak tiga hari.
”Terkait waktu vaksinasi, kami masih menunggu mekanisme vaksinasi karena akan dilakukan secara nasional. Untuk siapa saja nakes yang akan mendapatkan vaksin tersebut, sekarang masih dalam penyaringan,” kata Endang.
Dari 23.500 tenaga kesehatan yang ada di Sultra, Endang menyampaikan, semua data pegawai ini telah ada di kabupaten ataupun tingkat provinsi. Saat ini, kondisi kesehatan semua tenaga kesehatan dalam proses seleksi dan pemutakhiran data.
Hal tersebut penting dilakukan untuk melihat kondisi kesehatan terkini para nakes tersebut, apakah memiliki penyakit penyerta, atau sedang dalam kondisi sehat atau tidak. Data nakes tersebut juga dimasukkan dalam aplikasi khusus yang terhubung dengan pemerintah pusat.
Setelah mendapatkan verifikasi kesehatan setiap nakes, tambah Endang, nantinya akan dipastikan berapa jumlah nakes penerima vaksin di 17 kabupaten dan kota. Seturut dengan hal tersebut, vaksin akan didistribusikan di setiap daerah.
”Sekarang sedang dimutakhirkan semua. Nanti akan dilihat jumlahnya berapa, lalu disesuaikan yang akan dikirim. Yang jelas, kami telah menyiapkan anggaran Rp 500 juta untuk distribusi dan sosialisasi,” kata Endang.
Sebanyak 20.400 dosis vaksin Sinovac yang telah tiba di Kendari ini ditaruh dalam ruangan khusus untuk menjaga suhu 2-8 derajat celsius. Hal tersebut untuk mencegah kerusakan pada vaksin.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Sultra Usnia mengatakan, tempat penyimpanan yang ada telah disesuaikan dan dijaga. Telah disiapkan ruangan untuk menampung hingga ratusan ribu vaksin.
Terkait seleksi tenaga kesehatan, tutur Usnia, saat ini telah berlangsung dan menunggu verifikasi dari pemerintah pusat. Selain penyakit penyerta, tenaga kesehatan yang bisa mendapatkan vaksin adalah mereka yang berusia 18-59 tahun. Selama beberapa waktu terakhir, 170 petugas juga telah diberikan pelatihan untuk vaksinasi.
”Yang jelas, meskipun telah divaksin, protokol kesehatan tetap harus dilakukan. Bukan berarti setelah proses vaksinasi tidak ada lagi protokol yang berlaku. Praktik menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker wajib dilakukan,” katanya.
Sementara itu, seorang tenaga kesehatan di Sultra mengungkapkan siap menjalani vaksinasi tahap pertama ini. Secara fisik, ia tidak memiliki penyakit penyerta, dan dalam kondisi sehat.
Meski demikian, tenaga kesehatan yang enggan disebutkan namanya tersebut berharap vaksinasi dimulai ketika hasil uji klinis tahap tiga telah diketahui. Saat ini, uji tahap tersebut dalam proses, dan diperkirakan keluar akhir Januari.
”Seharusnya memang menunggu tahap tiga uji klinis. Karena dari tahap tiga tersebut nanti akan mendapatkan sertifikasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),” katanya.
Pengurus Besar Ikatan Doker Indonesia (IDI) beberapa waktu lalu juga telah mengeluarkan sejumlah rekomendasi terkait vaksinasi ini. Salah satu yang menjadi sorotan adalah agar proses vaksinasi tidak dilakukan terburu-buru dan menunggu hingga publikasi uji klinis tahap ketiga.
Asrun Salam, akademisi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo (UHO), menyampaikan, vaksinasi membutuhkan persiapan matang. Tidak hanya dari uji klinis, tetapi juga teknis penyimpanan vaksin, distribusi, hingga proses vaksinasi di lapangan.
Para petugas vaksinasi, terang Asrun, harus mengetahui betul teknik penyimpanan dan proses injeksi yang baik. Pemindahan dan pembukaan tempat penyimpanan vaksin diharapkan tidak mengubah suhu, yang bisa berakibat rusaknya vaksin.
”Vaksin ini punya suhu yang harus dijaga. Jangan sampai berubah ketika dipindahkan dari tempat awalnya. Tidak hanya itu, siapa yang divaksin nanti itu harus melalui screening yang ketat. Jangan sampai yang divaksin juga tidak sehat, atau memiliki komorbid,” ujarnya.