Sinabung Erupsi Lagi, Warga Dilarang Masuk Zona Merah
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo kembali erupsi. Pada Senin (4/1/2021), erupsi terjadi tiga kali dengan tinggi kolom abu 700-1.000 meter. Kesiapsiagaan ditingkatkan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KABANJAHE, KOMPAS — Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, kembali erupsi pada awal tahun ini. Senin (4/1/2021), erupsi terjadi tiga kali dengan tinggi kolom abu 700-1.000 meter. Kesiapsiagaan ditingkatkan di tengah naiknya aktivitas vulkanis Sinabung.
”Kami terus melakukan sosialisasi agar masyarakat tidak masuk ke zona merah. Kami juga patroli meminta masyarakat keluar dari ladangnya di zona merah,” kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Natanael Perangin-angin.
Sinabung awalnya erupsi pukul 08.54 dengan tinggi kolom abu 700 meter. Erupsi terjadi saat warga di sekitar Sinabung mulai bertani di ladangnya. Erupsi pun kembali terjadi pukul 11.50 dan pukul 14.12 dengan tinggi kolom abu masing-masing 1.000 meter. Sinabung memuntahkan abu vulkanis berwarna kelabu dengan intensitas yang tebal. Kolom abu pun berembus ke arah utara dan barat.
Natanael mengatakan, mereka masih terus memantau dampak erupsi terhadap aktivitas masyarakat. Sejauh ini, erupsi Sinabung tidak mengganggu aktivitas masyarakat karena abu vulkanis tidak sampai ke permukiman. ”Erupsi di awal tahun ini juga tidak sampai merusak ladang warga,” katanya.
Natanael mengatakan, bahaya letusan Sinabung bisa dihindari dengan tidak masuk ke zona merah yang meliputi radius 3 kilometer dari puncak Sinabung. Khusus untuk sektor timur-utara radius 4 kilometer dan selatan-timur 5 kilometer.
Pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung Armen Putra mengatakan, aktivitas Sinabung di awal tahun ini cukup tinggi. Selain erupsi yang terjadi cukup intensif, aktivitas kegempaan juga meningkat. Pada Minggu, gempa guguran terjadi 58 kali. ”Gempa ini menandakan ketidakstabilan dan adanya proses runtuh sebagian kubah lava Sinabung,” kata Armen.
Tingginya gempa guguran ini juga diikuti dengan guguran lava pijar sejauh 1.000 meter ke arah timur-tenggara. Guguran ini menunjukkan adanya potensi terjadinya awan panas guguran.
Selain gempa guguran, gempa lain yang mendominasi adalah jenis frekuensi rendah yang menandakan adanya aliran energi dan fluida dari dapur magma dan hibrid yang menunjukkan pertumbuhan kubah lava. Gempa tektonik jauh, embusan, dan letusan juga teramati dengan intensitas yang lebih rendah.
Dengan aktivitasnya yang masih tinggi dan status level III (Siaga), Sinabung juga berpotensi mengeluarkan awan panas guguran, guguran lava, lontara batu pijar, hujan abu lebat, dan gas beracun. Letusan Sinabung pun beberapa kali memakan korban jiwa karena diterjang awan panas guguran.
”Namun, semua bahaya itu bisa dihindari dengan menjauhi zona merah,” kata Armen.
Yahya Ginting (57), warga Kecamatan Naman Teran, mengatakan, erupsi yang terjadi tidak mengganggu aktivitas warga di permukiman ataupun di ladang. ”Mudah-mudahan erupsi tidak sampai merusak ladang kami,” katanya.
Beberapa bulan lalu, erupsi dengan tinggi kolom abu 3.000 meter merusak ribuan hektar ladang warga. Aktivitas warga pun terganggu karena abu menumpuk di jalan dan di atap rumah warga.