Meskipun Sudah Didistribusikan, Penggunaan Vaksin Sinovac Masih Menunggu Izin BPOM
PT Bio Farma telah mendistribusikan 714.240 dosis vaksin Covid-19 buatan Sinovac, China, ke sejumlah provinsi. Namun, penggunaan vaksin masih menunggu izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — PT Bio Farma telah mendistribusikan 714.240 dosis vaksin Covid-19 buatan Sinovac, China, ke sejumlah provinsi. Namun, penggunaan vaksin ini masih menunggu izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Pendistribusian vaksin dilakukan bertahap. Sejumlah 401.240 dosis dikirim ke 14 provinsi, Minggu (3/1/2021). Selain itu, 313.000 dosis dikirim ke 18 provinsi, Senin (4/1/2021). Pengiriman ke Sulawesi Barat dijadwalkan Selasa (5/1/2021) dan pendistribusian di Jabar dilakukan Rabu (6/1/2021).
”Meski vaksin sudah didistribusikan, vaksinasi menunggu izin penggunaan darurat atau EUA dari BPOM,” ujar Kepala Bagian Komunikasi Perusahaan PT Bio Farma Iwan Setiawan, Senin.
Iwan menyampaikan, pengiriman vaksin tahap pertama ini berasal dari 1,2 juta dosis vaksin yang tiba pada 7 Desember 2020. Sementara 1,8 juta dosis vaksin yang didatangkan pada 31 Desember masih disimpan di Bio Farma. Vaksin jadi produksi Sinovac tersebut disimpan di tempat penyimpanan khusus di fasilitas Bio Farma di Bandung. Vaksin disimpan pada suhu 2-8 derajat celsius.
Vaksinasi Covid-19 akan dilakukan dalam dua periode dan membutuhkan waktu 15 bulan, yakni Januari 2021 hingga Maret 2022. Periode pertama berlangsung Januari hingga April 2021 dan memprioritaskan 1,3 juta tenaga kesehatan serta 17,4 juta petugas publik di 34 provinsi.
Selain mendistribusikan vaksin, Bio Farma bersama Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran juga masih melakukan uji klinis fase tiga vaksin Sinovac di Bandung. Uji klinis berlangsung sejak Agustus 2020 dengan melibatkan 1.620 sukarelawan.
Pendistribusian vaksin dilakukan bertahap. Sejumlah 401.240 dosis dikirim ke 14 provinsi, Minggu (3/1/2021), dan 313.000 dosis ke 18 provinsi, Senin (4/1/2021).
Sukarelawan disuntik dua dosis vaksin atau plasebo dalam rentang waktu 14 hari. Sebelum disuntik, sukarelawan diperiksa kesehatannya dan dipastikan tidak terinfeksi Covid-19.
Akhir Januari
Ketua Tim Uji Klinis Vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Unpad Kusnandi Rusmil mengatakan, 1.603 sukarelawan telah menjalani penyuntikan dosis pertama dan kedua. Sementara 17 sukarelawan tidak mengikuti penyuntikan kedua dengan berbagai alasan, di antaranya sudah pindah lokasi kerja dan tidak berada di Bandung saat jadwal penyuntikan.
Kusnandi menuturkan, sebelum diuji klinis di Indonesia, vaksin produksi Sinovac telah melalui uji klinis fase satu dan dua di China. Vaksin ini dinilai aman karena tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan.
Selama hampir enam bulan diuji klinis di Bandung, kondisi kesehatan sukarelawan dipantau intensif. Menurut Kusnandi, sukarelawan hanya mengalami gejala normal pascaimunisasi, seperti demam dan bengkak di lokasi penyuntikan. Gejala itu reda dalam satu sampai dua hari.
Menurut Kusnandi, belum ada kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) serius yang dialami sukarelawan. Manfaat vaksinasi dinilai lebih besar dibandingkan efek sampingnya.
”Keamanan vaksin Sinovac cukup baik. Namun, untuk efektivitas dan imunogenisitasnya masih dalam penelitian. Kami akan laporkan pada akhir Januari 2021,” ujarnya.