Jawa Timur telah menerima kedatangan 77.760 vaksin Covid-19 produksi Sinovac tahap pertama dan akan mengutamakan vaksinasi bagi 193.000 tenaga kesehatan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA, RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Jawa Timur telah menerima kedatangan 77.760 vaksin Covid-19 produksi Sinovac, Senin (4/1/2021). Vaksin akan segera didistribusikan dan kalangan yang didahulukan menerima adalah tenaga kesehatan.
Vaksin yang diterima masih jauh di bawah kuota awal untuk Jatim, yakni 316.000 vaksin. Ini akibat perubahan skema penyaluran oleh pemerintah pusat. Vaksin pada awalnya ditujukan bagi tujuh provinsi dengan kasus tertinggi termasuk Jatim.
Vaksin telah diterima dan akan diperuntukkan bagi mereka yang bekerja pada fasilitas kesehatan. (Herlin Ferliana)
Namun, kebijakan baru karena wabah Covid-19 belum mereda di seluruh Indonesia, akhirnya seluruh provinsi mendapat vaksin. Untuk itu, pengiriman vaksin masih akan berlanjut di tahap-tahap berikutnya.
”Vaksin telah diterima dan akan diperuntukkan bagi mereka yang bekerja pada fasilitas kesehatan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Jatim Herlin Ferliana seusai menyambut kedatangan vaksin itu.
”Vaksin telah diterima dan akan diperuntukkan bagi mereka yang bekerja pada fasilitas kesehatan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Jatim Herlin Ferliana seusai menyambut kedatangan vaksin itu.
Menurut Herlin, tenaga kesehatan dimaksud adalah dokter, perawat, pengemudi ambulans, dan petugas kebersihan fasilitas. Mereka ini, di Jatim, tercatat ada 193.000 orang. Mereka ini paling berisiko tertular Covid-19.
”Mereka akan mendapatkan prioritas vaksinasi dengan pelaksanaan di kabupaten/kota melalui penunjukan salah satu fasilitas yang telah memenuhi kriteria untuk vaksinasi,” kata Herlin.
Dari vaksin yang datang, Sidoarjo akan menerima 9.291 vaksin. Di Sidoarjo, vaksin akan disimpan di tempat penyimpanan berstandar khusus di puskesmas. Sidoarjo memiliki 26 puskesmas. Sejauh ini baru ada 9 unit bantuan dari Pemprov Jatim dan milik Dinas Kesehatan Sidoarjo. Masih kurang 17 tempat penyimpanan khusus.
”Kekurangan akan segera dipenuhi. Anggaran sudah disiapkan,” ujar Penjabat Bupati Sidoarjo Hudiyono.
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman siap menerima vaksin produksi Sinovac itu. Sidoarjo telah menyiapkan sarana penyimpanan dan tenaga vaksinator bersertifikat. Untuk setiap puskesmas disiapkan 3 tenaga vaksinator atau total se-Sidoarjo mencapai 78 orang.
”Sasaran pertama pemberian vaksin adalah tenaga kesehatan,” kata Syaf.
Tenaga kesehatan penerima vaksin harus telah terdaftar di sumber daya manusia kesehatan. Mereka berusia 18-59 tahun. Mereka harus sehat dan tidak memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
Sejak pertengahan Maret 2020, situasi wabah Covid-19 yang telah menjadi pandemi global belum juga mereda. Secara akumulasi, pagebluk atau wabah telah menjangkiti 87.070 jiwa warga. Sebanyak 6.065 jiwa di antaranya meninggal dan 6.038 orang masih dirawat. Sebanyak 74.967 orang berhasil bertahan dan dinyatakan sembuh.
Dari situasi itu terlihat bahwa tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Jatim masih tinggi, yakni 86,1 persen. Di sisi lain, tingkat kematian juga tinggi, yakni 6,9 persen. Fatalitas di atas ambang yang disarankan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 4 persen.
Dari jumlah 87.070 warga terjangkit itu terdiri atas 39.011 pasien memperlihatkan gejala, sedangkan 48.059 orang atau lebih banyak tidak bergejala. Dilihat dari skema penularan, 56.304 pasien tertular tanpa riwayat perjalanan.
Ini memperlihatkan bahwa penularan terbanyak terjadi di lingkungan antara lain rumah, tempat kerja, dan ruang publik. Penularan berikutnya akibat kontak dengan pasien yang mencapai 22.804 kasus. Adapun penularan melalui perjalanan hanya 7.962 orang.
Berdasarkan laman resmi https://covid19.go.id/peta-risiko, Senin malam, terdapat 8 daerah dari 38 kabupaten/kota di Jatim yang berstatus zona merah atau risiko tinggi penularan. Delapan daerah dimaksud ialah Lumajang, Kota Malang, Kota Blitar, Tulungagung, Kota Madiun, Mojokerto, Bojonegoro, dan Tuban. Yang selebihnya ialah zona jingga atau risiko sedang.
Jika tidak ada ketegasan, situasi wabah tidak akan membaik. (Windhu Purnomo)
Situasi wabah saat ini lebih buruk dibandingkan awal Desember 2020 yang ketika itu ada 5 zona merah. Jauh lebih buruk dibandingkan dengan pertengahan November lalu yang belum ada wilayah risiko tinggi.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, kembali menyarankan gugus tugas agar menerapkan pembatasan aktivitas sosial masyarakat dengan lebih tegas. Pertimbangkan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang pernah diberlakukan di Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, Gresik) dan Malang Raya (Kota dan Kabupaten Malang serta Batu) untuk menekan sebaran wabah.
”Jika tidak ada ketegasan, situasi wabah tidak akan membaik,” kata Windhu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya Irvan Widyanto mengatakan, gugus tugas akan lebih tegas dalam penerapan protokol kesehatan di tingkat masyarakat.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Wali Kota Surabaya Nomor 67 Tahun 2020 tentang Penerapan Protokol Kesehatan dalam Rangka Pencegahan dan Memutus Mata Rantai Penyebaran Covid-19 di Kota Surabaya yang terbit pada 22 Desember 2020.
Peraturan itu mencakup sanksi bagi masyarakat yang tidak memakai masker saat beraktivitas di luar rumah, berkerumun, dan tempat usaha yang masih beroperasi selepas pukul 22.00 WIB.
Bentuk hukuman ialah penyitaan kartu tanda penduduk, pembubaran kerumunan, penutupan sementara atau penyegelan tempat usaha, pemberian denda individu Rp 150.000 dan untuk tempat usaha Rp 500.000-Rp 25 juta, bahkan pencabutan izin.
”Kami mengharapkan masyarakat patuh,” kata Irvan yang juga menjabat Wakil Sekretaris Satuan Tugas Covid-19 Kota Surabaya.