Rantai Makanan Terganggu, Buaya Mentaya Serang Dua Warga
Buaya-buaya di Sungai Mentaya kembali meresahkan. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, salah satunya karena ketidakseimbangan kehidupan di habitatnya.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Buaya di Sungai Mentaya kembali meresahkan warga. Dalam dua hari, dua orang diserang buaya. Salah satu korban adalah anak berumur 10 tahun, sedangkan satu lagi nenek berusia 74 tahun yang diserang hingga tangannya terputus.
Kedua korban tersebut adalah Aditya dan Bahriah. Aditya berasal dari Desa Ganepo, Kecamatan Seranau, Kotawaringin Timur, sedangkan Bahriah berasal dari Mentawa, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kotawaringin Timur, Kalteng.
Sungai Mentaya merupakan sungai dengan panjang 400 kilometer. Sungai beserta enam anak sungainya itu melintas di hampir seluruh wilayah Kotawaringin Timur, bahkan hingga ke kabupaten tetangga, yakni Seruyan.
Direktur Polisi Air dan Udara Kepolisian Daerah Kalteng Komisaris Besar Pitoyo Agung Yuwono mengungkapkan, Aditya diserang buaya saat sedang bermain dengan temannya di pinggir Sungai Mentaya. Di sela-sela bermain itu, Aditya sempat terseret hingga ke dalam sungai menjauhi pinggiran.
”Sedang asyik bermain, tiba-tiba kedua kakinya diterkam buaya. Ia dan teman-temannya sempat berteriak minta pertolongan,” kata Pitoyo saat dihubungi dari Palangkaraya, Minggu (3/1/2021).
Menurut Pitoyo, Aditya kemudian ditolong oleh kedua kakaknya yang berada tak jauh dari lokasi kejadian. Keduanya masing-masing membawa sepotong kayu dan parang yang kemudian dipukulkan ke buaya muara tersebut.
”Aditya sempat berupaya untuk melepaskan diri, untung baik setelah dipukul si buaya melepaskan gigitannya sehingga anak itu berhasil diselamatkan,” kata Pitoyo.
Aditya dibawa ke puskesmas terdekat dan diberi perawatan. Kejadian itu berlangsung pada Sabtu (2/1/2020). Terdapat beberapa luka gigitan di kedua kaki Aditya, tetapi saat ini kondisinya terus membaik.
Masih dari sungai yang sama, buaya juga menyerang Bahriah pada Jumat (1/1/2020). Bahriah sedang buang air besar di kamar mandi yang memang biasanya dibuat di pinggir sungai, tepatnya di atas lanting atau rakit kayu.
Begitu keluar dari kamar mandi kayu itu, Bahriah berjalan di pinggir lanting, lalu terjatuh karena empasan buaya ke lanting tersebut. Buaya pun menerkam tangan kiri Bahriah hingga putus.
Zulkifli, cucu Bahriah, saat ditelepon menuturkan, tangan neneknya putus karena saat buaya berusaha membawa tubuh neneknya masuk ke dalam air, seorang warga melihat dan menolong neneknya.
Sempat terjadi tarik-menarik antara buaya dan warga yang menolong hingga akhirnya tangan kiri Bahriah putus. ”Selain tangan kiri yang putus, kaki kiri nenek saya juga patah terbentur kayu lanting. Beliau kini masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr Murjani di Kota Sampit,” ujar Zulkifli.
Zulkifli menjelaskan, di wilayahnya memang masih terdapat banyak buaya. Kejadian seperti ini memang pernah terjadi sekitar 10 tahun lalu. Buaya yang pernah memakan korban itu pun sudah dibunuh warga, tetapi kini muncul buaya lain.
Kejadian yang menimpa Aditya dan Bahriah terjadi di lokasi yang tidak berjauhan. Kampungnya berseberangan, hanya dipisah oleh Sungai Mentaya. Kedua desa saat ini masih bersiap-siap memancing buaya keluar untuk diburu dan dibunuh karena terus meresahkan masyarakat.
Komandan jaga pos Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kotawaringin Timur, Muriansyah, mengatakan, hampir setiap tahun buaya menyerang warga di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Mentaya. Setidaknya ada tiga serangan tiap tahun. Untungnya, serangan tersebut tidak sampai memakan korban jiwa.
”Serangan-serangan itu membuat warga kian cemas dan mengganggu aktivitas mereka, apalagi sebagian besar aktivitas warga ada di sungai,” kata Muriansyah.
Menurut Muriansyah, banyak faktor terjadinya serangan buaya. Hal itu dipengaruhi rantai makanan yang terganggu pada habitat buaya sehingga mereka menyerang manusia.
Ia menambahkan, pihaknya pun setiap tahun selalu berupaya memancing buaya yang kerap meresahkan warga. Namun, tak semua jenis buaya gemar menyerang manusia. Salah satunya adalah buaya jenis capit yang biasanya hanya memangsa ikan, monyet, dan binatang kecil lain.
”Ia jarang menyerang manusia, tetapi kalau sampai demikian artinya kelaparan atau bahan makanannya habis. Selain itu, ada buaya muara yang panjangnya bisa mencapai 5 meter. Ini yang bahaya karena memangsa apa saja,” katanya.
Ia menuturkan, pihaknya akan memasang jerat untuk memancing buaya keluar dari sarangnya untuk kemudian dipindahkan. Dari total 400 kilometer panjang Sungai Mentaya, hanya 67 persen yang bisa dilalui manusia. Biasanya pihaknya akan melepaskan buaya itu di habitat yang jauh dari permukiman.