Terjebak Sedimentasi Parah, Hiu Paus Terdampar di Teluk Kendari
Setelah lebih dari enam jam proses evakuasi, seekor hiu paus yang terjebak berhasil dibawa ke bagian perairan dalam di Teluk Kendari, Sultra.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·5 menit baca
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Warga menyaksikan upaya penyelamatan seekor hiu paus (Rhincodon typus) yang terdampar di muara Sungai Wanggu di Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (2/1/2021).
KENDARI, KOMPAS — Seekor hiu paus terdampar di sebuah anak sungai di Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara. Sedimentasi parah membuat evakuasi hewan dilindungi penuh ini memerlukan waktu hingga enam jam. Perbaikan lingkungan dan penyadaran masyarakat harus terus ditingkatkan untuk menjaga kelangsungan hidup hewan dilindungi.
Terdamparnya hiu paus (Rhincodon typus) di Kendari diketahui warga pada Sabtu (2/1/2021) jelang pagi. Hewan yang masuk dalam kategori Appendix II itu masuk jauh ke dalam muara Sungai Wanggu dan terjebak saat air mulai surut.
Yahya (52), warga Kambu, Kendari, menyampaikan, ia mengetahui adanya hiu paus yang terdampar sejak pukul 05.00 Wita. Sejumlah warga melaporkan adanya hewan besar di tepian sungai, tepatnya di belakang RSUD Kendari. Kediamannya memang tidak jauh dari lokasi tersebut.
”Ikan ini terjebak di lumpur dan tidak bisa berenang. Hanya bisa menggoyang-goyangkan ekornya. Kami juga takut karena besar sekali,” kata Yahya.
Setelah memastikan hewan ini tidak berbahaya, ia bersama warga lainnya berusaha menyiramkan air ke tubuh hewan yang badannya dipenuhi totol-totol putih ini. Akan tetapi, ucap Yahya, air terus surut hingga hanya menyisakan kedalaman sekitar 1 meter. ”Kami takut dorong karena tidak pernah tangani hewan begini. Berat sekali juga,” katanya.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Warga bersama petugas mengangkat perlahan seekor hiu paus yang terdampar di muara Sungai Wanggu, Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (2/1/2021).
Wandi (27), warga lainnya, menuturkan, hiu paus ini diketahui berada di muara sungai sejak Jumat (1/1/2021) sore. Hiu paus ini berputar-putar di sekitar muara, di dekat kapal nelayan yang tertambat. Meski begitu, ia mengira hewan ini hanya sebentar dan segera keluar ke perairan dalam.
”Dia seperti main-main di dekat kapal yang tertambat di pinggir muara. Kami tidak ganggu dan pikir sebentar lagi dia keluar. Ternyata masuk sampai ke dalam. Pas air surut, sudah tidak bisa keluar,” ucapnya.
Baru sekitar pukul 07.00 Wita, sejumlah petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sultra dan instansi lainnya datang ke lokasi. Petugas bersama warga berusaha membantu mendorong secara perlahan hewan ini melewati sungai yang dangkal.
Semakin siang, sungai ini mencapai titik surut paling tinggi. Tim evakuasi harus mencari jalur yang sedikit dalam agar bisa mendorong hewan ini tanpa melukainya. Dasar sungai yang banyak dipenuhi cangkang tiram juga semakin menyulitkan evakuasi.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Petugas berupaya menyelamatkan seekor hiu paus yang terdampar di muara Sungai Wanggu, Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (2/1/2021).
Hingga lewat pukul 12.00 Wita, atau lebih dari empat jam, hiu paus itu baru bisa dikeluarkan dari muara sungai menuju Teluk Kendari. Akan tetapi, sedimentasi yang tinggi dan adanya jalan yang menutupi muara membuat evakuasi masih sulit dilakukan.
Kepala BKSDA Sultra Sakrianto Djawi menyampaikan, hiu paus ini diketahui memiliki panjang lebih dari 3 meter dengan lingkar badan 1,8 meter. Berdasarkan ukurannya, hewan ini masih dalam kategori remaja.
”Sejauh ini, kondisinya lumayan baik, hanya lemas karena lama terdampar dan adanya beberapa luka goresan di tubuh. Tim yang mengevakuasi diarahkan untuk terus membasahi hiu paus ini dan tidak terjebak lumpur. Total jarak yang ditempuh oleh tim hingga ke teluk sekitar 4 kilometer,” katanya.
Tingginya sedimentasi, ia melanjutkan, memang sangat menyulitkan evakuasi. Hiu paus ini baru benar-benar berhasil mencapai perairan dalam sekitar pukul 14.00 atau sekitar enam jam sejak upaya evakuasi pertama kali dilakukan.
Hiu paus, tutur Sakrianto, adalah hewan yang dilindungi dengan status perlindungan penuh. Hal ini berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2013. Selain itu, hewan ini juga termasuk dalam golongan Appendix II sejak 2003.
Di Sultra, hewan ini sering dijumpai di perairan bebas, terutama di sekitar Laut Banda. Diduga, hewan ini terpisah dari kelompoknya dan terdampar di muara sungai Teluk Kendari.
Hiu paus memang diketahui sering masuk ke wilayah perairan dangkal untuk mencari makanan, terutama ikan kecil.
”Sejauh ini, baru pertama kali ada hiu paus yang terdampar di sini (Teluk Kendari). Dulu pernah ada yang terdampar, tapi lumba-lumba. Karena itu, harus diupayakan agar hewan ini selamat dan bisa sampai di perairan bebas,” kata Sakrianto.
Denaya Metasari dari Wildlife Conservation Society (WCS) menjabarkan, hiu paus memang diketahui sering masuk ke wilayah perairan dangkal untuk mencari makanan, terutama ikan kecil. Terdamparnya hewan ini diduga kuat juga mengikuti sumber makanan setelah masuk ke wilayah Teluk Kendari.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Hiu paus yang terdampar di muara Sungai Wanggu, Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (2/1/2021).
Menurut Denaya, dengan pergerakan lamban, hewan ini memiliki risiko yang sangat besar untuk terdampar. Saat mengikuti arus pasang, hewan ini sulit bergerak cepat saat ingin kembali. Apalagi, hiu paus tidak menggunakan indera pendengaran seperti paus lainnya.
”Oleh karena itu, masyarakat harus terus diedukasi agar saat ada yang terdampar untuk segera dilepasliarkan. Dalam beberapa kasus, saat hiu paus terdampar atau masuk ke alat tangkap, malah ditangkap hingga dimakan. Terkait kondisi lingkungan, harus ada riset baik terkait sedimentasi atau pencemaran,” tambahnya.
Wilayah Teluk Kendari memang mengalami sedimentasi parah seiring pesatnya pembangunan. Hasil penelitian Balai Penelitian Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Sampara menyebutkan, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, terjadi pendangkalan seluas 101,8 hektar di Teluk Kendari. Luasan wilayah teluk ini menyusut dari semula 1.186,2 hektar menjadi 1.084,4 hektar pada tahun 2000.
Teluk Kendari merupakan salah satu aset penting di kota ini, yang merupakan muara dari sekitar 13 sungai yang berada di Kota Kendari. Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Wanggu dan Sungai Kambu adalah dua DAS terbesar yang bermuara di Teluk Kendari.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Upaya penyelamatan seekor hiu paus yang terdampar di muara Sungai Wanggu, Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (2/1/2021).
Sungai Wanggu, yang memiliki DAS seluas 339,73 km persegi, merupakan penyumbang sedimentasi terbesar yang mencapai 143.147 meter kubik per tahun. Hal itu sesuai riset dari Catrin Sudardjat, M Syahril BK, dan Hadi Kardhana pada 2011, seperti dilansir dari laman LPPM Institut Teknologi Bandung (ITB).
Seiring waktu, laju pendangkalan terus bertambah setiap tahun. Tutupan mangrove di kawasan teluk ini juga berkurang drastis. Selama 1997 hingga 2019, tutupan mangrove berkurang 116,71 hektar.
Irfan Ido, akdemisi dari Universitas Halu Oleo yang meneliti mangrove, menyampaikan, pembangunan skala besar membuat tutupan mangrove di kawasan teluk semakin kritis. Sebuah jalan membentang di tepian teluk dan menyisakan begitu sedikit alur air dari dan menuju sungai.
”Berkurangnya mangrove seiring juga dengan laju sedimentasi karena tidak ada lagi yang menahan dan menjadi pengumpul partikel tanah yang hanyut bersama aliran air. Sementara, mangrove itu aset dalam sebuah ekosistem dan menjadi tempat pemijahan dan berkumpulnya ikan. Persoalan ini harus ditangani pemerintah agar wilayah Teluk Kendari tetap terjaga dan hewan yang terdampar tidak mengalami kesulitan di kemudian hari,” ujarnya.