Nyaris Setahun Diserang Hama Belalang, Pemkab Sumba Timur Angkat Tangan
Belalang kembara kembali menyerang tanaman jagung dan sejenisnya milik petani di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, sejak Maret 2020. Belalang ini terus berkembang biak dan merajalela di sejumlah wilayah NTT.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·2 menit baca
WAINGAPU, KOMPAS — Serangan belalang kembara (Locusta migratoria) yang melalap sawah dan ladang beragam tanaman pangan di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, belum juga teratasi. Pemerintah daerah setempat kewalahan menghadapi serangan hama ini di tengah pandemi Covid-19.
Berdasarkan data Pemkab Sumba Timur periode Maret-Juli 2020, tercatat sekitar 20.000 hektar sawah dan ladang rusak akibat ulah belalang. Hingga Desember 2020, jumlahnya diperkirakan bakal lebih besar. Serangan belalang masih terjadi hingga Sabtu (2/1/2021).
Bupati Sumba Timur Gidion Mbilijora mengatakan, penyemprotan pestisida yang dilakukan selama ini tidak efektif karena keterbatasan perlengkapan. Keberadaan brigade pembasmi hama belalang di desa-desa, beranggotakan 10-20 petani, juga belum efektif. Tim sulit menjangkau padang rumput, tempat tinggal belalang, yang lokasinya jauh dan terpencil.
”Kami angkat tangan. Sekarang sedang Covid-19 juga. Kalau hanya urus belalang, kasus korona akan bertambah. Ini menyangkut uang, sementara keuangan daerah terbatas,” kata Mbilijora.
Moses Mone (52), petani di Desa Ndapayami, Kecamatan Kanatang, mengatakan, setiap hari harus bergantian dengan anggota keluarga lainnya menjaga lahan seluas 5.000 meter persegi miliknya. Tinggi jagung, umbi-umbian, dan kacang-kacangan miliknya sudah mencapai 5-10 sentimeter. Dalam kondisi itu, tanaman miliknya rawan dimakan belalang.
”Untuk pencegahan, kami masih menggunakan asap bakaran rumput hingga bebunyian bambu,” kata Mone.
Ia mengatakan, tidak berharap banyak pada upaya penyemprotan bahan pestisida dari pemerintah. Setiap petani berusaha menjaga tanaman dengan cara sendiri-sendiri. ”Paling penting, tanaman bisa berbuah dan dipanen,” kata Mone.
Koordinator Bidang Lingkungan Hidup di Lembaga Bantuan Hukum Sumba Melkianus Kapu Enda meminta semua pihak ikut mencegah meluasnya serangan belalang. Dia khawatir, saat serangan itu meluas, bukan hanya tanaman pangan saja yang habis.
Keberadaan rumput hijau, kata dia, untuk pakan ternak juga bisa terancam. Kejadian ini terus dirasakan petani setiap tahun dan belum ada langkah penyelesaian maksimal hingga saat ini.