Daerah di Pantura Jateng Waspadai Lonjakan Kasus Seusai Libur Panjang
Sejumlah daerah di pesisir pantura Jawa Tengah mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 setelah libur Natal dan Tahun Baru. Mulai dari pembuatan laboratorium pemeriksaan sampel hingga menambah ruang isolasi.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Sejumlah daerah di pantura Jawa Tengah menyiapkan beragam strategi anyar guna mengantisipasi ledakan kasus Covid-19 seusai libur Natal dan Tahun Baru. Langkah itu antara lain menambah ruang isolasi, perhatian besar pada kluster perkantoran, dan pembuatan laboratorium pemeriksaan sampel Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Hendadi Setiadji mengatakan, pihaknya telah menyiapkan tambahan ruang isolasi. Dari semula hanya 200 ruang menjadi lebih dari 400 ruang di awal tahun ini. ”Berdasarkan pengalaman, Kabupaten Tegal pernah mengalami lonjakan kasus setelah libur panjang Oktober-November 2020,” ujarnya di Tegal, Sabtu (2/1/2021).
Hendadi menuturkan, penambahan ruang isolasi itu dilakukan di sejumlah rumah sakit, seperti RS Adella, RS Harapan Sehat, RS Hawari Essa, RS Mitra Siaga, RSI PKU Muhammadiyah, RSUD dr Soeselo, RSUD Suradadi, dan RS DKT Pagongan. Selain ruang isolasi, ruang perawatan intensif dan ventilator juga ditambah.
Selain itu, Pemkab Tegal juga melakukan deteksi dini sejak di puskesmas. Pasien dengan gejala Covid-19, pasien kontak erat dengan pasien positif Covid-19, dan pasien pelaku perjalanan atau kontak erat pelaku perjalanan akan dites antigen. Setelah itu, mereka diminta mengisolasi diri selama sepuluh hari.
”Pasien yang datang dengan keluhan demam, batuk, dan pilek langsung dipisahkan dengan pasien lain serta dilayani terlebih dahulu. Tujuannya, berjaga-jaga, mengurangi risiko penularan terhadap pasien lain,” kata Hendadi.
Kendati sudah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi, Hendadi berharap tidak ada ledakan kasus setelah libur panjang. Berbagai upaya, seperti menutup tempat wisata dan tempat publik serta pembubaran kerumunan di malam Tahun Baru, diharapkan mampu menekan risiko penyebaran Covid-19.
”Nanti, kami pantau dulu. Kalau sampai tanggal 15 Januari tidak ada lonjakan kasus, berarti aman,” ucapnya.
Sistem Informasi pemantauan Covid-19 Kabupaten Tegal mencatat, hingga Sabtu malam, jumlah kasus positif sebanyak 3.426 orang. Dari jumlah itu, 262 orang merupakan kasus aktif dan 103 orang meninggal.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Pekalongan akan memperketat penerapan protokol kesehatan, terutama di lingkungan perkantoran pada hari pertama masuk kerja, Senin (4/1). Aparatur sipil negara di Pemkab Pekalongan juga akan dicek kesehatannya sebagai bentuk deteksi dini.
”Nanti kami data, siapa yang mudik dan yang tidak. Kami harus pastikan mereka dalam keadaan sehat. Kalau mereka sakit, harus isolasi mandiri dulu,” kata Kepala Dinkes Kabupaten Pekalongan Setiawan Dwi Antoro.
Menurut Setiawan, hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya kluster perkantoran. Sebab, perkantoran menjadi kluster penularan Covid-19 terbesar di Kabupaten Pekalongan setelah keluarga. Hingga Sabtu malam, jumlah kasus Covid-19 di Kabupaten Pekalongan sebanyak 1.345 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 289 merupakan kasus aktif dan 61 orang meninggal.
Laboratorium
Sementara itu, Kota Tegal berupaya membangun laboratorium khusus untuk menguji sampel usap pasien Covid-19. Hal itu dilakukan untuk mempercepat waktu tunggu hasil tes usap.
”Kalau punya alat sendiri, kami bisa langsung mengetahui hasil tes. Sementara, jika menunggu hasil tes dari laboratorium milik provinsi, perlu waktu lebih dari seminggu,” kata Wakil Wali Kota Tegal Muhamad Jumadi.
Menurut Jumadi, peralatan penguji sampel tes usap akan dibeli bulan ini. Sembari menunggu laboratorium selesai dibangun, masyarakat diminta menerapkan protokol kesehatan ketat untuk menghindari penularan.
”Sekarang itu, kita harus berpikir bahwa orang-orang yang kita temui adalah orang tanpa gejala. Dengan begitu, kita akan lebih waspada,” kata Jumadi.