Kerumunan Malam Tahun Baru di Yogyakarta, Lonjakan Kasus Mengancam
Meski tak seramai sebelumnya, malam Tahun Baru 2021 di Kota Yogyakarta tetap diwarnai kerumunan warga dan wisatawan. Pemerintah daerah diminta bersiap menghadapi lonjakan kasus Covid-19. Apalagi, masih ada masa liburan.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·5 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Meskipun tak seramai tahun-tahun sebelumnya, malam Tahun Baru 2021 di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, tetap diwarnai kerumunan warga dan wisatawan. Pemerintah setempat harus bersiap menghadapi lonjakan kasus Covid-19 dengan meningkatkan kapasitas rumah sakit dan melakukan pembatasan mobilitas.
Saat sejumlah kota-kota besar melarang perayaan Tahun Baru dengan menutup kawasan-kawasan protokol, Pemkot Yogyakarta justru tetap membuka titik-titik keramaian, seperti Jalan Malioboro, Tugu, dan kawasan Titik Nol Kilometer.
Berdasarkan pantauan Kompas, Kamis (31/12/2020) malam, kerumunan warga dan pelancong di antaranya tampak di kawasan Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta. Menjelang pukul 24.00, tampak warga dan wisatawan berkumpul di trotoar sisi selatan Monumen Serangan Umum 1 Maret serta di depan Gedung Bank Indonesia untuk menanti detik-detik pergantian tahun.
Namun, sebagian besar warga dan turis tak menjaga jarak satu sama lain dan bahkan di antaranya tak bermasker dengan benar. Melihat kondisi itu, petugas gabungan dari sejumlah instansi pun mengimbau mereka untuk bubar. Namun, selama beberapa waktu, tetap terjadi kerumunan orang di kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta.
Jika dibandingkan malam Tahun Baru 2020, jumlah warga dan wisatawan yang berkumpul di kawasan Titik Nol Kilometer pada Kamis kemarin memang jauh lebih sedikit. Meski begitu, munculnya kerumunan orang di kawasan tersebut tetap memicu kekhawatiran karena berpotensi meningkatkan risiko penularan Covid-19.
Munculnya kerumunan itu tak lepas dari kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta yang tetap membuka kawasan Titik Nol Kilometer, Malioboro, dan Tugu Yogyakarta pada malam Tahun Baru. Padahal, DPRD Kota Yogyakarta telah merekomendasikan agar tiga kawasan itu ditutup guna menghindari kerumunan. Sebab, tiga titik itu selalu menjadi pusat keramaian saat pergantian tahun.
Wakil Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana mengatakan, kerumunan orang di kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta itu sebenarnya sudah bisa diprediksi. Sebab, dari tahun ke tahun, kawasan itu selalu menjadi pusat berkumpulnya warga saat malam Tahun Baru. ”Kalau memang ada fenomena kerumunan, itu sesuatu yang memang sudah diperkirakan,” ungkap Huda, Jumat (1/1/2021).
Oleh karena itu, Huda mengingatkan, setelah terjadi peristiwa kerumunan pada malam Tahun Baru, Pemda DIY harus bersiap menghadapi lonjakan kasus Covid-19. Hal ini karena kerumunan yang terjadi saat pergantian tahun itu sangat mungkin menyebabkan tambahan kasus Covid-19 beberapa waktu mendatang. Apalagi, selama beberapa waktu terakhir, DIY juga tengah menghadapi lonjakan kasus Covid-19 yang mengkhawatirkan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, pada 1-31 Desember 2020, terdapat 6.192 kasus Covid-19 di provinsi tersebut. Padahal, pada periode 15 Maret-30 November 2020, hanya tercatat 5.963 kasus di DIY. Artinya, jumlah kasus Covid-19 di DIY pada satu bulan terakhir ini lebih banyak dibandingkan total jumlah kasus pada sembilan bulan sebelumnya.
Sementara itu, hingga Jumat ini, terdapat 12.388 pasien positif Covid-19 di DIY. Dari jumlah tersebut, 8.287 orang di antaranya telah dinyatakan sembuh dan 273 orang lainnya meninggal dunia. Oleh karena itu, masih terdapat 3.828 pasien positif Covid-19 di DIY yang belum sembuh.
Setelah terjadinya peristiwa kerumunan pada malam Tahun Baru, Pemda DIY harus bersiap menghadapi lonjakan kasus Covid-19. (Huda Tri Yudiana)
Kapasitas RS
Huda menuturkan, untuk menghadapi kemungkinan lonjakan kasus, Pemda DIY harus segera menambah jumlah tempat tidur rumah sakit untuk perawatan pasien Covid-19. Saat ini jumlah tempat tidur pasien Covid-19 di DIY 641 unit yang tersebar di 27 rumah sakit rujukan. Dari total 641 tempat tidur itu, 64 di antaranya merupakan tempat tidur critical atau intensive care unit (ICU) serta 577 tempat tidur non-critical.
Pada Jumat ini, tingkat keterisian tempat tidur critical 70,31 persen, sedangkan tempat tidur non-critical 88,04 persen. Tempat tidur critical yang tersisa di DIY hanya 18 unit, sedangkan tempat tidur non-critical tersisa 69 unit.
”Harus ada persiapan, terutama terkait tempat perawatan, untuk berjaga-jaga ketika ada lonjakan kasus lagi. Lonjakan kasus yang sekarang ini kan sudah membuat fasilitas kesehatan kita rentan,” ungkap Huda.
Selain penambahan tempat tidur untuk merawat pasien Covid-19, Huda juga meminta Pemda DIY membatasi mobilitas orang untuk menekan lonjakan kasus Covid-19. Hal ini karena penerapan protokol kesehatan, misalnya memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, dinilai tidak akan cukup untuk mengurangi laju penularan Covid-19.
Pembatasan mobilitas itu penting karena masa liburan Tahun Baru masih berlangsung hingga akhir pekan ini. Oleh karena itu, selama dua hari ke depan, diperkirakan masih banyak wisatawan yang berkunjung ke obyek-obyek wisata di DIY.
Huda menyatakan, apabila Pemda DIY tak bisa mencegah kerumunan di obyek wisata, lebih baik tempat-tempat wisata itu ditutup sementara. Sebab, apabila obyek wisata itu tetap dibuka dan menimbulkan kerumunan, potensi lonjakan kasus Covid-19 akan semakin besar. ”Tempat-tempat yang berpotensi menimbulkan kerumunan itu mohon ditutup saja,” katanya.
Langkah antisipasi
Dalam kesempatan sebelumnya, Kepala Dinkes DIY Pembajun Setyaningastutie mengatakan, telah disiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi lonjakan kasus setelah libur Natal dan Tahun Baru. Salah satunya dengan menambah jumlah tempat tidur untuk perawatan pasien Covid-19.
”Akan ada penambahan tempat tidur untuk pasien Covid-19, baik kategori ICU atau critical dan non-critical,” ujar Pembajun. Namun, belum jelas jumlah tambahan tempat tidur yang akan disiapkan.
Selain itu, Dinkes DIY juga akan menambah jumlah ventilator di beberapa rumah sakit milik pemerintah, misalnya Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito di Kabupaten Sleman, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta, RS Pratama Kota Yogyakarta, RSUD Nyi Ageng Serang di Kabupaten Kulon Progo, RSUD Wonosari di Kabupaten Gunungkidul, serta RSUD Panembahan Senopati di Kabupaten Bantul.
Apabila Pemda DIY tak bisa mencegah kerumunan di obyek wisata, lebih baik tempat-tempat wisata itu ditutup sementara.
Pembajun menambahkan, akan direkrut juga sukarelawan tenaga kesehatan untuk menambah jumlah petugas yang merawat pasien Covid-19. Selain itu, Dinkes DIY juga akan menyiapkan ketersediaan obat, alat kesehatan, dan alat pelindung diri agar bisa mencukupi kebutuhan hingga Maret 2021.
Sementara itu, Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, usulan pembatasan mobilitas yang dilontarkan DPRD DIY perlu dibahas bersama dengan pemerintah kabupaten/kota. Sebab, apabila pembatasan mobilitas itu jadi dilakukan, peran pemerintah kabupaten/kota dibutuhkan agar implementasi di lapangan berjalan baik.
”Perlu ada strategi khusus berkaitan dengan pembatasan pergerakan orang ini,” katanya.