Warga Kota Ambon memberi kejutan pada malam pergantian tahun 2020 ke 2021. Diperkirakan bakal sepi akibat pandemi Covid-19, ribuan tembakan kembang api membuat kota itu ramai. Asap mengepul, bau belerang pun menyengat.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·4 menit baca
Sekitar pukul 23.00, jalanan di Kota Ambon, Maluku, lengang. Tak banyak kendaraan yang lalu lalang di jalanan. Di rumah-rumah, keluarga berkumpul lalu berdoa mengunci tahun berjalan. Kota berpenduduk sekitar 300.000 jiwa itu sepertinya akan melewati malam pergantian tahun dari 2020 ke 2021 tanpa keramaian.
Taman Pattimura dan Lapangan Merdeka yang berada di jantung kota pun kosong tanpa pengunjung. Aparat gabungan TNI, Polri, dan Satuan Polisi Pamong Praja berjaga di semua titik mencegah warga masuk ke dua tempat itu. Sebagian besar lampu yang dipasang di dua tempat itu pun dipadamkan petugas.
Jembatan Merah Putih, ikon Kota Ambon, juga sepi. Ruas jalan dari dua arah jembatan dijaga petugas, mencegah bila ada warga yang turun atau memarkir kendaraan di atas jembatan. Petugas melarang warga berkumpul di jembatan sepanjang 1.140 meter itu pada malam pergantian tahun.
Sebagaimana imbauan Pemerintah Kota Ambon, warga dilarang berkumpul di ruang publik merayakan malam pergantian tahun seperti tahun-tahun sebelumnya. Larangan itu bertujuan mencegah penularan Covid-19 yang kini semakin mengkhawatirkan. Kasus terus bertambah, korban jiwa pasien juga terus berjatuhan.
Kota Ambon merupakan daerah di Maluku dengan penularan Covid-19 tertinggi. Hingga 31 Desember 2020, jumlah kasus Covid-19 di Maluku sebanyak 5.754 orang dengan pasien sembuh 4.507 orang dan meninggal 79 orang. Sekitar 80 persen kasus Covid-19 di Maluku ditemukan di Kota Ambon.
Tak hanya melarang warga berkumpul dan menutup sejumlah tempat, Pemerintah Kota Ambon dan para tokoh agama juga meminta polisi melarang penjualan kembang api. Pedagang yang tetap berjualan barangnya disita polisi. Meski muncul protes dari warga, polisi bergeming dengan alasan atas permintaan para tokoh agama.
Sekitar pukul 23.30 WIT, jalanan masih juga lengang. "Tahun lalu, orang sudah mulai pawai dari jam 10 (pukul 22.00) lewat. Orang sudah tumpah ruah di jalan. Orang-orang ramai berjalan menuju Lapangan Merdeka, Pattimura Park (Taman Pattimura), dan Jembatan Merah Putih," ujar Jopie, penjual bensin di Jalan Telukabessy.
Kendaraan pun mulai bergerak mencari lokasi ketinggian di Kota Ambon seperti Karang Panjang. Di ketinggian itu mereka berharap menyaksikan detik-detik pergantian tahun yang biasanya diwarnai dengan pesta kembali api. Tahun sebelumnya, sekitar 30 menit menjelang pegantian tahun, bunyi petasan dan kembang api mulai ramai.
Warga yang menanti momen di ketinggian pun mulai merasa bahwa pergantian tahun kali ini bakal tidak ramai. "Mau rekam video apa kalau tidak ada pesta kembang api. Simpan kembali HP (telepon genggam), mari pulang ke rumah," ujar Maulana (40) sambil mengajak pulang kedua anaknya. Maulana tinggal di kompleks Waehaong, sekitar 4 kilometer dari tempat itu.
Lima menit menjelang pergantian tahun, susana kota masih tenang. Memang terdengar beberapa kali letupan-letupan, tetapi itu petasan yang dilempar anak-anaknya. Bunyinya terdengar hingga radius tak lebih dari 50 meter. Beberapa orang yang berada di ketinggian itu pun menghidupkan kendaraan lalu pergi. Tak ada tanda-tanda bakal terjadi pesta kembang api, sajian yang mereka tunggu.
Tepat pukul 00.00 WIT, serentak tembakan kembang api muncul dari permukiman, memecah kesunyian malam menyambut tahun baru. Bunyi tembakan di kota musik dunia itu ritmis, dan terus menerus hampir setengah jam. Kendaraan dari pusat kota pun ramai-ramai bergerak ke ketinggian hanya untuk menyaksikan dan mengabadikan momen tersebut.
Di Karang Panjang, tepat di depan Gereja Protestan Imanuel, arus kendaraan padat merayap, bahkan sempat stagnan. Kerumunan pun tak bisa terhindari. Momentum pergantian tahun seperti oase hiburan di tengah pandemi. Dua momentum sebelumnya, yakni Idul Fitri dan Natal, juga dilewati tanpa kemeriahan. Tak hanya menyaksikan momentum itu, sejumlah warga juga ikut berteriak gembira.
Langit Ambon pun dipenuhi asap kembang api yang mengepul dari pemukiman penduduk dan juga jalanan. Bau belerang menyengat hidung. Di sejumlah permukiman, warga keluar rumah dan berdiri di jalan-jalan sambil bersalaman. Di beberapa titik, sejumlah pemuda berkumpul sambil mengonsumsi minuman alkohol dan berjoget.
Anak-anak muda tanpa helm mengendarai motor dengan knalpot berisik di jalanan. Polisi agak kerepotan mencegah mereka. Kemeriahan itu berlangsung hingga pukul 02.00 WIT. Kepala Bidang Humas Polda Maluku Komisaris Besar M Roem Ohoirat mengatakan, tidak ada hal yang menonjol pada malam pergantian tahun di Maluku. "Sampai saat ini, situasi aman," ujarnya.
Pengamat sosial dari Universitas Pattimura Ambon Josep A Ufi berpendapat, pesta kembang api dadakan pada malam pergantian tahun itu menunjukkan bahwa warga haus akan hiburan. Malam pergantian tahun seperti momen pelampiasan atas kekangan pandemi Covid-19 yang telah terjadi selama sembilan bulan terakhir. "Inilah sisi manusiawi yang sulit dihindari," ujarnya.
Momentum pergantian tahun sudah berlalu, warga pun bergembira menyambutnya. Mari terus menjaga protokol kesehatan Covid-19 agar tahun yang baru tak lagi menambahkan lebih banyak kasus baru.