Gubernur Pulang, Pemeriksaan Kesehatan di Pintu Masuk Sumsel Pun Bubar
Pemeriksaan kesehatan di pintu masuk Sumsel belum optimal. Saat Gubernur Sumsel hadir, pemeriksaan berjalan baik. Namun begitu dia pergi, petugas pun ”hilang”.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
Puluhan orang berkumpul di Posko Pengamanan Operasi Lilin Musi 2020 yang terletak di pintu keluar Tol Kayu Agung- Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (31/12/2020). Dengan serius, mereka mendengarkan paparan dan arahan dari Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru terkait pengamanan dan pelayaan kesehatan menjelang tahun baru.
Hadir dalam pertemuan tersebut, Wakil Bupati Ogan Komering Ilir Djakfar Shodiq, Kepala Dinas Kehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy, Kapolres Ogan Komering Ilir Ajun Komisaris Besar Alamsyah Pelupessy, dan beberapa pejabat lainnya. Dalam paparan itu Herman berpesan agar semua pemangku kepentingan lebih ketat dalam memeriksa setiap orang yang masuk ke wilayah Sumsel di sejumlah pintu masuk termasuk di ruas tol.
Pengawasan ketat itu dinilai penting untuk mengantisipasi merebaknya Covid-19 di Sumatera Selatan saat liburan akhir tahun. Apalagi dia mendengar kabar jika virus SARS-CoV 2 penyebab Covid-19 telah bermutasi menjadi lebih ganas. “Virus bisa menular dengan cepat dan tidak kalah berbahaya dibanding virus sebelumnya,” ucapnya. Oleh karena itu, Herman berharap agar semua pihak lebih serius dalam menjaga setiap pintu masuk di Sumsel.
Untuk memastikan pelayanan berjalan baik Herman menyempatkan diri untuk melihat proses pengambilan sampel tes cepat antigen dari beberapa warga yang melewati posko tersebut. Salah satunya Vira (22) warga Pedamaran, Ogan Komering Ilir, pengguna tol yang diambil sampelnya.
Herman pun rela menunggu hasil pemeriksaan sembari mengobrol dengan pejabat lain. Sekitar 15 menit berselang, Vira dinyatakan tidak terjangkit Covid-19. Herman terlihat cukup puas dengan pelayanan petugas di posko tersebut. “Saya harap kegiatan ini bukan sekedar seremonial saja tetapi bisa terus berlanjut,” ucapnya.
Saya harap kegiatan ini bukan sekedar seremonial saja tetapi bisa terus berlanjut. (Herman Deru)
Namun kenyataannya tidak sesuai harapan. Tak lama setelah orang nomor satu di Sumsel itu beranjak meninggalkan posko, beberapa petugas juga turut melenggang pergi. Tak ayal di posko hanya tersisa dua polisi dan dua petugas Dinas Perhubungan Kabupaten Ogan Komering Ilir yang berjaga. Kegiatan yang diperagakan dengan sempurna di depan gubernur, lenyap seketika.
Pengawasan ketat seperti yang diinstruksikan gubernur pun tampak tak terlaksana. Kendaraan bebas keluar-masuk tol tanpa harus melalui proses pemeriksaan yang ketat. Padahal berdasarkan penuturan dari Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy, pelayanan pemeriksaan kesehatan di 69 posko kesehatan di Sumsel telah diterapkan sejak 24 Desember 2020 sampai 8 Januari 2021 nanti.
Rangga Erfizal (26), warga Palembang, mengatakan tidak pernah ada pemeriksaan kesehatan di area tol seperti yang digembar-gemborkan pemerintah. Hal ini dia alami saat hendak menuju Ogan Komering Ulu (OKU) Timur tepat pada hari Natal, Jumat (25/12/2020) lalu.
Kala itu tidak ada kegiatan apa pun di depan area pintu keluar tol, termasuk pemeriksaan kesehatan ataupun pemeriksaan dokumen tes cepat. ”Kami bebas melaju tanpa halangan,” ujar Rangga. Hal serupa juga ia alami saat kembali ke Palembang pada Minggu (27/12/2020).
Lesty mengakui tidak semua pengguna tol diperiksa. Hanya mereka yang belum melakukan tes cepat di daerah asalnya dan bergejala yang diminta melakukan pemeriksaan kesehatan di posko. Pembatasan pemeriksaan ini dilakukan untuk menghindari kerumunan.
Selama operasi berlangsung, ujar Lesty, sudah ada 125 pengguna tol yang diperiksa, dua orang di antaranya diduga terjangkit Covid-19. Mereka diminta segera menjalani isolasi mandiri atau ke sejumlah ruang isolasi yang sudah disediakan pemerintah kabupaten/kota masing-masing.
Sebenarnya, lanjut Lesty, pelayanan kesehatan ini bertujuan mengedukasi masyarakat agar tidak berpergian jika kondisi tubuh sedang tidak sehat. Karena tindakan itu akan sangat berisiko. ”Lebih baik isi liburan akhir tahun di rumah saja,” katanya.
Sampai, 30 Desember 2020, jumlah kasus positif Covid-19 di Sumsel telah mencapai 11.734 orang. Dari jumlah tersebut, 9.517 orang di antaranya dinyatakan sembuh dan 610 orang meninggal. ”Di akhir tahun, kasus positif cenderung meningkat karena mobilitas warga yang semakin padat,” ujar Lesty.
Dia yakin pemerintah tidak bisa kerja sendiri untuk menangkal masuknya Covid-19. Perlu peran serta masyarakat, salah satunya menjalankan protokol kesehatan secara ketat di setiap kegiatan dan kesempatan. ”Kesadaran masyarakat adalah yang utama untuk menangkal penyebaran virus ini,” katanya.
Epidemiolog dari Universitas Sriwijaya, Iche Adriyani Liberty, mengatakan, proses pengawasan terhadap kegiatan masyarakat tidak seketat ketika awal pandemi. Akibatnya, kasus Covid-19 di Sumsel pun terus meningkat, bahkan cenderung mengkhawatirkan.
Saat ini rasio antara jumlah pemeriksaan dan kasus positif mencapai 26 persen. Jauh di atas standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni di bawah 5 persen. ”Jika tidak ada intervensi serius, dikhawatirkan jumlah kasus akan semakin merebak,” katanya.
Penularan juga semakin cepat. Untuk mencapai seribu kasus hanya dibutuhkan 12-15 hari. Hal itu terjadi karena tingginya mobilitas masyarakat karena beragam kegiatan, mulai dari pilkada, libur panjang, hingga tahun baru. ”Jika pengawasan tidak ketat, penularan akan semakin merebak,” katanya.