Beroperasi 2021, Bandara Ngloram Diandalkan Ungkit Ekonomi Blora
Pada Rabu (30/12/2020) pagi, dilakukan penerbangan uji coba pesawat ATR 72-600 yang dioperasikan NAM Air, dari Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang ke Ngloram, kemudian kembali ke Bandara Ahmad Yani.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
BLORA, KOMPAS — Bandara Ngloram di Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, siap dioperasikan pada 2021 dengan fasilitas terbatas. Pembangunan terus dikebut, termasuk terminal penumpang yang ditargetkan menampung 280 orang saat waktu sibuk. Bandara diharapkan menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi di pantura timur Jateng.
Bandara Ngloram, yang sempat tidak aktif selama 34 tahun, sebelumnya dikhususkan mendukung industri minyak dan gas di Cepu dan sekitarnya. Pada 2018, aset milik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral itu dialihkan ke Kementerian Perhubungan untuk dijadikan bandara umum. Landas pacu bandara tersebut kini 1.500 meter, dengan lebar 30 meter.
Pada Rabu (30/12/2020) pagi, dilakukan penerbangan uji coba pesawat ATR 72-600 yang dioperasikan NAM Air dari Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang ke Ngloram, kemudian kembali ke Bandara Ahmad Yani. Waktu yang ditempuh dari Semarang ke Ngloram sekitar 40 menit.
Itu merupakan pendaratan pertama pesawat ATR 72 di Ngloram. Sebelumnya, pesawat King Air 200 GT telah mendarat di bandara tersebut pada 11 Januari 2020 dan 25 Desember 2020.
”(Penerbangan) komersial bisa pada 2021 dengan fasilitas terbatas. Kami terbuka untuk semua maskapaidan sudah ada beberapa penjajakan. Namun, mana yang akan masuk, nantinya menunggu kajian bisnis dari setiap maskapai,” kata Kepala Satuan Pelayanan Bandar Udara Ngloram Blora Abdul Rozzaq saat dihubungi dari Semarang, Rabu.
Ia menambahkan, penerbangan komersial sudah bisa dimulai Januari 2021 dengan menggunakan terminal sementara. Adapun pembangunan terminal penumpang seluas 2.800 meter persegi masih berlangsung dan diperkirakan rampung pertengahan 2021. Saat waktu sibuk, terminal bisa menampung 280 penumpang.
Sesuai dengan rencana induk, pengembangan Bandara Ngloram (ultimate) hingga total luas 98 hektar. ”Saat ini, yang kami kuasai baru 25 hektar. Masa pengembangan hingga 2038, tetapi akan tergantung pasar. Apabila pasar meningkat tajam, akan diperlukan percepatan untuk menampung pengguna bandara,” kata Rozzaq.
Selain itu, jika mengacu rencana induk, landas pacu Bandara Ngloram nantinya diharapkan mencapai 2.000 meter x 45 meter. Namun, saat ini masih 1.500 meter x 30 meter karena keterbatasan ketersediaan lahan. Adapun pembangunan bandara itu bentuk kerja sama Kementerian Perhubungan, Pemprov Jateng, dan Pemkab Blora.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengemukakan, Bandara Ngloram menghadirkan harapan baru dalam transportasi udara di Blora dan sekitarnya. Dengan beroperasinya bandara tersebut, aksesibilitas ke Blora dan sekitarnya di pantura timur Jateng akan lebih baik, lebih cepat, dan lebih layak.
Ganjar juga telah berkomunikasi dengan pihak Kementerian Perhubungan. ”Dengan beberapa kali uji coba yang bisa dilaksanakan, mudah-mudahan hasil evaluasinya laik dilanjutkan dan kami akan percepat. Sekarang tinggal mencari perusahaan-perusahaan penerbangan yang siap. Kami juga bekerja sama dengan Bojonegoro (Jawa Timur) dan daerah-daerah sekitar bandara agar bisa dimanfaatkan dengan baik,” ujarnya.
Ungkit ekonomi
Sementara itu, Sekretaris Daerah Blora, Komang Gede Irawadi, mengungkapkan, pengoperasian Bandara Ngloram bakal mengungkit pertumbuhan ekonomi di Blora, serta meningkatkan kesejahteraan warga. Selama ini, Blora, yang terletak di ujung timur Jateng, jauh dari bandara dan pelabuhan. Selain jalur darat, hanya ada kereta api.
Padahal, aktivitas di kawasan Cepu yang kaya cadangan minyak dan gas, membutuhkan akses transportasi udara. ”Setelah adanya bandara, ke depan, bagaimana inovasi daerah dapat menarik minat masyarakat untuk datang,” katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jateng, pada 2019, angka kemiskinan di Blora 11,32 persen atau di atas rata-rata di Jateng sebesar 10,80 persen.
Bandara Ngloram pun diharapkan turut menarik minat investor, yang kemudian juga akan berimpak pada penyerapan tenaga kerja sehingga menekan tingkat kemiskinan. ”Di Cepu, juga banyak hotel bagus sehingga diharapkan pertemuan-pertemuan tingkat nasional bisa dilakukan di sana,” kata Komang.
Adapun selama ini, waktu tempuh dari Semarang ke Cepu dengan jalur darat, yakni sekitar 4 jam, sedangkan dengan moda kereta api selama 2 jam. Dengan jalur udara, seperti yang dilakukan pada penerbangan uji coba, hanya sekitar 40 menit.