Sepanjang tahun 2020 hanya sekitar 3.600 wisatawan mengunjungi Labuan Bajo dan sekitarnya di Nusa Tenggara Timur. Jumlah ini sangat jauh berbeda dengan data kunjungan tahun 2018 dan 2019.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·2 menit baca
LABUAN BAJO, KOMPAS — Sepanjang tahun 2020, hanya lebih kurang 3.600 wisatawan yang mengunjungi Labuan Bajo dan sekitarnya di Nusa Tenggara Timur. Jumlah ini jauh lebih sedikit dibandingkan tahun 2018 dan 2019.
Tahun 2018, jumlah wisatawan tercatat 161.611 orang, terdiri dari wisatawan mancanegara 91.712 orang dan wisatawan Nusantara (69.899). Tahun 2019, jumlah pengunjung 184.309 orang, terdiri dari mancanegara 104.619 orang dan wisatawan Nusantara (79.690).
Kepala Bidang Usaha Kerja Sama dan Kelembagaan di Dinas Pariwisata Manggarai Barat Ferdy Ben, dihubungi di Labuan Bajo, Senin (28/12/2020), mengatakan, pandemi Covid-19 sangat memukul pariwisata di Labuan Bajo dan sekitarnya. Sejumlah pengusaha terancam gulung tikar bahkan beberapa di antaranya sudah tidak beroperasi lagi.
”Sepanjang 2020, jumlah wisatawan yang datang ke Labuan Bajo lebih kurang 3.600 orang. Wisatawan mancanegara terbanyak datang pada Januari-Februari 2020. Sementara, Maret-Juli hampir tidak ada wisatawan, kemudian bulan Agustus-Desember 2020 didominasi wisatawan Nusantara, terutama DKI Jakarta, Denpasar, dan Surabaya,” kata Ferdy.
Ketua Harian Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Manggarai Barat Donatus Matur mengatakan, saat ini, pengusaha wisata di Labuan Bajo hanya mengandalkan wisatawan lokal, dari Jakarta, Denpasar, dan Surabaya. Pada Agustus 2020-November 2020 jumlah wisatawan lokal lebih kurang 1.500 orang ke Labuan Bajo, dengan lama masa tinggal 2-3 hari. Mereka memanfaatkan akhir pekan, yakni Jumat-Minggu.
”Wisatawan asing tidak ada sama sekali. Kalaupun ada, mereka lebih banyak bertahan di Bali. Kondisi ini diprediksi masih berlangsung sampai 2021,” kata Matur. Ia mengatakan, kehadiran wisatawan mancanegara sangat diharapkan pengusaha wisata lokal. Alasannya, mereka biasanya tinggal selama 3-5 hari.
Sekretaris Asita Manggarai Barat Ali Sehidun mengatakan, ke depan, penataan tempat wisata unggulan sangat diperlukan untuk mendongkrak kembali kunjungan wisatawan. Khusus Taman Nasional Komodo, ia mengatakan perlu koordinasi lintas pemerintah, terutama pusat, provinsi, pemkab, dan juga kelompok usaha pariwisata.
Hal itu, kata dia, harus dipertegas. Alasannya, masih ada perbedaan pemahaman soal siapa yang paling berwenang mengelola pariwisata superpremium itu.
”Pariwisata itu harus berbasis ecotourism, artinya masyarakat dilibatkan langsung, diberi peran mengelola pariwisata di desa. Desa-desa wisata harus mendapatkan tempat dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata superpremium di Labuan Bajo,” katanya.