Destinasi Wisata Ruang Terbuka di Jatiluhur Masih Jadi Daya Tarik Wisatawan
Kawasan wisata Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jabar, diminati sejumlah warga sebagai alternatif tempat berlibur di masa adaptasi kebiasaan baru. Wisata pasca Natal di ruang terbuka dinilai relatif aman.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS— Kawasan wisata Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, masih diminati wisatawan sebagai alternatif tempat berlibur di masa adaptasi kebiasaan baru. Wisata di tempat ini dinilai relatif aman karena berada di ruang terbuka.
Meski tak seramai biasanya, Jatiluhur tetap menjadi magnet bagi wisatawan. Di tempat parkir kendaraan, mayoritas mobil pribadi yang terparkir memiliki plat nomor Jakarta dan sekitarnya.
Perjalanan panjang ditempuh Meardy (41) dan keluarga dari Kota Bekasi menuju Jatiluhur selama dua jam. Mereka sengaja datang ke Jatiluhur untuk wisata edukasi dan menghirup udara segar di waduk.
“Kami memang niatnya hanya liburan ke sini. (Tempatnya) relatif sepi, tenang, dan banyak udara segar. Sekalian mengenalkan kepada anak-anak bahwa di Jatiluhur ada pembangkit listrik tenaga air,” kata Meardy.
Selama libur Natal kemarin, mereka tak melakukan perjalanan lintas wilayah dan hanya berdiam diri di rumah. Bagi mereka, liburan pada libur panjang justru berpotensi terpapar Covid-19 karena bertemu dengan banyak pengunjung yang tidak dikenal dan berkerumun.
Mereka menilai penerapan protokol kesehatan di Istora Jatiluhur sudah cukup baik. Fasilitas tempat cuci tangan tersedia di dekat pintu utama dan jumlah pengunjung yang dibatasi. Hal tersebut membuat mereka nyaman dan merasa aman berkeliling di tempat wisata.
Kapasitas pengunjung di kawasan Istora Jatiluhur sebanyak 300 orang. Pengelola Jatiluhur, Perum Jasa Tirta II, membatasi jumlah kunjungan hanya 50 persen dari normal.
Sejak pagi hingga siang, jumlah pengunjung salam waktu bersamaan tak sampai 50 orang. Rata-rata mereka menghabiskan waktu untuk berswafoto dan duduk menikmati pemandangan sekitar satu jam.
Warga Cikarang Bekasi, Maryanti (44), tidak sengaja mampir ke lokasi ini karena menilai tampak sepi dari gerbang masuk. Semula, dia bersama enam orang temannya hanya ingin jogging di tepi Waduk Jatiluhur saja. Selanjutnya, mereka pun tergoda untuk berswafoto dan duduk santai.
“Kalau ramai di sini (Jatiluhur), kami tak mau lah mampir. Lebih baik kami pulang saja. Setelah kami tengok, wah sepi dan protokol kesehatan jalan, ya mampir lah,” kata dia.
Pemandangan Waduk Jatiluhur mengingatkan Maryanti pada pemandangan di Danau Toba, kampung halamannya. Pandemi membuat dia tak bisa pulang ke Sumatera Utara saat Natal. Dengan berkunjung ke Jatiluhur, dia berharap bisa mengobati kerinduan untuk pulang sementara.
Sejak pagi hingga siang, jumlah pengunjung salam waktu bersamaan tak sampai 50 orang. Rata-rata mereka menghabiskan waktu untuk berswafoto dan duduk menikmati pemandangan sekitar satu jam
Di kawasan spot D’Bay Water Sport Center Jatiluhur, hanya ada dua pengunjung yang duduk di tepi waduk. Pembatasan jarak tempat duduk juga diatur pengelola untuk mencegah pengunjung saling bersentuhan dengan yang lain. Di bagian pintu masuk, ada dua tempat cuci tangan yang disediakan.
Setiap pengunjung wajib untuk menggunakan masker di lokasi wisata. Mereka diperbolehkan untuk melepas sejenak saat foto sesaat. Terkadang petugas dan satpam juga berkeliling untuk memastikan pengunjung menerapkan protokol kesehatan di lokasi wisata.
General Manager Pariwisata dan Hotel Jasa Tirta II Dadan Hidayat mengatakan, saat ini, pihaknya fokus menarik minat pengunjung agar mau berwisata ke Jatiluhur di masa adaptasi kebiasaan baru. Upaya yang dilakukan adalah menerapkan protokol kesehatan ketat di seluruh spot wisata.
Ia optimistis kondisi wisata di Jatiluhur akan pulih segera karena banyak wisatawan akan memilih berkunjung ke wisata ruang terbuka dibandingkan ruang tertutup. Pihaknya juga berinovasi dengan membuka Kafe Kopi Tarum di tepi waduk. Sambil menyaksikan matahari terbenam, pengunjung bisa menikmati kopi hasil panen di sepanjang daerah aliran sungai Citarum.