Khawatir Banjir Susulan Citarum, Warga Bertahan di Pengungsian
Warga memilih bertahan di pengungsian karena khawatir terjadi banjir susulan. Mereka berharap persoalan banjir ini bisa teratasi sehingga tidak harus mengungsi kembali.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Sebagian pengungsi banjir Bandung memilih bertahan di pengungsian karena khawatir banjir susulan. Inovasi dalam penanganan banjir dibutuhkan dalam menghadapi musim hujan di kawasan Bandung Raya.
Hingga Minggu (27/12/2020) siang, lima keluarga dari total 31 keluarga yang mengungsi di Balai Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, memilih bertahan di posko pengungsian. Pengungsi dengan total tujuh orang ini khawatir hujan deras kembali melanda Bandung yang mengakibatkan banjir susulan. Sebelumnya, sekitar 7.000 rumah di Kawasan Bandung terdampak banjir luapan Citarum dan baru saja surut Sabtu (26/12) silam.
Warga yang memilih bertahan ini tinggal tidak jauh dari Sungai Citarum yang meluap Kamis (24/12) dini hari. Kawasan ini kerap dilanda banjir luapan Citarum yang biasanya terjadi setelah hujan deras melanda Bandung Raya, terutama di kawasan timur dan utara Bandung yang jadi hulu sungai besar itu.
Apit (62), warga RW 004 Desa Dayeuhkolot memastikan tidak ada mendung sebelum kembali ke rumahnya yang berjarak kurang dari 50 meter dari Sungai Citarum. Sesekali dia menatap langit sebelah utara yang tengah berawan Minggu siang itu. “Rumah saya tidak jauh dari bantaran sungai (Citarum). Jadi, kalau meluap pasti rumah saya kena duluan. Apalagi suami sedang sakit kaki. Jadi kami memilih di sini dulu sebelum kembali,” tuturnya.
Sejak awal 2020, banjir besar telah menggenangi kawasan tersebut lebih dari lima kali. Salah satunya terjadi awal Mei 2020 yang merendam lebih dari 20.000 rumah di Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang.
Oleh karena itu, Apit berharap permasalahan banjir bisa teratasi. “Saya sudah capek bolak balik seperti ini. Tidur semalam sampai dua malam, lalu beberes lumpur,” ujarnya.
Selain Kabupaten Bandung, banjir juga melanda sebagian kawasan di Kota Bandung. Selain merendam ratusan rumah, banjir di malam Natal tahun 2020 ini pun melumpuhkan jalur-jalur utama di Kota Bandung karena genangan banjir mencapai lebih dari 50 sentimeter.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Didi Ruswandi menuturkan, pihaknya menggunakan metode sumur imbuhan dalam untuk meminimalisir dampak banjir. Pada tahun 2020, sebanyak 10 sumur imbuhan telah dibangun di beberapa wilayah, seperti Kelurahan Derwati, Gedebage, dan Panyileukan.
Sumur resapan ini akan disesuaikan dengan kebutuhan dan daya serap lingkungan. Salah satu sumur percobaan di Cingised, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung. Sumur imbuhan ini berkedalaman 100 meter dan mampu menampung genangan air sampai 6 liter per detik.
“Sekarang kami akan fokus penanganan bencana melalui sumur imbuhan. Tahun depan kami akan menambah hingga 20 sumur. Target kota Bandung ada 127 titik di kawasan-kawasan genangan Kota Bandung,” tuturnya.