Natal di Sulut Meriah dalam Kepatuhan Protokol Kesehatan
Ibadah Natal di Sulawesi Utara berlangsung dalam penerapan protokol kesehatan secara ketat, tetapi tetap meriah. Para pemuka agama Kristiani mengajak umat menaruh harapan kepada Tuhan agar pandemi berakhir.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Perayaan ibadah Natal di Sulawesi Utara berlangsung dalam penerapan protokol kesehatan secara ketat, tetapi tetap meriah. Para pemuka agama Kristiani pun mengajak umat menaruh harapan kepada Tuhan agar pandemi lekas berakhir sembari memainkan peran masing-masing dengan mematuhi protokol kesehatan.
Umat Katolik di Manado mengikuti misa Natal, Jumat (25/12/2020), di gereja sambil saling menjaga jarak. Di Paroki Santa Theresia Malalayang, misalnya, tanda silang yang terbuat dari plakban telah ditempel pada bangku panjang sebagai penanda agar umat menjaga jarak. Semua orang yang hadir di gereja pun mengenakan masker.
Misa Natal juga disiarkan melalui akun Youtube Keuskupan Manado serta Radio Republik Indonesia. Dalam misa pukul 09.00 Wita, Uskup Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC turut menyapa umat lanjut usia dan anak-anak yang tidak diperbolehkan mengikuti misa di gereja karena pembatasan sosial.
Misa malam Natal, Kamis (24/12/2020), di Paroki Katedral Hati Tersuci Maria juga dilaksanakan menuruti pembatasan sosial. ”Misa dirayakan dua kali pada pukul 18.00 dan pukul 20.00 sebagai bentuk kepatuhan batasan-batasan yang ditetapkan pemerintah. Biasanya, hanya ada satu perayaan misa Malam Natal,” kata Uskup Rolly.
Menurut Uskup Rolly, protokol kesehatan tetap dapat berjalan seiring dengan tradisi Gereja Katolik yang merayakan Natal secara liturgis dengan ibadah besar, mulai malam Natal, Natal, hingga Tahun Baru. Umat diminta mengikuti prosedur tertentu sebelum masuk ke gereja.
Mula-mula, umat menaruh uang kolekte di kotak persembahan di luar gereja kemudian mencuci tangan atau mengambil cairan hand sanitizer. Setelah itu, petugas Satuan Tugas Covid-19 Katedral mengukur suhu tubuh mereka dengan termometer tembak. Ada pula kamera termal yang menunjukkan suhu tubuh orang yang lewat pada layar televisi.
Sesuai tema Natal 2020 yang disepakati Konferensi Wali Gereja Indonesia dan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, yaitu ”Dan mereka menamakan Dia Immanuel”, Uskup Rolly mengajak umat untuk menguatkan kepercayaan bahwa kelahiran Yesus Kristus akan membawa kedamaian di tengah ketakutan karena pandemi.
”Tuhan datang membawa damai dari kegelapan dunia, dari dosa-dosa kita, dan situasi pandemi yang menimbulkan ketakutan di mana-mana. Kita diajak percaya Tuhan beserta kita sudah sejak Ia menciptakan alam semesta ini dan akan membebaskan kita dari virus korona. Itu tantangan kita, berkomitmen dengan iman kita,” katanya.
Umat Katolik di daerah Langowan, Minahasa, pun tetap merayakan Natal di gereja. Tony Sumampouw (64), warga Desa Amongena I, Langowan Timur, tetap menghadiri ibadah di Paroki Santo Petrus Langowan meski ia hampir masuk golongan lanjut usia.
”Di gereja aman, yang penting pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak. Memang Natal tahun ini berbeda, tetapi saya tetap bersyukur karena bisa masuk gereja saat saudara-saudara yang Kristen Protestan tidak boleh,” katanya.
Sebanyak 1.003 jemaat Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) tidak mengadakan ibadah di gereja dengan kehadiran umat setelah Sinode GMIM menerbitkan surat edaran imbauan untuk beribadah di rumah saja. Ketua Sinode GMIM Pendeta Hein Arina juga meminta umat untuk tidak mengadakan jamuan yang mengundang banyak orang.
”Kiranya Natal ini akan meningkatkan kualitas persaudaran, kekeluargaan, dan kerukunan kita walaupun kita terus menjaga disiplin protokol kesehatan dengan mengenakan masker mencuci tangan menjaga jarak. Dengan begitu, perayaan Natal ini kita sungguh ambil bagian secara aktif untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” kata Pendeta Hein.
Yanne Singal (35), umat GMIM di Manado, pun hanya dapat mengikuti ibadah Natal melalui siaran langsung dari GMIM Kristus Manado. Gereja itu sebenarnya telah memberlakukan sistem pemesanan tempat duduk secara daring bagi umat yang ingin hadir dalam kebaktian. Namun, ibadah ditiadakan sama sekali sesuai arahan Sinode GMIM dan Pemprov Sulut.
Di Desa Paslaten, Langowan Barat, Minahasa, keluarga Rudy Kalangie (65) juga hanya mengadakan ibadah di rumah. Bersama para sepupu dan keponakannya yang berjumlah 15 orang, ia mengikuti ibadah dari siaran megafon gereja di rumah salah satu kerabat.
GMIM Eben Haezar Langowan telah menganjurkan agar Natal dirayakan bersama keluarga. Namun, tidak ada satu pun keluarga dari luar Desa Paslaten yang datang setelah ibadah.
”Aneh rasanya tidak bisa ke gereja saat Natal. Namun, lebih baik kita ikuti imbauan pemerintah agar Covid-19 cepat selesai,” kata Rudy.
Sebelumnya, Gubernur Sulut Olly Dondokambey meminta masyarakat untuk merayakan Natal dengan cara sesederhana mungkin. ”Jadi, akan ada manfaat dan dampak baik yang kita rasakan, yaitu putusnya rantai penyebaran Covid-19,” katanya, Rabu (23/12/2020).