Kerumunan Tidak Terelakkan di Destinasi Wisata Kota Yogyakarta
Terciptanya kerumunan tak bisa dielakkan lagi di tengah destinasi wisata, di Kota Yogyakarta, pada masa libur akhir tahun. Pengelola destinasi sudah berupaya dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS—Kerumunan pengunjung terjadi di berbagai destinasi wisata di Kota Yogyakarta. Meski pengelolanya menjamin penerapan prtokol kesehatan ketat, efektivitasnya kembali lagi pada ketaatan semua pihak untuk menaatinya.
Berdasarkan pantauan, Sabtu (26/12/2020), antrean panjang wisatawan tampak di area pintu masuk kawasan Tamansari, Kota Yogyakarta. Antreannya bahkan mencapai 25 meter dan memicu kerumuman, apalagi para pengunjung datang dalam rombongan besar.
Sebagian besar wisatawan sudah mengenakan masker dengan baik. Namun, ada beberapa yang hanya mengenakannya di dagu dan tidak bermasker sama sekali.
Koordinator Lapangan Destinasi Wisata Tamansari Yogyakarta Ridwan Syam menyampaikan, pihaknya selalu mengingatkan protokol kesehatan diikuti para wisatawan. Namun, masih saja ditemukan wisatawan yang bandel.
“Kami tidak bisa kami sendirian. Tamu harus punya kesadaran juga tentang hal ini. Kesadaran masyarakat ini yang penting. Jangan sampai kena (Covid-19) dulu, baru sadar setelahnya,” kata Ridwan.
Lebih lanjut, Ridwan memastikan kerumunan tidak tercipta saat wisatawan memasuki area wisata. Ia menerapkan sistem pengelompokan wisatawan dengan jeda antarwaktu.
Setiap kelompok wisatawan dibatasi hanya sekitar 10 orang. Satu per satu kelompok bakal masuk dengan jeda waktu sekitar lima menit. Dengan demikian, tidak terjadi kerumunan saat wisatawan mulai berkeliling.
Ridwan menyampaikan, dalam dua hari libur Natal, Kamis (24/12) dan Jumat (25/12), jumlah kunjungan mencapai 800-1.000 orang per hari. Jumlah yang sama juga terjadi pada libur panjang akhir Oktober lalu. Di masa pandemi Covid-19, jumlah kunjungan harian destinasi tersebut sekitar 600 orang per hari. Sebagian besar wisatawan berasal dari Jawa Tengah.
Dihubungi terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis Kawasan Wisata Malioboro, Ekwanto, mengatakan, jumlah pengunjung meningkat dibandingkan akhir pekan biasanya. Saat ini, jumlah kunjungan bisa mencapai 2.000 orang per hari. Adapun, akhir pekan biasa tingkat kunjungan hanya mencapai sekitar 1.500 orang per hari.
Dalam masa pandemi Covid-19, Malioboro dibagi menjadi lima zona. Masing-masing zona hanya boleh diisi 500 orang. Petugas yang berjaga akan menghalau, atau mengingatkan wisatawan untuk segera berpindah, jika masing-masing zona mulai tampak penuh. Selain itu, terdapat barcode yang bisa dipindai untuk pendataan pengunjung.
Menghadapi libur akhir tahun, gerbang pintu zona tersebut diperbarui. Gerbang pintu dipasangi pemindai suhu tubuh otomatis. Pemindai itu juga akan memberi peringatan jika pengunjung tidak mengenakan masker. Pengunjung langsung ditolak memasuki kawasan wisata itu jika tidak mengenakan masker.
“Tetapi, untuk pemindai ini kami masih terkendala dengan listrik. Pemasangan kabelnya agak susah. Diusahakan, dalam 1-2 hari ke depan sudah terpasang,” kata Ekwanto.
Ekwanto mengungkapkan, meningkatnya kunjungan wisatawan diiringi dengan risiko timbulnya kerumunan. Tak dimungkiri kerumunan masih sering tercipta di kawasan tersebut.
“Ini terkadang masyarakat masih sering lupa. Kalau di area wisata mereka langsung berkerumun. Ini jadi kendala tersendiri bagi kami. Tantangannya, kesadaran masyarakat yang kurang untuk menghindari kerumunan,” kata Ekwanto.
Tiara Afriani (27), warga Kota Yogyakarta, menceritakan, sempat melintas di kawasan tersebut, Kamis malam. Ia terkejut melihat banyak orang berkerumun di sana. Terlihat pula beberapa orang yang tak mengenakan masker dengan benar. Hal yang membuatnya semakin miris, anak-anak justru tidak diberi masker meski tergolong kelompok rentan tertular Covid-19.
“Pelancong-pelancong ini masih berkerumun meskipun ada risiko penularan Covid-19. Jujur saja, libur panjang seperti ini justru membuat saya semakin was-was. Terlebih lagi pelancong ini orang-orang dari luar kota. Saya semakin khawatir dengan risiko penularan yang bakal meningkat jika dibiarkan saja,” kata Tiara.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja DIY, Noviar Rahmad menyampaikan, pelanggaran protokol kesehatan masih ditemui jajarannya di destinasi wisata. Menurut catatannya, Jumat kemarin, ada 83 pelanggaran di kawasan wisata pantai, Kabupaten Gunung Kidul, dan 71 pelanggaran di Alun-alun Utara, Kota Yogyakarta. Pelanggarnya sebagian besar berasal dari Jawa Tengah. Para pelanggar dihukum sanksi sosial, seperti membersihkan lingkungan dan menyapu jalan.