Animo para pelaku perjalanan di Jawa Timur hingga Sabtu (26/12/2020) masih tinggi. Hal itu setidaknya terpantau dari pergerakan penumpang di sejumlah stasiun besar dan Bandar Udara Juanda yang didominasi wisatawan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI DAN AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA,KOMPAS-Animo para pelaku perjalanan di Jawa Timur hingga Sabtu (26/12/2020) masih tinggi. Hal itu setidaknya terpantau dari pergerakan penumpang di sejumlah stasiun besar dan Bandar Udara Juanda. Mayoritas merupakan wisatawan dan pemudik yang ingin menikmati liburan akhir tahun.
Manajer Humas Daop VIII Surabaya Suprapto mengatakan jumlah pengguna moda transportasi kereta api diprediksi mencapai 14.000 orang. Prediksi itu didasarkan jumlah riil penumpang yang berangkat hingga pukul 12.00 WIB yang mencapai 11.915 orang.
“Dari 11.915 penumpang tersebut, terbanyak keberangkatan dari Stasiun Surabaya Gubeng dengan angka 2.256 orang atau hampir 20 persennya. Total penumpang di Gubeng diprediksi menembus 3.000 orang hari ini,” ujar Suprapto.
Selain dari Stasiun Gubeng, keberangkatan pengguna moda transportasi kereta api terbanyak kedua justru berasal dari Stasiun Malang. Jumlah penumpang yang berangkat diprediksi menembus angka 2.000 orang. Itu didasarkan data riil keberangkatan hingga pukul 12.00 WIB yang mencapai 1.713 orang.
Sementara itu keberangkatan penumpang kereta dari Stasiun Pasar Turi Surabaya diprediksi menembus angka 1.500 orang. Prediksi itu didasarkan okupansi riil yang tercatat hingga pukul 12.00 WIB sebanyak 1.044 penumpang berangkat.
Suprapto mengatakan jumlah penumpang pada Sabtu yang diprediksi menembus 14.000 orang itu meningkat dibandingkan sehari sebelumnya Jumat yang hanya 13.675 orang. Meski demikian jumlah penumpang itu turun apabila dibandingkan masa puncak arus mudik Natal yang terjadi pada 23 dan 24 Desember lalu.
“Saat puncak arus mudik Natal Rabu lalu jumlah penumpang berangkat di wilayah Daop VIII Surabaya menembus 16.546 orang dan pada Kamis menembus 16.180 orang,” kata Suprapto.
Data KAI Daop VIII Surabaya menunjukkan rute perjalanan favorit para penumpang kereta api jarak jauh dan menengah selama enam hari terakhir adalah Jakarta, Yogyakarta, dan Banyuwangi. Itu menandakan para penumpang memiliki tujuan berwisata untuk mengisi liburan Natal dan Tahun Baru 2021.
Sementara itu dari Bandara Juanda Surabaya dilaporkan jumlah pengguna moda transportasi udara masih tinggi meski puncak arus mobilitas pelaku perjalanan sudah terlewati. Pantauan Kompas, lobi terminal satu masih dipenuhi penumpang. Demikian pula antrean pemohon uji cepat antigen masih tinggi.
Manajer Humas Bandara Juanda Yuristo Ardhi Hanggoro mengatakan jumlah penumpang pada Sabtu diprediksi berada di kisaran 18.800 hingga 19.000 orang. Jumlah itu meningkat tipis dibandingkan sehari sebelumnya 18.816 orang. Namun, jumlah pergerakan penumpang itu turun dibandingkan masa puncak yang terjadi Rabu dan Kamis lalu.
“Saat puncak pergerakan arus mudik Natal pada Rabu lalu jumlah pengguna moda transportasi udara di Bandara Juanda menembus 25.676 orang dan pada Kamis sebanyak 24.284 orang. Adapun rute perjalanan yang paling diminati Jakarta, Bali, dan Lombok,” ujar Yuristo.
Yuristo memprediksi jumlah penumpang pesawat masih tetap tinggi meski Natal telah usai. Alasannya, banyak masyarakat yang ingin mengisi liburan Tahun Baru dengan bepergian ke kampung halaman atau berwisata. Hal itu setidaknya terlihat dari permintaan layanan uji cepat antigen di bandara yang masih tinggi.
Hotel Tergerus
Sementara itu, kondisi sebaliknya terjadi di Terminal Purabaya Surabaya yang merupakan terminal bus terbesar di Jatim. Selama libur Natal dan Tahun Baru justru tidak terjadi lonjakan jumlah penumpang. Data pengelola terminal menunjukkan selama masa liburan hanya 8.000 orang yang menggunakan moda transportasi bus. Jumlah itu turun drastis dibanding periode liburan Natal tahun lalu yang mencapai 29.000 orang.
Kepala Terminal Purabaya Imam Hidayat mengatakan, armada bus yang beroperasi selama libur Natal dan Tahun Baru 2021 pun turun sebesar 65 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Armada bus yang beroperasi hanya 350 unit atau sekitar 35 persen dari total armada yang biasanya beroperasi sebanyak 1.000 unit per hari.
Kelesuan bisnis juga dialami oleh usaha hotel dan penginapan di Surabaya. Di tengah tingginya animo pelaku perjalanan di Jatim, tingkat hunian kamar di Kota Surabaya sepanjang Desember justru hanya berkisar 50-55 persen. Padahal tahun lalu di penghujung tahun keterisian kamar hotel bisa menembus angka 80 persen.
General Manajer Regional Santika Indonesia Jatim Agus Triyono pada Sabtu (26/12/2020) mengatakan tingkat hunian hotel sebenarnya mulai bergerak naik. Pengelola hotel dan tamu benar-benar menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
“Tamu yang menginap lebih tiga hari diminta menunjukkan hasil tes cepat atau rapid test atau tes usap (swab). Hal itu sekarang tidak ada persoalan. Demikian juga menggelar acara dengan jumlah tamu atau undangan terbatas, paling banyak 50 orang,” katanya.
Hal serupa juga diakui Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Antiek Sugiharti yang menyebutkan di kota ini ada 278 hotel mulai bintang satu hingga lima. Seluruh hotel itu memiliki sekitar 5.000 kamar yang disewakan.
Sebagai gambaran, tahun lalu, tingkat hunian hotel paling tinggi mampu menembus angka 75 persen. Sementara itu pada 2020 yang sejak pertengahan Maret dilanda pandemi Covid-19, tingkat hunian rata-rata belum menyentuh 40 persen.
“Anjlok betul bisnis perhotelan dan restoran selama pandemi. Memang sudah banyak yang melakukan perjalanan terutama yang bekerja, jadi bukan liburan,” ujar Antiek.
Penurunan keterisian hunian hotel dan penginapan itu sejalan dengan angka kunjungan wisatawan ke Surabaya yang tergerus habis selama pandemi Covid-19. Sebagai gambaran pada 2019, jumlah kunjungan wisatawan mencapai 25 juta orang, sedangkan tahun ini kemungkinan tak menyentuh puluhan ribu wisatawan.