Perayaan Malam Natal di Jawa Timur Tetap Khusyuk meski Berlaku Protokol Kesehatan Ketat
Perayaan Natal di Jawa Timur berlangsung khusyuk, tenang, dan lancar meski digelar di tengah pandemi Covid-19. Gereja menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara ketat.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Perayaan Natal hingga Jumat (25/12/2020) pagi di Jawa Timur berlangsung dengan khusyuk, tenang, dan lancar tanpa gangguan keamanan yang signifikan. Mayoritas gereja menerapkan protokol kesehatan secara ketat untuk mengantisipasi Covid-19 karena penambahan kasus harian masih tinggi.
Pantauan Kompas di Gereja Santa Maria Annuntiata, Sidoarjo, tidak sembarang umat bisa mengikuti misa. Meski tinggal di lingkungan sekitar dan terdaftar sebagai jemaat, mereka tetap harus mengikuti proses seleksi ketat untuk mendapatkan tempat duduk di gereja.
”Proses seleksi dimulai sejak Agustus lalu. Umat yang bisa hadir misa tatap muka minimal berusia 13 tahun dan maksimal 65 tahun dengan syarat kondisi sehat,” ujar Panitia Natal 2020 Paroki Santa Maria Annuntiata, Devino Primanda.
Devino menambahkan, setelah memenuhi syarat usia, selanjutnya mendaftar secara dalam jaringan (daring) untuk mendapatkan tempat duduk dan terdaftar keberadaannya selama di dalam gereja. Bukti pendaftaran berupa barcode atau penanda wajib ditunjukkan saat kedatangan.
Karena perayaan Natal tahun ini berada di tengah pandemi Covid-19 yang belum mereda, peribadatan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Salah satunya membatasi kuota umat yang hadir sebanyak 25 persen dari kapasitas atau 400 orang.
Penerapan protokol kesehatan secara ketat juga terpantau di Gereja Kristus Radja Surabaya. Gereja yang berlokasi di Kecamatan Tambaksari itu menyiapkan bilik disinfektan, tempat cuci tangan, cairan pembersih tangan, dan mengukur suhu tubuh setiap umat yang hadir.
”Kursi jemaat juga telah diatur berjarak untuk menerapkan ketentuan menjaga jarak fisik protokol kesehatan pencegahan Covid-19,” ujar Pastor Kepala Paroki Gereja Kristus Radja Markus Marcelinus Hardo Iswanto CM.
Peribadatan Natal diatur frekuensinya demi mencegah penumpukan massa. Apabila pada Kamis malam peribadatan hanya digelar satu kali, yakni pukul 18.00, pada Jumat diperbanyak menjadi empat kali atau empat sesi. Sesi pertama dilakukan pada pukul 06.00, kemudian pukul 10.00, pukul 16.00, dan sesi terakhir pukul 19.00.
Jarak waktu antara satu sesi dan sesi berikutnya dibuat lama agar seusai peribadatan, umat tidak perlu terburu-buru keluar gereja karena akan memicu penumpukan massa. Hal itu juga untuk mencegah pertemuan umat di sesi sebelumnya dengan sesi setelahnya.
Jeda peribadatan yang cukup panjang dimaksudkan agar panitia Natal memiliki cukup waktu untuk membersihkan gereja, menyemprotkan disinfektan secara menyeluruh, dan menyiapkan kedatangan umat yang akan mengikuti ibadah sesi berikutnya.
Adaptasi dengan menerapkan tatanan hidup baru menjadi keharusan, termasuk dalam peribadatan.
Sementara itu, pengetatan protokol kesehatan juga terlihat di GPIB Immanuel Surabaya yang berlokasi di Kecamatan Bubutan. Pendeta Helena Joseph Mauw dari GPIB Immanuel mengatakan, pembatasan kehadiran maksimal 25 persen berimplikasi pada banyaknya umat yang tidak bisa mengikuti ibadah Natal secara langsung.
”Untuk memfasilitasi mereka yang tidak bisa hadir, gereja menayangkan peribadatan melalui siara langsung menggunakan media sosial. Dengan demikian, semua umat tetap bisa mengikuti peribadatan secara khitmad dari rumah masing-masing bersama keluarga,” ujar Joseph.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dalam kunjungan ke sejumlah gereja di Surabaya dan Sidoarjo mengapresiasi prosesi perayaan Natal yang berjalan lancar, khusyuk, dan tenang meski berada di tengah pandemi Covid-19 yang belum mereda. Dia juga mengapresiasi kepatuhan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 di tempat-tempat peribadatan.
”Mudah-mudahan seluruh proses perayaan Natal tahun ini berlangsung baik dan tetap khusyuk. Adaptasi dengan menerapkan tatanan hidup baru menjadi keharusan, termasuk dalam peribadatan,” ujar Khofifah.
Pada momen Natal kali ini, mantan Menteri Sosial itu mengajak seluruh masyarakat tetap menjaga persatuan dan kesatuan sebagai warga bangsa. Meski protokol kesehatan mewajibkan setiap orang menjaga jarak aman, namun hati mereka haruslah terus berdekatan. Persaudaraan sebagai warga bangsa tak boleh renggang apa pun kondisinya.
Agar penerapan protokol bisa terus berjalan, perempuan pertama yang menjabat Gubernur Jatim itu memberikan bantuan logistik kepada panitia Natal. Bantuan antara lain masker, alat disinfektan, cairan pencuci tangan, pelindung muka, alat pengukur suhu tubuh, sarana cuci tangan, dan baju hazmat. Bantuan diharapkan dapat semakin menguatkan upaya penerapan protokol kesehatan demi mencegah sebaran Covid-19.