Perayaan Natal tak hanya menjadi seremonial untuk peringatan kelahiran Yesus Kristus. Natal diharapkan sebagai momen untuk kehadiran perdamaian di Papua.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Natal tidak hanya dirayakan sebagai seremonial oleh umat Kristen. Natal diharapkan menjadi momentum kehadiran perdamaian utuh bagi masyarakat di Papua.
Demikian pesan yang disampaikan tokoh agama dalam perayaan ibadah Natal di Kota Jayapura, Papua, Jumat, (25/12/2020).
Pastor Paul Tumayam yang memimpin ibadah Natal di Gereja Santo Petrus dan Paulus Argapura, Jayapura dalam kotbah menekankan, perbedaan ideologi adalah sesuatu yang wajar terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, perbedaan itu jangan menimbulkan konflik yang menghilangkan nyawa manusia.
Ia mengungkapkan terjadi banyak tragedi kemanusiaan di Papua sepanjang tahun 2020 seperti di Intan Jaya, Puncak dan Nduga. Terjadi aksi penyerangan oleh kelompok sipil bersenjata dan oknum aparat.
Berbagai peristiwa ini menyebabkan warga sipil menjadi korban. Misalnya Pendeta Yeremia Zanambani meninggal karena tertembak di Kampung Hitadipa, dua katekis atau petugas gereja katolik dan dua pelajar di Intan Jaya yang dibunuh kemudian dibakar jenazahnya oleh oknum aparat
Menurut catatan Kepolisian Daerah Papua dari Januari hingga awal Oktober 2020, kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang berada di Intan Jaya berjumlah sekitar 50 orang dan memiliki 17 pucuk senjata api yang dirampas dari aparat keamanan. Kelompok ini terlibat dalam 17 aksi teror dalam sembilan bulan terakhir. Total enam warga luka-luka, tiga warga meninggal, dan dua anggota TNI AD meninggal.
"Berbagai tragedi kemanusiaan yang terus terjadi menyebabkan 147 pastor di Papua harus turun gunung untuk meminta hentikan konflik di Papua dan merasa sangat gelisah dengan kondisi ini. Jangan saling membunuh karena perbedaan ideologi, " kata Paul.
Ia berharap, Natal menjadi momen datang anak Allah sebagai manusia yang membawa suasana damai kembali di tanah Papua. Masyarakat juga dapat merayakan Natal dengan suasana yang lebih sederhana di tengah pandemi Covid-19.
"Perayaan Natal tahun ini sangat sepi bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Masyarakat bisa memanfaatkan momen ini untuk merenungkan segala perbuatan sepanjang tahun ini dan menyambut hari yang baru serta penuh sukacita dengan kelahiran Tuhan Yesus, " tuturnya.
John Jonga yang bertugas sebagai pastor dalam ibadah malam Natal bagi umat katolik di daerah Kota, Distrik Muara Tami, Jayapura mengatakan, masyarakat Papua di sejumlah daerah tak bisa merasakan kedamaian sepanjang tahun ini seperti di Intan Jaya.
"Masyarakat hanya berharap suasana kedamaian yang seutuhnya. Namun, hal ini dapat terwujud jika negara dapat menjamjn tidak ada lagi konflik kekerasan di tanah Papua, " tutur peraih penghargaan Yap Thiam Hien Award ini.