Dari Wali Kota Surabaya Menjaga Solidaritas Sosial Negeri
Terkait tugas baru yang bakal diemban, kepada ”Kompas” Tri Rismaharini menyebut, pemberdayaan akan menjadi fokus utama di Kementerian Sosial.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
Tri Rismaharini, yang pada Februari 2021 mengakhiri jabatan dua periode sebagai Wali Kota Surabaya, tak pernah membayangkan bakal menjabat Menteri Sosial. Amanat besar menanti.
Hingga Senin (21/12/ 2020), Risma masih berkutat dengan kesibukan harian sebagai wali kota di kota berpenduduk 3,3 juta jiwa itu. Bersih-bersih saluran hingga mengawasi perbaikan jalan di sekitar kawasan Kembang Kuning, Surabaya. Tengah hari, pesan Line masuk ke telepon selulernya.
”Enggaklah, aku enggak maulah,” begitu pesan Risma merespons pertanyaan saya tentang kemungkinan dirinya akan ditunjuk sebagai Menteri Sosial.
Risma menyebutkan pemberdayaan akan menjadi fokus utama di Kementerian Sosial. Bantuan tetap ada, tetapi tidak tunai.
Pekan lalu, kami bertemu di kediaman Wali Kota Surabaya di Jalan Sedap Malam. Seperti biasa, kami mengobrol seputar hal-hal yang terjadi di kota yang ia benahi hampir sepuluh tahun terakhir. Saat itu awan gelap menggantung, situasi yang selalu menerbitkan kegelisahan pada dirinya.
”Ayo, siap-siap keliling. Diluk maneh lak udah deres iki (Sebentar lagi pasti hujan deras),” begitu dia berbicara kepada stafnya yang sedang santap siang.
Risma memang tak bisa tenang begitu melihat awan gelap menggelayut. Jika mendung muncul, ia pun bergegas mengajak sopirnya berkeliling menembus derasnya hujan dan genangan di titik tertentu, memastikan apakah saluran tersumbat sampah.
Siang itu saya mengajukan satu pertanyaan lagi, ”Apa lagi yang belum dicapai sepuluh tahun jadi wali kota?”
Spontan Risma menjawab, ”Itu, lho, memberi keterampilan lain di luar bidangnya kepada lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) agar mudah cari kerja atau mau buka usaha.”
Di antara rasa gelisah sekaligus semangatnya mendampingi warga, Selasa (22/12/2020), Presiden Joko Widodo mengumumkan Risma bakal dilantik sebagai Mensos bersama lima calon menteri lain, Rabu (23/12/2020). Terkait tugas baru yang bakal diemban, kepada Kompas Risma menyebut, pemberdayaan akan menjadi fokus utama di Kementerian Sosial.
”Bantuan tetap ada, tetapi tidak tunai. Semua lewat transfer ke rekening penerima. Di samping bantuan itu memberdayakan, (cara) itu lebih mulia, apalagi negara tak perlu anggaran besar. Bisa kerja sama dengan banyak kelompok yang sudah berdaya, termasuk berkolaborasi dengan beberapa kementerian dan lembaga negara,” ujar Presiden Asosiasi Pemerintah Daerah (UCLG) Asia Pasifik itu.
Di Surabaya, sejak Risma menjadi wali kota, tahun 2010 sampai hari ini, tak kurang 35.000 orang lanjut usia, kaum difabel, dan yatim piatu mendapat jatah makan sekali sehari, diantar sukarelawan dari dinas sosial. Program ini tidak hanya mengenyangkan penerima, tetapi juga yang mengantar, memasak, dan pengawas.
”Jangan ada yang kelaparan bahkan sampai tidur di emperan. Semua warga Surabaya, terutama kondisi kesulitan, wajib diperhatikan sekaligus diberdayakan. Maka, warga lansia yang masih energik pun diberi aktivitas dan mendapat imbalan sehingga mereka selalu bahagia,” ujar Risma. Selama menjadi wali kota, ia berangkat pukul 06.30 dari rumah pribadinya ke balai kota sekitar 15 kilometer dan baru pulang paling cepat pukul 19.00.
Nantinya, program Pemberdayaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) bisa dilakukan seperti yang sudah berhasil di Surabaya. Ada juga program Pahlawan Ekonomi bagi pelaku UMKM dan Kampung Anak Negeri yang menampung sekaligus membina anak-anak jalanan dengan berbagai keterampilan, termasuk anak-anak berkebutuhan khusus.
”Kementerian Sosial, kan, mengurus orang susah sehingga tanggung jawabnya sangat berat,” kata Risma yang mengaku tahu banyak ”birokrasi” di Kemensos ketika menutup enam lokalisasi di Surabaya, termasuk Dolly, pada 2014.
Untuk mengembalikan kawasan Jarak Dolly sebagai permukiman warga, ketika itu dia tak pernah putus koordinasi dengan para pejabat dan staf di kementerian dengan program bernilai triliunan rupiah itu.
Merespons panggilan Presiden, jadilah Risma berangkat menuju Jakarta menggunakan mobil, Senin sore. Undangan Presiden Jokowi disampaikan melalui Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Barangkali sedikit yang tahu bahwa untuk memutuskan berangkat ke Jakarta, sepekan terakhir Risma mengalami pergulatan luar biasa. Begitulah ia setiap kali menerima tugas besar dalam hidupnya. Sebuah beban yang ia maknai sebagai amanah besar yang harus dikerjakan sebaik-baiknya.
Begitu ia menerima sebuah tugas, termasuk saat ini sebagai Menteri Sosial, ketegasan yang sangat dan tak kenal kompromi ini akan mewarnai hari-hari barunya. ”Yang jelas saya tidak pernah minta jabatan. Dan sebagai Mensos itu tanggung jawabnya sangat berat,” begitu kata Risma.
Selamat mengemban amanat baru, besar, dan tak ringan di tengah pandemi Covid-19. Selamat bekerja Ibu Menteri.