Uji PCR di Jateng Antre, Pengiriman Sampel dari Daerah Dibatasi
Sejak pekan kedua Desember 2020, sejumlah daerah di Jateng yang tidak memiliki laboratorium uji PCR Covid-19 sendiri terkendala pengiriman sampel. Sempat dibatasi hanya 200 sampel per hari.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah membatasi pengiriman sampel uji usap reaksi rantai polimerase dari kabupaten/kota, khususnya, yang tidak memiliki laboratorium sendiri. Pembatasan itu dilakukan karena keterbatasan kapasitas pemeriksaan sehingga sampel yang diprioritaskan berasal dari pasien yang dirawat.
Sebelumnya, sejak pekan kedua Desember 2020, sejumlah daerah yang mengandalkan laboratorium uji PCR Covid-19 di daerah lain tidak bisa mengirim sampel secara optimal. Daerah seperti Kabupaten Tegal, Brebes, dan Kota Tegal selama ini mengandalkan Balai Laboratorium Kesehatan Semarang milik Pemprov Jateng.
Adapun Laboratorium Biologi Molekuler RSUD Prof Dr Margono Soekarjo, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, juga sempat kewalahan menerima sampel masuk. Bahkan, antrean sempat mencapai 5.000 sampel. Pembatasan pengiriman terpaksa diberlakukan pada daerah-daerah yang mengandalkan laboratorium itu, yakni Banyumas, Purbalingga, Wonosobo, dan Banjarnegara.
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo, saat dikonfirmasi di Kota Semarang, Selasa (22/12/2020), mengatakan, total kapasitas pemeriksaan PCR di Jateng sekitar 13.000 sampel per hari. ”Kalau jumlah spesimen yang masuk lebih dari itu, pasti antre. Laboratorium ini terbatas,” ujarnya.
Yulianto mencontohkan, Balai Laboratorium Kesehatan Semarang memiliki kapasitas pemeriksaan 2.000 sampel per hari. Namun, sebelumnya, sampel yang masuk bisa mencapai 4.000 sampel. Apabila dipaksa, akan terjadi antrean sampel. Oleh karena itu, pembatasan pengiriman pun diberlakukan.
Dia mengatakan, pihaknya meminta daerah memprioritaskan sampel orang yang sudah dirawat di RS dan juga suspek. ”Lalu, kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, dan mereka yang memiliki komorbiditas. Itu didahulukan dengan diberi tanda khusus. Kalau tidak (ada pembatasan), akan macet,” kata Yulianto.
Meski demikian, Yulianto mengklaim jumlah pengujian sampel di Jateng sudah melebihi target ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurut dia, dengan penghitungan 1 pemeriksaan per 1.000 penduduk per minggu, target per hari di Jateng sekitar 5.000 pemeriksaan, sedangkan di Jateng sudah dilakukan 13.000 pemeriksaan.
Salah satu daerah yang terkendala pembatasan uji sampel PCR di laboratorium adalah Wonosobo. Sejak pekan kedua Desember, pengiriman dibatasi menjadi 200 sampel per hari. Khawatir terlalu banyak sampel menumpuk yang berpotensi rusak, Dinkes Wonosobo pun terpaksa menghentikan sementara layanan tes usap pada pelacakan.
”Kami fokus swabfollow-up RS dan gedung karantina, sambil mengurangi tumpukan di freezer yang saat ini ada sekitar 500 sampel. Saat ini, kuota per hari sudah naik menjadi 250 sampel,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Dinas Kesehatan Wonosobo Jaelan Sulat, Selasa.
Sementara itu, di Kabupaten Rembang, sampel uji usap dikirim ke Balabkes Semarang, RS Nasional Diponegoro Semarang, Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga, dan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta.
”Pengiriman minimal 100 per hari. Banyak antrean dari kabupaten lain juga,” kata Arief Dwi Sulistya dari bagian Humas Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Rembang melalui pesan singkat.
Sebelumnya, Direktur RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Tri Kuncoro mengakui, sempat ada penumpukan sampel di laboratorium biologi molekuler. ”Sebelumnya, sampel pernah menumpuk hingga 5.000 lebih spesimen. Namun, sekarang, alhamdulillah penumpukan spesimen lebih kurang tinggal 2.000,” ujar Tri, Senin (14/12/2020).