Meski di tengah pandemi Covid-19, Pemerintah Provinsi Jawa Barat tetap berkomitmen menjalankan program pembenahan Sungai Citarum. Sungai ini sangat penting karena memasok 80 persen air minum penduduk Jakarta.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama/Dhanang David Aritonang
·4 menit baca
KOMPAS/BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
Ketua Harian Satuan Tugas Citarum Harum Dedi Kusnadi (tengah mengenakan topi) sedang berdiskusi dengan pegiat kelompok tani di Kampung Cikawari, Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Selasa (22/12/2020). Pada kesempatan ini, Satgas Citarum Harum bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat meninjau kondisi seputar daerah aliran Sungai Citarum.
BANDUNG, KOMPAS — Program Citarum Harum yang dicanangkan pemerintah sejak 2018 masih tetap berjalan meskipun dalam situasi pandemi Covid-19. Pada tahun 2020, sebanyak 1.800 hektar lahan kritis di daerah aliran Sungai Citarum ditanami sekitar 1 juta pohon meski ada keterbatasan anggaran.
Kepala Dinas Kehutanan Jawa Barat Epi Kustiawan mengatakan, meski ada pandemi, Pemprov Jabar berkomitmen untuk tetap menjalankan program pembenahan Sungai Citarum ini. ”Ya, program tetap harus berjalan,” ujarnya di Kecamatan Cilengkrang, Bandung, Jawa Barat, Selasa (22/12/2020).
Meski demikian, ia mengakui ada sejumlah kendala yang dihadapi Satgas Citarum Harum dalam menjalankan program di masa pandemi Covid-19. Salah satunya adalah karena adanya refocusing anggaran.
”Dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah daerah memang ada refocusing anggaran sehingga dana untuk program Citarum Harum menjadi terbatas. Namun, pada 2020, program Citarum Harum tetap berjalan karena adanya Gerakan Tanam dan Pelihara 50 Juta Pohon yang dicanangkan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sejak Juli 2020,” tuturnya.
ANTARA/M AGUNG RAJASA
Prajurit TNI mengangkat sampah di bantaran Sungai Citarum lama (oxbow Cicukang) di Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (5/12/2018). Tahun 2019, pemerintah pusat akan menggelontorkan anggaran hingga Rp 640 miliar untuk pembenahan Sungai Citarum.
Berdasarkan data dari Pemprov Jabar, anggaran awal untuk Citarum Harum sebesar Rp 2,3 triliun yang bersumber dari APBN, APBD provinsi, dan APBD kabupaten/kota. Namun, setelah refocusing, anggarannya turun drastis menjadi Rp 300 miliar.
”Oleh karena keterbatasan anggaran, kami mengajak masyarakat untuk berpartisipasi mengumpulkan bibit pohon. Gubernur Ridwan Kamil meminta masyarakat yang menikah, naik jabatan, berulang tahun, dan membuka izin usaha untuk menyumbang pohon melalui program Gerakan Tanam dan Pelihara 50 Juta Pohon,” papar Epi.
Epi mengatakan, hingga Desember 2020, sudah terkumpul sebanyak 25 juta pohon dari program tersebut. Sebagian pohon yang terkumpul akan ditanam di hulu daerah aliran Sungai (DAS) Citarun untuk memperbaiki lahan kritis.
”Ada sekitar 77.000 hektar lahan kritis di DAS Citarum yang membutuhkan sekitar 45 juta pohon untuk perbaikannya. Pada 2020, kami sanggup untuk memperbaiki sekitar 1.800 hektar lahan kritis dengan menanam sekitar 1 juta pohon,” katanya.
Ada sekitar 77.000 hektar lahan kritis di DAS Citarum yang membutuhkan sekitar 45 juta pohon untuk perbaikannya. Pada 2020, kami sanggup untuk memperbaiki sekitar 1.800 hektar lahan kritis dengan menanam sekitar 1 juta pohon.
Epi mengatakan, penanaman pohon di DAS Citarum akan dilaksanakan pada November 2020 hingga Januari 2021. Daerah prioritas yang ditanami adalah di bagian Bandung Utara terbentang dari Padalarang-Cileunyi. ”Kami menargetkan pada 2025, seluruh lahan kritis di DAS Citarum sudah bisa ditanami pohon,” katanya.
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
Aliran buangan limbah terlihat di badan Sungai Citarum, di daerah Kelurahan Pasawahan, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Kamis (5/9/2019). Di tahun ketiga program Citarum Harum, pemerintah menargetkan sungai bebas dari cemaran limbah, baik dari rumah tangga maupun industri.
Pada Selasa (22/12/2020), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dinas Kehutanan Jawa Barat, dan Satgas Citarum Harum meninjau kawasan DAS Citarum.
Acara ini dihadiri oleh Ketua Harian Satuan Tugas Citarum Harum Dedi Kusnadi, Direktur Perencanaan dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai Direktorat Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan M Saparis, Kepala Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Citarum Ciliwung Pina Ekalipta, dan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat Epi Kustiawan.
Kami menargetkan pada 2025 seluruh lahan kritis di DAS Citarum sudah bisa ditanami pohon.
Rombongan melakukan kunjungan kerja untuk melihat kondisi DAS Citarum, yakni di Kampung Cikawari, Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, dan Kampung Pasirjirak, Desa Cipoerat, Kecamatan Cilengkrang. Pada kesempatan ini, rombongan juga berdiskusi dengan masyarakat, pegiat lingkungan, dan kelompok tani setempat.
Pepohonan
Dedi Kusnadi meminta seluruh elemen masyarakat, baik warga, pegiat lingkungan, maupun pegawai Dinas Kehutanan Jawa Barat agar terus merawat dan mengawasi tumbuh kembang pohon-pohon yang telah ditanam.
”Jangan hanya klaim sudah menanam jutaan pohon saja. Akan tetapi, bagaimana pertumbuhan ke depannya juga harus dirawat,” ujar Dedi.
Selain itu, Dedi juga meminta agar bibit pohon yang telah disiapkan bisa didistribusikan dengan tepat agar dapat merehabilitasi lahan yang rusak.
Kompas/AGUS SUSANTO
Foto udara turbin PLTA Ir H Juanda (Jatiluhur) di Bendungan Waduk Jatiluhur di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Minggu (12/7/2020).
Saparis mengatakan, keberadaan hutan di seputar daerah aliran sungai sangat penting dalam menjaga kelestarian alam. Keberadaan hutan bisa mencegah erosi berlebih, merawat ekosistem flora fauna, dan menjaga daerah tangkapan air.
”Pembenahan sungai juga termasuk juga menjaga dan memelihara keberadaan hutan,” ujar Saparis.
Citarum Harum adalah program untuk mengatasi pencemaran dan pembenahan Sungai Citarum diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum. Program dimulai pada Februari 2018 dan ditargetkan rampung tujuh tahun ke depan.
KOMPAS/DHANANG DAVID ARITONANG
Satgas Citarum berdiskusi dengan kelompok masyarakat di Kecamatan Cilengkrang, Bandung, Jawa Barat, Selasa (22/12/2020), untuk mempersiapkan proses pembibitan pohon yang akan digunakan untuk menanami DAS Citarum.
Sungai sepanjang 297 kilometer yang memiliki mata air di Situ Cisanti, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, bermuara akhir di laut utara Jawa di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.
Keberadaan Sungai Citarum sangat penting karena memasok 80 persen air minum penduduk Jakarta. Air Citarum dimanfaatkan oleh 27,5 juta jiwa masyarakat di Jabar dan DKI Jakarta.
Citarum yang memiliki luas DAS sepanjang 1.132.334 meter persegi ini juga mengairi lahan pertanian seluas 420.000 hektar di lumbung padi nasional Karawang, Subang, dan Indramayu. Melalui tiga waduknya, yakni Saguling, Cirata, dan Jatiluhur, Citarum menghasilkan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sebesar 1.880 MW. Listrik itu memasok interkoneksi kelistrikan Jawa-Bali untuk menerangi lebih dari setengah penduduk negeri ini di Pulau Jawa dan Bali.