Wabah Covid-19 masih melanda Kota Jayapura, Papua, tetapi solidaritas dan toleransi tetap terjaga. Kelompok pemuda Muslim membersihkan gereja agar bersih dan nyaman bagi jemaat untuk perayaan Natal dan Tahun Baru.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
Tanah Papua tak hanya kaya sumber daya alam yang berlimpah. Sikap saling menghargai, solidaritas, dan toleransi antaraumat beragama juga tumbuh subur di Bumi Cenderawasih dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Sebanyak 10 pemuda dari Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Papua telah berada di depan Gereja Ebenhaezer, Kampung Yoka, Kota Jayapura, sekitar pukul 08.00 WIT pada Rabu (16/12/2020). Tangan mereka memegang sapu, sabit, ijuk, dan pengki saat memasuki area gereja yang dibangun tahun 1956 itu.
Para pemuda itu hendak membersihkan area Gereja Ebenhaezer sebelum ibadah perayaan Natal di Kampung Yoka. Setelah berkoordinasi dengan pihak pengurus gereja, mereka pun memulai kegiatan pembersihan gereja pada pukul 08.30 WIT.
Yoka adalah salah satu dari 14 kampung di Jayapura. Dari data Badan Pusat Statistik pada 2018, jumlah penduduk Yoka mencapai 2.297 jiwa. Kampung ini juga berada di tepian Danau Sentani dan berbatasan dengan Kabupaten Jayapura.
Para pemuda ini bersama sejumlah pengurus gereja menyapu halaman gereja yang berdebu, membersihkan sampah plastik, dan merapikan tanaman yang tumbuh di pinggiran jalan masuk ke gereja. Di bawah terik matahari yang cukup menyengat, mereka beraktivitas dengan penuh semangat.
Sebenarnya, jumlah anggota GPII di Jayapura dan sekitarnya mencapai hingga ratusan orang. Namun, para pemuda yang terlibat dalam kegiatan membersihkan Gereja Ebenhaezer tidak banyak. Hal ini demi tetap menjaga protokol kesehatan di tengah pandemi virus korona jenis baru atau Covid-19 yang melanda dunia, khususnya Kota Jayapura.
Kota Jayapura menjadi daerah dengan kasus Covid tertinggi di Papua, yakni 5.901 kasus per 16 Desember 2020. Sementara jumlah warga yang meninggal akibat Covid mencapai 102 orang. Di Kampung Yoka pernah terdapat tujuh kasus Covid. Namun, ketujuh warga yang terpapar Covid itu telah sembuh.
Kegiatan pembersihan Gereja Ebenhaezer di Kampung Yoka ini berlangsung selama 90 menit. Mereka pun mengakhiri kegiatan tersebut dengan meniknati aneka jajanan yang telah disiapkan GPII Papua secara mandiri.
Ketua GPII Papua Sudin Rettob mengatakan, pembersihan gereja menjelang Natal bukanlah kegiatan seremonial belaka dari organisasinya. Namun, kegiatan ini bermakna sikap solidaritas dan toleransi di Papua tak boleh padam walaupun dunia sedang dilanda pandemi Covid.
Ia menuturkan, kegiatan pembersihan gereja menjadi agenda tahunan GPII agar umat Kristiani dapat mengikuti kegiatan ibadah perayaan Natal dengan nyaman. Tindakan ini juga merupakan wujud dari Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin atau memberikan kebaikan bagi sesama umat manusia tanpa memandang suku dan agama.
”Kami juga bersama organisasi pemuda lainnya akan terlibat dalam kegiatan pengamanan gereja dalam ibadah Natal. Saya berharap organisasi pemuda lainnya turut terlibat untuk menyukseskan perayaan Natal tahun ini berjalan aman dan umat Kristiani dapat mengikuti ibadah dengan khusyuk,” tutur Sudin.
Marthen Mebri, perwakilan majelis Gereja Ebenhaezer Kampung Yoka, mengaku, pihaknya sangat bersemangat dan antusias ketika GPII Papua memberitahukan melalui sebuah surat ingin melaksanakan kerja bakti bersama jemaat di gereja.
Ia menuturkan, total sekitar 500 keluarga atau 1.000 jemaat yang beribadah di Gereja Ebenhaezer Kampung Yoka. Arti dari kata Ebenhaezer adalah sampai di sini Tuhan menolong kita. ”Kegiatan GPII Papua bersama kami menunjukkan solidaritas antarumat beragama di Papua tak hanya dalam perkataan, tetapi juga perbuatan sehari-hari. Karena itu, sikap ini terus ada walaupun Covid sudah melanda Papua sejak Maret lalu,” kata Marthen.
Diketahui berdasarkan hasil penelitian Kementerian Agama pada tahun 2019, Papua Barat menempati peringkat pertama nilai tertinggi indeks kerukunan beragama, yakni 82,1, dan Papua menempati peringkat keenam dengan skor 79,0. Indeks ini dibentuk dari tiga indikator besar, yaitu toleransi, kesetaraan, dan kerja sama.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Papua Lipiyus Biniluk mengatakan, pihaknya merasa sangat senang dan mengapresiasi kegiatan GPII Papua bersama jemaat di Gereja Ebenhaezer Kampung Yoka. ”Kegiatan antara jemaat dan organisasi tersebut tak hanya membangun toleransi beragama, tetapi juga memupuk semangat gotong royong yang menjadi budaya bangsa kita,” tutur Lipiyus.