Tingkat Kematian Pasien Covid-19 di Majalengka Tinggi
Tingkat kematian pasien Covid-19 di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, mencapai 9,4 persen atau jauh melebihi tingkat provinsi dan nasional. Minimnya ventilator menjadi salah satu penyebabnya.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
MAJALENGKA, KOMPAS — Tingkat kematian pasien Covid-19 di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, mencapai 9,4 persen atau jauh melebihi tingkat provinsi dan nasional. Selain pasien yang datang ke rumah sakit dalam kondisi memburuk, minimnya ventilator di fasilitas kesehatan juga menjadi penyebab.
Berdasarkan data Satuan Penanganan Covid-19 Majalengka, Senin (21/12/2020), sebanyak 94 dari 999 kasus positif Covid-19 dilaporkan meninggal. Artinya, tingkat kematian pasien Covid-19 di daerah tersebut mencapai 9,4 persen.
”Ini sangat tinggi. Tingkat kematian pasien Covid-19 di Majalengka paling memprihatinkan,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Majalengka Alimudin. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kematian di Jabar yang berkisar 1,5 persen dan tingkat nasional yang kurang dari 3 persen.
Alimudin mengatakan, usia pasien yang meninggal variatif, dari sekitar 20 tahun hingga 50 tahun ke atas. Namun, umumnya pasien memiliki penyakit penyerta (komorbid), seperti jantung dan diabetes. ”Rata-rata pasien yang datang ke rumah sakit dalam kondisi berat dengan komorbid,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, RSUD Majalengka dan RSUD Cideres kekurangan tempat tidur di tengah kasus positif yang terus meningkat. Kedua rumah sakit pemda itu masing-masing memiliki 15 tempat tidur. Hingga akhir pekan lalu, RSUD Majalengka sudah penuh pasien Covid-19, sedangkan 12 tempat tidur di RSUD Cideres telah terisi.
Seharusnya, katanya, 30 persen dari total tempat tidur di rumah sakit disiapkan untuk penanganan pasien Covid-19. Di RSUD Majalengka tercatat sekitar 290 tempat tidur, sedangkan di RSD Cideres ada 284 tempat tidur. ”Sekarang baru tercapai 6,5 persen untuk tempat isolasi pasien Covid-19,” ucap Alimudin.
”Kami juga akui, ventilator di rumah sakit masih kurang,” katanya. Namun, Kepala Dinas Kesehatan Majalengka ini tidak tahu pasti jumlah alat yang digunakan bagi pasien dengan kondisi memburuk tersebut.
Dia menambahkan, pasien Covid-19 asal Majalengka juga dirujuk ke sejumlah rumah sakit di Cirebon dan Bandung yang punya ventilator. Pihaknya tengah berkoordinasi dengan rumah sakit untuk menambah tempat tidur dan ventilator.
Kendala lainnya, Pemkab Majalengka belum memiliki laboratorium khusus untuk memeriksa sampel tes usap tenggorokan. Padahal, kecepatan pemeriksaan bisa mempercepat penanganan pasien terkonfirmasi positif Covid-19.
”Kami harus menunggu hasil tes swab (usap tenggorokan) dari Bandung sampai seminggu. Padahal, orangnya sudah ke mana-mana. Akhirnya, kasus positif meningkat. Kami sudah meminta yang kontak erat dengan kasus positif untuk karantina,” paparnya.
Hingga kini, pihaknya baru melakukan sekitar 9.000 tes usap tenggorokan dari target 12.000 tes. Salah satu hambatannya adalah minimnya viral transport medium (VTM) yang digunakan untuk menyimpan sampel usap tenggorokan. Namun, pihaknya telah mendapatkan sekitar 1.000 VTM dari Pemprov Jabar.
Saat dikonfirmasi terkait minimnya ventilator, Direktur RSUD Cideres Asep Suandi mengatakan, pihaknya telah mendapatkan bantuan dua ventilator sehingga kini ada empat ventilator di ruangan isolasi pasien Covid-19. ”Untuk sementara, jumlahnya mencukupi,” ucapnya.