Operasi Lilin Semeru 2020 Mengawal Perayaan Natal-Tahun Baru di Jatim
Sebanyak 16.865 personel terdiri dari personel Polri, TNI, pemerintah daerah, dan elemen masyarakat akan terlibat dalam Operasi Lilin Semeru 2020 dalam rangka pengamanan perayaan Natal dan Tahun Baru di Jawa Timur.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebanyak 16.865 personel yang terdiri dari personel Polri, TNI, pemerintah daerah, dan elemen masyarakat akan terlibat dalam Operasi Lilin Semeru 2020 dalam rangka pengamanan perayaan Natal dan Tahun Baru di Jawa Timur. Forum Komunikasi Daerah Jatim sudah melakukan pemetaan kerawanan sekaligus antisipasi selama perayaan Natal dan Tahun Baru.
Saat peresmian Operasi Lilin Semeru 2020, Kapolda Jatim Inspektur Jenderal Nico Afinta, Senin (21/12/2020), mengatakan, operasi yang berlangsung 15 hari sejak hari ini sampai 4 Januari 2021 sebagai upaya untuk memberikan kenyamanan saat beribadah pada Natal dan aman saat malam pergantian tahun.
Nico mengungkapkan, personel yang terlibat dalam Operasi Lilin Semeru 2020 sebanyak 8.899 personel Polri, 1.863 personel TNI, dan dari pemerintah daerah 3.346 orang, ditambah dukungan 2.577 orang dari masyarakat di seluruh atau 38 kabupaten/kota yang ada di Jatim.
Sementara hampir semua gereja di Surabaya, termasuk di Keuskupan Surabaya, sedang melakukan persiapan untuk misa malam Natal dan Natal. Rata-rata gereja Katolik di Keuskupan Surabaya menggelar misa malam Natal dan Natal baik secara tatap muka dengan jumlah umat yang hadir hanya 25 persen dari kapasitas gereja maupun melalui dalam jaringan live streaming Youtube.
Uskup Surabaya Monsinyur Vincentius Sutikno Wisaksono melalui Ketentuan Pastoral VII Keuskupan Surabaya mengatakan, ”Sambil terus mengucap syukur karena Keuskupan Surabaya telah memulai proses ’membuka kembali’ gereja dan berkat kerja sama Pastor Paroki, Dewan Pastoral Paroki (DPP), dan Tim Tugas di paroki semua proses dapat berjalan dengan baik.”
Kemeriahan sejati perayaan itu tidak terletak pada lagu-lagu yang dinyanyikan atau dekorasi lahiriah, tetapi justru bagaimana sikap batin dalam menyambut kelahiran Yesus Kristus, Sabda Allah yang menjadi manusia bagi keselamatan seluruh umat manusia. (Vincentius Sutikno)
Untuk itu, umat Katolik terus diingatkan bahwa pandemi Covid-19 belum selesai. Oleh karena itu, Uskup Surabaya mengimbau romo dan umat di Keuskupan Surabaya tetap mematuhi protokol kesehatan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari guna menjaga kesehatan dan keselamatan diri sendiri serta sesama.
Secara sederhana
Menurut Monsinyur Sutikno, di masa pandemi atau adaptasi normal baru ini, hendaknya Natal dirayakan secara sederhana. ”Kemeriahan sejati perayaan itu tidak terletak pada lagu-lagu yang dinyanyikan atau dekorasi lahiriah, tetapi justru bagaimana sikap batin dalam menyambut kelahiran Yesus Kristus, Sabda Allah yang menjadi manusia bagi keselamatan seluruh umat manusia,” ujarnya.
Untuk itu, dalam Ketentuan Pastoral VI Keuskupan Surabaya, tertanggal 14 Juni 2020, semua paroki diimbau membuka kembali gereja dan merayakan ekaristi secara tatap muka secara bertahap. Hingga saat ini, hampir semua paroki sudah merayakan ekaristi secara tatap muka dengan protokol kesehatan yang cukup ketat.
Di samping itu, demi pelayanan kepada umat yang berusia lanjut dan sakit, ada paroki yang mengusahakan pelayanan rohani bagi mereka dengan penayangan live streaming misa kudus.
Sementara itu, Satgas Covid-19 Kota Surabaya sudah menjadwalkan pemantauan terhadap persiapan gereja-gereja yang akan menggelar misa atau ibadah pada malam Natal dan Natal.
Seluruh penyelenggara tempat ibadah, menurut Wakil Sekretaris Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya Irvan Widyanto, wajib berkoordinasi dengan gugus tugas Covid-19 tingkat kecamatan. Hal itu penting agar gugus tugas kecamatan dapat memantau seluruh persiapan dan penerapan protokol kesehatan di semua gereja yang akan menggelar ibadah secara tatap muka.
Paling penting adalah pihak gereja wajib menerapkan protokol kesehatan mulai dari umat tiba di gereja, mengikuti ibadah atau misa, hingga kembali ke rumah masing-masing. ”Hampir semua panitia di gereja terus berkoordinasi dengan gugus tugas yang ada di wilayah itu untuk memastikan penyelenggaraan ibadah digelar sesuai dengan protokol kesehatan,” ujarnya.