Rupa Adaptasi Festival Denpasar di Tengah Pandemi Covid-19
Denpasar Festival 2020 berubah dari semula berkonsep festival jalanan menjadi festival hibrida. Acara digelar secara luring dan daring. Penyelenggaraan Denfest 2020 juga berubah, dari tiga hari menjadi tiga bulan.
Oleh
Cokorda Yudistira M Putra
·4 menit baca
Sejak dibuka pada 2 Oktober 2020 hingga pekan terakhir November, nilai transaksi di Festival Denpasar ke-13 mencapai Rp 2 miliar. Transaksi ini didapat dalam festival yang didominasi tanpa tatap muka alias dalam jaringan.
Ketua Harian Badan Kreatif Kota Denpasar, Bali, I Putu Yuliarta menyebutkan, besar transaksi yang didapat selama Festival Denpasar atau Denfest 2020 itu memberikan optimisme pada kegiatan kreatif masyarakat Kota Denpasar di tengah pandemi Covid-19.
”Saat kondisi pandemi, ’gas’ warga Kota Denpasar masih eksis,” ujar Yuliarta di Gedung Dharma Negara Alaya, Kota Denpasar, Senin (23/11/2020). Denfest 2020 diselenggarakan secara hibrida, mengolaborasikan pameran secara langsung dan virtual.
Optimisme serupa diungkapkan Ketua Asosiasi Bordir, Endek, dan Songket (Asbest) Kota Denpasar, yang juga pemilik usaha butik Cempaka Sanur, Ni Wayan Ria Mariani. Ia tetap kreatif dan semangat pada masa pandemi. ”Kami tidak bisa hanya menunggu sampai Covid-19 ini berakhir,” katanya.
Pandemi Covid-19 berdampak terhadap usaha Ria. Penjualan langsung di butik anjlok dan kesempatan memamerkan produk secara langsung pun berkurang.
Namun, Ria mendapat transaksi cukup menjanjikan selama Denfest, yaitu sekitar Rp 15 juta hingga pekan terakhir November. ”Pameran secara virtual selama Denfest ini memberikan peluang meskipun masih terbatas karena baru pertama kali,” ujarnya.
Denfest berawal dari festival di sepanjang Jalan Gajah Mada, yang berada di pusat Kota Denpasar, pada 2008. Acara yang awalnya bernama Gajah Mada Town Festival ini menampilkan beragam potensi Kota Denpasar, mulai dari seni budaya hingga kuliner. Di kawasan Jalan Gajah Mada itu terdapat dua pasar ikon Kota Denpasar, yakni Pasar Badung dan Pasar Kumbasari.
Gajah Mada Town Festival yang digelar tiga hari di setiap akhir tahun juga menjadi atraksi bagi masyarakat Kota Denpasar menjelang pergantian tahun.
Setelah dijadikan perhelatan tahunan, Gajah Mada Town Festival yang bertransformasi menjadi Denfest itu tetap digelar tiga hari, juga menjelang pergantian tahun.
Namun, situasi pandemi Covid-19 mengharuskan siapa saja beradaptasi dan menyesuaikan tatanan kehidupan. Ketika membuka Denfest 2020 di Gedung Dharma Negara Alaya, Jumat (2/10/2020) malam, Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra menyatakan, Denfest 2020 bertransformasi mengadaptasi situasi pandemi.
Yuliarta menyebutkan, Denfest 2020 berubah dari semula berkonsep festival jalanan menjadi festival hibrida. Acara digelar secara luring dan daring. Masa
penyelenggaraan Denfest 2020 juga berubah, dari tiga hari menjadi tiga bulan, Oktober-Desember 2020.
Masa penyelenggaraan Denfest 2020 juga berubah, dari tiga hari menjadi tiga bulan, Oktober-Desember 2020.
Dalam Denfest 2020, ada 1.100 unit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang dilibatkan, mulai dari kuliner, kerajinan, mode (fashion), hingga jasa. Denfest kali ini juga diisi beragam kegiatan, di antaranya peragaan busana, kompetisi jingle, pameran, pemutaran film, visualisasi puisi, dan virtual run.
Gelaran ini memberikan ruang yang luas bagi wirausaha dan komunitas kreatif di Kota Denpasar untuk berpartisipasi sekaligus menjajaki peluang di masa pandemi. Seniman asal Kota Denpasar, I Made Wardana (49), menyebutkan, Pemerintah Kota Denpasar membuka ruang bagi warganya menampilkan sisi kreativitas sekaligus menjaga kebudayaan daerah.
”Saya sebagai seniman memiliki kreativitas dan membutuhkan ruang mengekspresikannya. Pemerintah memiliki program dan anggaran serta fasilitas yang memungkinkan kami untuk tampil,” kata Wardana. Ia populer di media sosial Youtube dengan menampilkan karakter Man Kenyung, sosok wirausaha yang harus bekerja keras saat pandemi Covid-19, serta karakter Gamut, seniman penuh semangat.
Ria Mariani mengungkapkan, pengusaha UMKM juga dituntut tabah dan tetap semangat, selain harus tetap berkreasi dan produktif. Memanfaatkan teknologi digital, termasuk dalam bertransaksi, adalah bentuk adaptasi UMKM pada zaman dan pandemi Covid-19.
Memanfaatkan teknologi digital, termasuk dalam bertransaksi, adalah bentuk adaptasi UMKM pada zaman dan pandemi Covid-19.
Pengusaha muda yang juga pemilik Kedux Garage, Komang Gede Sentana Putra, menyatakan, Denfest merupakan bentuk perhatian Pemkot Denpasar terhadap sisi kreatif dan kewirausahaan warga kota. Komang juga berharap pemerintah benar-benar mendukung pengembangan usaha warga, dari yang semula berskala mikro menjadi usaha kecil atau menengah, bahkan menjadi berskala manufaktur.
Komitmen
Rai Mantra menegaskan keseriusan Pemkot mengembangkan ekonomi kreatif dan kewirausahaan di Denpasar. Hal itu, antara lain, ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Dinas Pariwisata Kota Denpasar dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, akhir November lalu.
Pemkot berkomitmen menciptakan ekosistem bisnis berkelanjutan yang akan mendorong bertumbuhnya wirausaha baru, termasuk pelaku ekonomi kreatif di Denpasar.
Perhatian pada potensi kreativitas warga Denpasar juga ditunjukkan dengan membangun Gedung Dharma Negara Alaya. Gedung itu dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung serta mengakomodasi kreativitas dan inovasi warga Kota Denpasar, seperti ruang pertemuan, ruang diskusi, ruang pergelaran, dan bioskop mini.
Gedung Dharma Negara Alaya dimaksudkan sebagai ruang interaksi dan inkubator bisnis di Kota Denpasar. Tercapaikah? Ragam festival seperti Denfest menjadi salah satu alat ukurnya.