Enam desa dan kelurahan di Pamekasan dilanda banjir setinggi 70 sentimeter hingga 1,5 meter, Sabtu (19/12/2020). Bencana yang diklaim terbesar dalam rentang 20 tahun terakhir ini terjadi karena meluapnya sungai.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
PAMEKASAN, KOMPAS — Enam desa dan kelurahan di Pamekasan, Jawa Timur, dilanda banjir setinggi 70 sentimeter hingga 1,5 meter, Sabtu (19/12/2020). Bencana yang diklaim terbesar dalam rentang 20 tahun terakhir ini terjadi karena meluapnya sungai yang melintasi wilayah tersebut setelah hujan mengguyur deras lebih dari enam jam dibarengi pasang air laut.
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pamekasan telah mengevakuasi warga yang rumahnya terendam banjir ke tempat penampungan sementara yang aman. Pemda juga telah memenuhi kebutuhan logistik para penyintas banjir agar mereka bisa melanjutkan kehidupannya.
”Saat ini yang terpenting dan menjadi fokus penanganan utama adalah keselamatan warga yang terdampak bencana banjir meski banjir mulai surut,” ujar Bupati Pamekasan Badrut Tamam.
Berdasarkan data BPBD Jatim, sedikitnya 350 rumah terendam banjir. Lokasi banjir tersebar di Kelurahan Bugih, Patemon, Gladak Anyar, Parteker, Juncangcang, dan Desa Nyalabu Laok. Bencana terparah terjadi, antara lain, di Kelurahan Patemon karena ketinggian air mencapai 1-1,5 meter di 155 rumah warga.
Saat ini yang terpenting dan menjadi fokus penanganan utama adalah keselamatan warga yang terdampak bencana banjir meski banjir mulai surut. (Badrut Tamam)
Sementara di Kelurahan Gladak Anyar terdapat 113 rumah yang warganya terdampak banjir, Kelurahan Juncangcang terdapat 60 rumah, dan Kelurahan Parteker sebanyak 10 rumah. Di Desa Nyalabu Laok, banjir merendam tiga perumahan, yakni Perumahan Nyalabu Regency, Nyalabu Permai, dan Nyalabu Indah.
Banjir tersebut merendam sejak Jumat (18/12/2020) malam setelah hujan deras mengguyur sejak siang hari. Hujan deras itu mengakibatkan Kali Jombang atau Kali Gere Menjeng tak mampu menampung volume air sehingga meluap ke permukiman penduduk. Pada saat bersamaan terjadi pasang air laut sehingga genangan banjir semakin tinggi.
”BPBD Jatim telah mengirimkan bantuan sembako sebanyak 500 paket yang disebar di dapur umum. Selain itu, kami berkoordinasi dengan BPBD Pamekasan memantau perkembangan situasi di lapangan,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim Gatot Soebroto.
Berdasarkan data yang dihimpun, penanganan korban banjir memerlukan bantuan logistik berupa makanan siap saji. Hal itu terjadi karena stok makanan siap saji di BPBD Pamekasan mendekati masa kedaluwarsa sehingga tidak bisa didistribusikan kepada penyintas.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, sejumlah upaya telah dilakukan untuk menangani banjir di Pamekasan. Upaya itu antara lain memitigasi korban banjir dengan mengerahkan para sukarelawan untuk mengevakuasi masyarakat di lokasi bencana.
”Kesigapan para sukarelawan ini patut diapresiasi, terutama dalam mengevakuasi para warga lansia dan disabilitas sehingga tidak ada korban jiwa,” kata Khofifah di sela-sela kunjungannya ke lokasi bencana.
Pemprov Jatim akan mengevaluasi secara komprehensif penyebab bencana sebagai pijakan untuk menentukan langkah-langkah menangani banjir. Hasil identifikasi sementara menemukan sejumlah persoalan yang memicu banjir, seperti tingginya sedimentasi di Kali Jombang dan pintu air yang tidak berfungsi dengan baik.
Untuk mengatasi hal itu, sungai harus dikeruk dan pintu air diperbaiki. Pemprov Jatim berkoordinasi dengan Pemkab Pamekasan agar bisa segera membenahi pintu air yang rusak. Ancaman bencana hidrometeorologi harus diantisipasi sejak dini agar tidak menyengsarakan masyarakat.
Menurut Khofifah, peringatan intensitas hujan yang tinggi telah disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jatim sejak jauh hari. Perubahan cuaca itu terus diperbarui dan informasinya disampaikan secara luas ke masyarakat dan pemerintah daerah sebagai bagian dari mitigasi bencana hidrometeorologi.
Tanggap darurat
Sementara itu, Pemkab Sidoarjo menetapkan tanggap darurat banjir untuk Desa Kedungbanteng dan Banjarasri, Kecamatan Tanggulangin. Penetapan status tanggap darurat itu untuk memudahkan dan memaksimalkan penanganan bencana di dua desa yang rutin dilanda banjir setiap musim hujan ini.
Menurut pakar bencana Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Amin Widodo, banjir di dua desa di Sidoarjo disebabkan sejumlah faktor. Salah satunya penurunan permukaan tanah yang signifikan. Dari dua kali pengukuran, misalnya, terdapat lokasi yang penurunannya mencapai 10 cm dalam rentang waktu sebulan.
Selain penurunan, tekstur pada lapisan permukaan tanah adalah lempung sehingga daya serap air rendah. Itu yang menyebabkan banjir sulit surut.
Amin mengatakan, pihaknya masih memerlukan penelitian lanjutan untuk menyusun rekomendasi solusi terkait banjir di Kedungbanteng dan Banjarasri agar penanganan yang dilakukan bisa komprehensif. Sementara ini, pemda mengambil kebijakan membantu warga menguruk kawasan permukiman agar mereka bisa tinggal dengan nyaman selama musim hujan.