Dengan Inovasi, Cakupan Literasi di Kalteng Meluas
Literasi tak sekadar membaca dan menulis. Perlu Inovasi untuk memperluas cakupan literasi, khususnya di daerah.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Inovasi literasi terus digalakkan agar cakupannya kian luas. Di Kalimantan Tengah, Dinas Perpustakaan dan Arsip bekerja sama dengan Yayasan Euroweek Indonesia menggelar beragam acara mulai dari kewirausahaan sosial hingga wadah komunitas.
Inovasi literasi merupakan kegiatan sosial sudah dilaksanakan sejak awal September lalu hingga akhir Desember 2020. Beberapa kegiatan di dalamnya, antara lain, adalah pengajaran Bahasa Inggris untuk para pegawai dan staf Dinas Perpustakaan Daerah Kalimantan Tengah, pengajaran kewirausahaan-sosial kepada anak-anak muda yang kurang mampu, serta beberapa kegiatan lainnya.
Pada Rabu (16/12/2020) sampai Jumat (18/12/2020), mereka mengadakan kegiatan Inovasi Literasi akhir tahun dengan tema ”Good Bye 2020, Hi Dispursip New Image 2021” dengan beberapa kegiatan, seperti webinar dan rangkaian acara lainnya. Kegiatan itu diikuti ratusan peserta yang merupakan peserta didik hampir dari semua sekolah menengah atas di Kalteng.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Kalteng Sri Widanarni menjelaskan, tujuan dari kegiatan Inovasi Literasi tersebut untuk memberikan edukasi kepada pemuda Kalteng akan pentingnya literasi. Selain itu, kegiatan itu juga menjadi wadah untuk meningkatkan minat pemuda datang ke perpustakaan.
”Perpustakaan tak hanya sekadar tempat membaca, meminjam buku, atau membuat tugas, tetapi jauh lebih luas dari itu. Perpustakaan juga menjadi wadah pemuda menginspirasi, menunjukkan bakat, dan banyak hal lainnya,” kata Sri di Palangkaraya.
Sri menambahkan, kegiatan itu sekaligus mengenalkan aplikasi terbaru dari Dinas Perpustakaan dan Arsip Kalteng, yakni iKalteng. Sebuah aplikasi untuk melihat dan membaca ratusan judul buku di perpustakaan Kalteng.
”Memang masiih banyak kendala. Belum semua buku bisa diakses, tetapi ini awal mula yang sangat baik,” ungkap Sri.
Aplikasi tersebut sudah ada sejak 2019. Namun, selalu diperbaiki hingga akhirnya belum banyak anak muda di Kalteng mengetahui keberadaannya. Kini, aplikasi itu sudah bisa diakses dan bisa diunggah dari ragam jenis telepon pintar.
Koordinator Yayasan Euroweek Indonesia Fennisya Veronica menjelaskan, cakupan literasi perlu diperluas seiring dengan upaya menumbuhkan budaya literasi yang fokus pada penguatan membaca dan menulis. Banyak perpustakaan daerah di Indonesia yang memiliki inovasinya masing-masing, seperti kewirausahaan sosial.
”Banyak sekali produk ekonomi sederhana yang terinspirasi dari sebuah buku atau informasi yang disediakan oleh perpustakaan. Perpustakaan seharusnya tidak hanya tempat membaca,” kata Feni, sapaan akrabnya.
Perpustakaan, menurut Feni, harus menjadi sumber informasi bagi masyarakat dan peserta didik. Selain itu, perpustakaan perlu menjadi jembatan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Program dan kebijakan pemerintah pun perlu dilengkapi dalam arsip di perpustakaan.
Perpustakaan seharusnya tidak hanya tempat membaca.
”Untuk mewujudkan itu, perpustakaan digital ataupun yang luar jaringan harus diurus serius dan dianggap penting. Karena ini menentukan berkembangnya daerah,” kata Feni.
Dalam setiap kegiatan Inovasi Literasi, para pegawai juga memberikan presentasi di setiap bidangnya, mulai dari pelayanan hingga ruang arsip. Mereka bahkan memberikan pertunjukan yang semuanya masih berkaitan dengan literasi.
Mega Asri Lestari, salah satu peserta, mengungkapkan, kegiatan itu membuka pikirannya soal perpustakaan dan literasi. Ia bahkan tak bisa menjelaskan banyak soal definisi literasi, tetapi bisa memahaminya.
Gadis yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas di Palangkaraya itu mengungkapkan bahwa perpustakaan daerah bakal sering dikunjungi jika para pengunjung nyaman. ”Kalau, misalnya, datang ke perpus sama seperti datang ke sekolah, mungkin tak banyak yang datang,” katanya.