Sebanyak 1.745 rumah di daerah timur Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terendam banjir pada Kamis malam dan Jumat dini hari (17-18/12/2020). Banjir masih mengancam Cirebon hingga beberapa hari ke depan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Sebanyak 1.745 rumah di daerah timur Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terendam banjir pada Kamis malam dan Jumat dini hari (17-18/12/2020). Meskipun air telah surut, banjir masih mengancam Cirebon. Selain saluran pembuangan yang tidak memadai, hujan deras juga diprediksi terjadi hingga empat hari ke depan.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, banjir melanda lima desa di empat kecamatan. Daerah itu adalah Desa Japura Bakti (Kecamatan Astanajapura), Desa Karangmekar (Karangsembung), Desa Tuk Karangsuwung (Lemahabang), serta Desa Astanamukti dan Desa Pengarengan (Pangenan).
Kondisi terparah terjadi di Japura Bakti. Sebanyak 1.065 rumah terendam banjir dengan ketinggian 80-100 sentimeter. Sekitar 3.500 warga terdampak. Di Karangmekar, sebanyak 205 rumah, 3 sekolah dasar, dan 4 mushala terendam dengan ketinggian 30-60 cm. Sebanyak 1.020 jiwa terdampak.
Adapun 10 rumah di Tuk Karangsuwung terendam banjir hingga 70 cm, sedangkan di Astanamukti 25 rumah terendam dengan ketinggian sekitar 40 cm. Sementara itu, di Pengarengan, 240 rumah juga terendam.
Hingga Jumat siang, air coklat masih menggenangi sejumlah rumah warga di Pengarengan. Sejumlah sepeda motor mogok saat menerobos banjir yang menggenangi jalur Pengarengan-Japura. Warga juga mulai membersihkan rumahnya dari lumpur sisa banjir.
”Air masuk ke rumah jam satu malam. Sampai siang belum surut semua. Saya libur tidak jualan hari ini,” kata Dakir (65), warga Pengarengan, sambil menunjuk tumpukan sayuran di atas kursi. Padahal, jika berdagang sayuran, Dakir mengaku bisa meraup omzet sekitar Rp 2 juta per hari.
Katama (65), warga lainnya, mengatakan, sejak 2015, banjir di Pengarengan semakin parah dan baru surut setelah lebih dari enam jam. ”Tahun 1970-an masih ada gorong-gorong besar untuk membuang air ke laut. Sekarang sudah tidak ada. Yang ada warung, rumah, dan pabrik di pinggir jalan,” katanya.
Wilayah timur Cirebon merupakan daerah industri dan dilengkapi Jalan Tol Kanci-Pejagan. Selain sejumlah pembangkit listrik tenaga uap, pabrik makanan ringan hingga pakan ternak berdiri di sana.
Kepala BPBD Kabupaten Cirebon Alex Suheriyawan mengatakan, banjir dipicu intensitas hujan yang tinggi disertai rob di daerah Pangenan. Sungai Singaraja dan Sungai Cimanis di daerah tersebut pun meluap. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Warga juga tidak mengungsi. ”Ketinggian air sudah menyusut, tetapi kami imbau warga untuk tetap waspada,” ucapnya.
Hingga Jumat sore, hujan mulai mengguyur sejumlah wilayah di Cirebon. Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kertajati, Ahmad Faa Izyin, mengatakan, pada Rabu (16/12/2020) di daerah Lemahabang tercatat curah hujan mencapai 161,8 milimeter per hari.
”Ini kategori hujan ekstrem. Warga diminta waspada karena diperkirakan hingga 22 Desember (Selasa) masih ada potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang,” katanya.