Lima dari 11 kabupaten penyelenggara pilkada di Papua telah melaksanakan pleno rekapitulasi suara. Hasilnya, dua petahana di dua kabupaten tumbang.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Komisi Pemilihan Umum telah melaksanakan rapat pleno rekapitulasi suara untuk lima dari 11 kabupaten yang menyelenggarakan pilkada di Provinsi Papua. Dari lima kabupaten itu, dua calon petahana di dua kabupaten gagal meraih suara terbanyak untuk melanjutkan kepemimpinannya pada periode kedua.
Berdasarkan pantauan di KPU hingga Rabu (17/12/2020), sudah lima daerah yang melaksanakan pleno rekapitulasi di tingkat kabupaten, yakni Keerom, Merauke, Mamberamo Raya, Supiori, dan Waropen. Petahana yang tumbang adalah di Keerom dan Mamberamo Raya.
Di Keerom, pasangan nomor urut 2, Piter Gusbager-Wahfir Kosasih, meraih suara tertinggi, yakni 22.075 suara. Sementara pasangan Muhammad Markum-Malensius Musui meraih 13.397 suara dan pasangan Yusuf Wally-Hadi Susilo meraih 10.080 suara. Muhammad Markum merupakan calon petahana dalam Pilkada Keerom.
Di Mamberamo Raya, pasangan nomor urut 4, John Tabo-Ever Mudumi, meraih suara tertinggi apabila dibandingkan dengan tiga kandidat lainnya. John-Ever meraih 8.577 suara, Robby Rumansara-Lukas Puni (6.015 suara), Kristian Wanimbo-Yonas Tasti (5.615 suara), dan kandidat petahana, Dorinus Dasinapa-Andris Maay (4.929 suara).
Untuk Kabupaten Supiori, pilkada berlangsung tanpa petahana. Pasangan Yan Imbab-Nichodemus Ronsumbre meraih suara tertinggi dengan perolehan 4.439 suara, diikuti Ruth Naomi Rumkabu-Piet Pariaribo (3.704 suara), Ronny Mamoribo-Alberth Rumbekwan (2.867 suara), Obeth Rumabar-Daud Marisan (2.326 suara), dan Jakobus Kawer-Salomo Rumbekwan (1.193 suara).
Begitu pula di Merauke, pilkada tak diikuti oleh petahana. Pasangan Romanus Mbaraka-Riduwan unggul dengan perolehan 64.637 suara. Sementara pasangan Hendrikus Mahuze-Eddy Santoso meraih 29.858 suara dan pasangan Heribertus Silubun-Bambang Sudji mendapatkan 11.599 suara.
Satu-satunya petahana yang berhasil unggul adalah Yermias Bisay di Waropen. Bersama pasangannya, Lamek Maniagasi, Yermias meraih suara tertinggi, yakni 16.529 suara, diikuti Olen Ostal Daimboa-Jack Imbiri (9.900 suara), Hendrik Wonatorei-Korinus Reri (3.751 suara), dan Yusak Wonatorei-Muhammad Imran (1.861 suara).
Ketua KPU Papua Theodorus Kossay di Jayapura mengatakan, pihaknya terus memantau tahapan pleno rekapitulasi di sejumlah kabupaten yang belum tuntas, seperti Yahukimo dan Yalimo. Sebab, batas waktu pelaksanaan pleno adalah Kamis ini pukul 24.00 WIT.
”Hanya dua kabupaten, yakni Yalimo dan Yahukimo, yang rawan terjadi penundaan karena masalah keamanan. Kami telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan TNI untuk memastikan pelaksanaan pleno berlangsung kondusif dan sesuai protokol kesehatan,” kata Theodorus.
Pengamat politik Papua dari Universitas Cenderawasih, Jayapura, Yakobus Murafer, berpendapat, gagalnya petahana meraih suara tertinggi dalam pilkada menunjukkan kesadaran politik masyarakat dalam menentukan kepala daerah pilihannya. Ia memaparkan, terdapat tiga faktor utama yang menentukan masyarakat tidak lagi memilih kandidat petahana, yakni dari aspek psikologi, sosiologi, dan historis.
Secara psikologi, Yakobus menjelaskan, masyarakat merasa tidak ada perubahan dengan kepemimpinan kandidat tersebut, sedangkan dari aspek sosiologi, kandidat tersebut dinilai tidak dekat dengan pemilih.
Sementara dari sisi historis, rekam jejak program dari kandidat tersebut tidak berdampak bagi kesejahteraan masyarakat. Selain itu, dia menambahkan, ada pula faktor kandidat lawan yang tampil lebih baik dalam meningkatkan elektabilitas di tengah pemilih.