Pelaku Wisata di Aceh Diminta Waspadai Lonjakan Kasus Covid-19 Saat Liburan
Salah satu lokasi wisata yang bakal ramai dikunjungi saat libur akhir tahun adalah Pulau Sabang. Pengelola wisata dan wisatawan diingatkan agar menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Menjelang liburan panjang akhir tahun, potensi lonjakan kasus Covid-19 di Aceh perlu diwaspadai. Pengelola wisata dan wisatawan diingatkan agar menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.
Kepala Dinas Pariwisata Aceh Jamaluddin, Rabu (16/12/2020), menuturkan, pada akhir tahun, tempat liburan kemungkinan akan ramai karena obyek wisata sudah dibuka untuk umum. Pembukaan lokasi wisata pada masa liburan akhir tahun juga tidak ada aturan khusus. Meski demikian, warga diingatkan untuk menerapkan protokol kesehatan.
”Kasus Covid-19 di Aceh sudah landai, jangan sampai kasus bertambah. Saya meminta kepada semua orang untuk taat protokol kesehatan,” kata Jamaluddin.
Salah satu lokasi wisata yang bakal ramai adalah Pulau Sabang. Biasanya pada liburan akhir tahun, Sabang dipadati wisatawan. Tahun ini Sabang tetap akan menjadi tujuan wisata favorit, tetapi dia memperkirakan pengunjung tidak sepadat tahun-tahun lalu.
Jamaluddin menuturkan, sektor wisata sangat terpukul karena pandemi Covid-19. Tahun ini, 8.000 turis asing yang menumpang kapal pesiar untuk singgah ke Sabang membatalkan kunjungan ke pulau paling barat Indonesia itu. Banyak kegiatan wisata skala nasional dan internasional di Sabang juga dibatalkan.
Padahal, pada 2019, jumlah kunjungan wisatawan ke Sabang mencapai 589.244 untuk wisatawan Nusantara dan 31.450 turis asing. Perekonomian Sabang yang berpenduduk 40.000 jiwa itu sangat bergantung pada sektor wisata. Turunnya jumlah wisatawan telah memukul pariwisata di Sabang.
Setelah penerapan normal baru, pariwisata di Sabang perlahan mulai bangkit kembali. Wisatawan lokal mulai berkunjung ke Sabang. Oleh karena itu, kata Jamaluddin, Pemerintah Kota Sabang harus mengawasi ketat penerapan protokol kesehatan agar wisata tidak menjadi kluster baru penularan Covid-19.
Wakil Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Aceh Sunawardi mengatakan, dalam sebulan terakhir penambahan kasus positif Covid-19 per hari tidak melewati 40 kasus, bahkan kasus baru paling rendah 4 kasus. Namun, Sunawardi menduga penambahan yang rendah karena jumlah uji usap yang masih sedikit.
”Jangan-jangan ini angka semu, seolah-olah kasus sudah landai, padahal karena spesimen yang diuji sedikit,” kata Sunawardi.
Jangan-jangan ini angka semu, seolah-olah kasus sudah landai, padahal karena spesimen yang diuji sedikit. (Sunawardi)
Dalam sebulan, jumlah spesimen yang diuji usap sekitar 5.000 sampel. Sementara standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dalam sepekan, jumlah uji usap adalah satu warga per 1.000 penduduk. Dengan jumlah penduduk Aceh 5,2 juta, maka dalam sepekan uji usap di Aceh semestinya 5.200 sampel.
”Jumlah tes tidak mencapai target. Kabupaten/kota tidak mengirimkan sampel sesuai target,” kata Sunawardi.
Sunawardi mengatakan, tingkat kepatuhan warga terhadap protokol kesehatan juga masih sangat rendah. Dirinya masih menemukan perayaan pesta pernikahan digelar tanpa protokol kesehatan. September-November 2020 telah terjaring 10.088 pelanggar protokol kesehatan.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh Safrizal Rahman mengatakan, uji usap harus diperbanyak. Dia menyarakan Tim Satgas Covid-19 perlu melakukan tes massal dengan mendatangi lokasi-lokasi kerumunan. Di samping itu, penelusuran terhadap warga yang dicurigai terpapar juga terus dilakukan.
Secara epidemiologi, tanpa tes tidak akan ada temuan kasus. Oleh karena itu, untuk menemukan penyebaran, harus diperbanyak uji usap.