Gerakan ekonomi dan bisnis di pondok pesantren sangat potensial untuk menggerakkan perekonomian daerah maupun nasional, terlebih dalam masa pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Gerakan ekonomi dan bisnis di pondok pesantren sangat potensial untuk menggerakkan perekonomian daerah ataupun nasional, terlebih dalam masa pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Dengan terbentuknya Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren, bisnis-bisnis yang sudah dirintis oleh pondok pesantren diharapkan dapat terus meningkat skala bisnisnya.
Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren) Wilayah Kalimantan Selatan akhirnya terbentuk dan dikukuhkan di Kota Banjarmasin, Rabu (16/12/2020). Pengukuhan pengurus Hebitren Kalsel dilakukan oleh Ketua Umum Hebitren Pusat KH Hasib Wahab Chasbullah atau yang akrab dipanggil Gus Hasib.
Gus Hasib mengatakan, Hebitren merupakan perkumpulan baru, yakni baru berusia satu tahun. Hebitren terbentuk pada 11 November 2019 di Jakarta ketika ada kegiatan silaturahmi 110 pondok pesantren se-Indonesia, yang telah bekerja sama atau bermitra dengan Bank Indonesia (BI). Pembentukan Hebitren difasilitasi oleh BI.
”Dengan adanya Hebitren, ekonomi dan bisnis yang sudah berjalan di pesantren bisa lebih dikembangkan. Sementara ini, bisnis pesantren itu setingkat usaha kecil dan menengah. Dengan Hebitren, kami ingin meningkatkan bisnis pesantren ke skala menengah dan besar,” ujarnya.
Di Indonesia saat ini ada sekitar 30.000 pesantren. Jika satu pesantren rata-rata memiliki 1.000 santri, maka ada 30 juta santri se-Indonesia. Ini sangat potensial untuk dikembangkan perekonomian dan bisnisnya. ”Karena itu, Hebitren punya jargon dari pesantren, oleh pesantren, untuk bangsa dan umat. Kita harus bergandengan tangan untuk memajukan ekonomi pesantren,” tutur Gus Hasib.
Menurut Gus Hasib, gerakan ekonomi dan bisnis di pesantren juga bisa menjadikan pesantren mandiri dan berdaulat di bidang ekonomi. Karena itu, infrastruktur organisasi Hebitren terus diperkuat, holding bisnis antar-pesantren dibangun, jasa keuangan dan digitalisasi transaksi juga disiapkan.
”Ini bagian dari jihad ekonomi, bagaimana pesantren bisa turut menanggulangi kemiskinan bangsa dan umat. Pesantren ke depan diharapkan bisa mandiri dan tidak lagi bergantung pada proposal,” katanya.
Kepala Kantor Perwakilan BI Kalsel Amanlison Sembiring mengatakan, pandemi Covid-19 telah memberikan dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia dan Kalsel. Karena itu, percepatan pemulihan ekonomi daerah dapat pula diwujudkan melalui perbaikan kinerja sektor UMKM dengan pendekatan kebijakan korporatisasi, peningkatan kapasitas, dan pembiayaan.
Ini bagian dari jihad ekonomi, bagaimana pesantren bisa turut menanggulangi kemiskinan bangsa dan umat. (KH Hasib Wahab Chasbullah)
”Momentum pertumbuhan positif perekonomian nasional dan daerah harus dijaga untuk mendorong optimisme pemulihan ekonomi. Pembentukan Hebitren diharapkan dapat menjadi salah satu upaya dalam pemulihan ekonomi itu,” ujarnya.
Produk unggulan
Menurut Amanlison, Hebitren merupakan perhimpunan yang menyatukan semua pesantren di Indonesia untuk berkolaborasi dalam membangun ekonomi bisnis pesantren dan umat. Ini merupakan kerja sama BI dan berbagai institusi dalam mendorong akselerasi penguatan ekonomi dari unit bisnis yang ada di pondok pesantren sehingga tercipta kemandirian ekonomi pesantren.
”Untuk lebih mewujudkan keberadaan Hebitren, perlu adanya satu produk unggulan daerah yang dikembangkan, antara lain sentra ikan gabus, sapi, beras, dan ikan patin, yang merupakan komoditas unggulan dan sangat dibutuhkan masyarakat Kalsel,” katanya.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor dalam sambutan tertulis yang disampaikan Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Syaiful Azhari mengatakan, pesantren di era modern tidak bisa lagi hadir sebagai lembaga pendidikan Islam yang bergelut di bidang spiritual semata. Pesantren harus ikut andil dalam mempertemukan ilmu Islam dan sains sehingga memiliki andil dalam perubahan zaman.
”Pesantren sebagai lembaga pendidikan harus bisa melakukan perubahan-perubahan dan memiliki kemampuan beradaptasi. Pondok pesantren mau tidak mau harus dekat dengan teknologi informasi sehingga ekonomi dan bisnis pesantren benar-benar kuat,” ujarnya.
Menurut Sahbirin, pembentukan Hebitren di Kalsel merupakan angin segar bagi daerah. Diharapkan ke depan roda ekonomi dan bisnis pesantren dapat bersaing dengan produk-produk dari luar. ”Saya mengapresiasi pembentukan Hebitren Kalsel dan berharap kemandirian ekonomi pondok pesantren benar-benar dirasakan santri dan masyarakat di sekitarnya,” katanya.